Chapter baru!
Jangan lupa vote and komen yang banyak!
Satu bulan berlalu, kondisi Jibril sudah mulai membaik. Kehadiran Aji membuatnya kembali bersemangat. Putranya itu sering mengunjunginya sepulang dari sekolah dan membawakan makanan. Jelilah sudah memberi izin Aji untuk mengunjungi Jibril setiap hari, sudah tidak heran kalau putranya sering pulang telat.
Atas keinginan sang anak, Jibril akhirnya mau menjalani terapi perilaku, mengasah kembali ingatannya, berusaha agar bisa mengingat semuanya kembali. Pelan-pelan, ingatannya mulai kembali, sedikit demi sedikit memori masa lalu kembali diingatnya.
"Susah sekali, kepala papa sampai pusing setelah melakukan terapi," keluh Jibril.
"Aji yakin Papa bisa ingat semuanya lagi," ujar Aji menyemangati.
Jibril tersenyum tipis. "Bisa kembali mengingatmu saja papa sudah sangat senang," ujarnya.
"Jangan membuatku ingin menangis lagi," gerutu Aji.
Jibril hanya terkekeh pelan melihat ekspresi kesal putranya yang baru beranjak remaja itu.
"Sudah hafal berapa juz?" tanya Jibril tiba-tiba.
Aji menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal. "Baru lima belas juz, Pa," ujarnya lalu menyengir.
"Segitu sudah hebat... papa doakan semoga cepat sampai tiga puluh juz,"ujar Jibril, mendoakan sang anak.
"Aamiin... terima kasih, Pa."
"Sama-sama, tapi, ngomong-ngomong... kamu sudah berusia lima belas tahun, mama kamu pasti sudah memiliki anak dengan ayahmu."
Aji mengangguk. "Iya, namanya Arya, usianya baru enam tahun. Aku tidak menyangka kalau ternyata kami adalah saudara beda ayah."
"Kamu pasti sedih karena ternyata ayah kandungmu orang miskin," celetuk Jibril.
Aji langsung memeluk Jibril. "Jangan bicara seperti itu, Pa. Aji senang karena Papa adalah papa Aji."
Jibril mengusap rambut tebal putranya dengan sayang. "Baiklah, tapi, bisakah kita tidak berpelukan? Agak aneh karena kamu adalah anak laki-laki dan sudah beranjak dewasa."
Bukannya melepas, Aji malah mengeratkan pelukan. "Memangnya kenapa? Apa anak laki-laki tidak boleh memeluk papanya seperti ini? Sejak kecil Aji tidak pernah dipeluk Papa. Jadi, sekarang Aji ingin peluk Papa sepuasnya."
Jibril jadi merasa bersalah. "Tapi, kan... ada ayahmu yang menggantikan papa. Memangnya kamu tidak pernah memeluknya seperti ini?"
"Pernah, waktu Aji masih kecil. Tapi rasanya berbeda antara memeluk ayah dan Papa," kata Aji dengan pelukan yang kiat mengerat, seakan ayahnya itu akan hilang jika pelukannya terlepas. "Aji suka memeluk Papa, rasanya sangat nyaman."
"Iya, iya... tapi tolong longgarkan pelukanmu, papa bisa mati karena kamu terlalu erat memeluk," ujar Jibril.
Menyadari pelukannya yang terlalu kuat, Aji langsung melonggarkannya dan menyengir lebar. "Hehe... maaf... oh iya, besok hari libur, Aji ingin menginap lagi, boleh?"
"Boleh-boleh saja, asal mamamu mengizinkan."
"Mama pasti mengizinkan, Papa tenang saja," kata Aji lalu melepas pelukan. "Aji pulang dulu, harus mengganti seragam dan mengambil pakaian untuk menginap."
Jibril mengangguk, Aji langsung pamit pulang, dirinya harus berganti pakaian karena masih mengenakan seragam sekolah.
####
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Jelilah ✓
Fanfiction(Xinlaire series 2) Tentang Jibril yang dijodohkan dengan wanita bercadar bernama Jelilah. Walaupun sudah menikah, perasannya tidak berubah dan tetap mencintai mantan pacarnya, Raline. "Dilihat dari manapun, kamu memang lebih cantik dari Raline, tap...