Satu.

8.3K 808 214
                                    

.  . • ☆ . ° .• °:. *₊ ° . ☆

"Apa ini? Baru awal-awal udah di sambut dengan roti sobek."

Celetuk seorang gadis menatap layar handphone nya dengan berwajah swag. "Gapapa lah, asupan. Screenshot dulu koleksi roti sobek Daddy Claude nih."

Astagfirullah tobat (Name).

(Fullname) gadis remaja yang sedang menderita stress malah memilih memiliki ayang gepeng. "Duh andai saja, aku disitu. Sudah pasti ku pelorotin baju Claude biar kelihatan Iqbal nya."

Sudah stress, mesum lagi. Alat pembiak orang di kasih nama sembarangan. Namanya 'Iqbal' lagi.

Apa kabar fans Mariposa? Mari kena gebukin (Name).

Tapi kalau boleh request, namanya jangan Iqbal deh. Mending dikasih nama Aldi, karena crush Author namanya Aldi 😍😘.

[....]

"Kyaaa! Lucas boleh juga!" Pekik (Name) melihat makhluk gepeng di layar handphone nya bernama Lucas. "Etss– ga boleh oleng, husbu ku Felix disini."

Ya, gadis [Fullname] ini sedang membaca webtoon Suddenly I Become a Princess, itu judul legal nya di komik webtoon Indonesia gess.

Di tengah asik-asik nya membaca webtoon tiba-tiba...

"(Name)!! Tolong bantu mama dong, jangan main hp mulu."

Pintu kamar (Name) di dobrak paksa oleh ibunya. "Anjirr...." (Name) melihat nya hanya terdiam. Pintu kamar nya itu roboh sampai terbelah jadi dua bagian.

Padahal dirinya lihat dengan jelas ibunya cuma dorong pintu pakai tangan. Bukan di tendang, kok bisa sampai terbelah dua gitu?

"Y-ya ma? (Name) disuruh beli apa?"

Segera dia segera beranjak dari kasur siap-siap ambil kunci sepeda motor.

"Tumben peka." Kata ibunya membuat (Name) merinding dengan keringat dingin. "Nggak kok, aku kan baik mak."

"Mata mu, ibu kagak percaya. Masa, di omongin tetangga masih marah-marah sampai kepengin nonjok."

Ketika mendengar kata "tetangga" dari mulut ibunya membuat darah (Name) terasa memanas. "Itu– kan! Salah mereka juga! Aku itu–"

"Shutt... Udah gapapa, hiraukan saja. Lagian omongan mereka benar kok."

Ibu (Name) segera membekap mulut anak nya. Melihat pernyataan ibu nya membuat hati (Name) terasa sakit daripada sakit melihat husbu nya jadi mayat.

Latar keluarga nya benar-benar buruk.

Ibu nya yang paling (Name) hormati dan ia banggakan selalu di caci-maki oleh para tetangga. Mereka tahu bahwa Ibu (Name) hamil di luar nikah.

(Name) adalah anak di luar nikah tersebut.

Ini semua salah lelaki itu yang tidak mau bertanggung jawab! Walaupun (Name) tidak tahu lelaki tersebut siapa. Demi apapun dia benci sama ayahnya.

Selama hidup di dunia, dia tidak peduli jika dia di ejek anak haram oleh para bocil sekitar perumahan nya. Tapi, jika ada orang berani menghina ibunya. (Name) bakalan turun tangan.

Contoh nya bapak-bapak bernama Dodi.

Dodi ini berani banget ngajak emaknya (Name) tidur bareng, karena tahu ibunya hamil di luar nikah. Di kira lonte apa?

Dasar Dodi ini, gak tahu anak nya siapa. Berani banget. Itulah, hari terakhir Jonny Doni.

Yap, (Name) memberi hukuman bapak haus hasrat ini dengan membuat Jonny milik nya tidak berdiri lagi.

"Pa kabar Om Dodi? Bisa ngocok lagi pak?"

Itulah kata-kata keluar dari mulut (Name) ketika berpapasan kembali dengan bapak Dodi.

Hebat kan? Kloning kalian satu ini.

"Yaudah, ibu bisa minta tolong garam di pasar dong. Stok garam di dapur menipis, kira-kira tersisa 15 sendok."

Perkataan dari ibunya memotong lamunan (Name) mengingat kilas balik hidup nya. "Yaelah, masih banyak itu. Mana duitnya."

"Ibu juga nitip, beliin ibu es buah depan rumah orang yang pelihara monyet. Tau gak?" Tanya Ibu (Name) sambil memberi uang berwarna biru.

50 ribu.

"Kembalian nya simpan buat kamu."

Langsung, dengan hati gembira (Name) langsung tancap gas membeli garam dan es buah di iringi perasaan ikhlas lahir batin. 'Asikkk, dapat duit hehehe.'

Selain stress, (Name) juga mata duitan.

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚.───

Skip. Setelah membeli garam. (Name) mampir ke gerobak mini yang jualan es buah depan rumah ada monyet nya. Seperti yang dikatakan ibu nya.

"Mas, beli es buah nya dua."

"Oke (Name), bentar ya neng."

Sembari menunggu pesanan nya datang datang, (Name) memutuskan memainkan handphone nya.

"Ook aak!"

"–Koncol keputus!" Brutal banget khodam nya neng.

"Astaga, bikin kaget aja. Rupanya monyet." Kesal (Name) menatap monyet tiba-tiba berada depan nya sambil memandangi kaki (Name). "Apa liat-liat nyet? Aku tahu kaki ku memang mulus eh–"

Syuttt

Tanpa perkiraan, monyet tersebut menarik sendal (Name) membuat nya hampir terjungkal. "Asem!"

Rupanya yang di tatap adalah sendal (Name) bukan kaki (Name). Jadi, lain kali gak usah geer ya (Name).

"Biadap!!"

Segera (Name) mengejar monyet mencuri sendal nya sembari mengabsen nama hewan kebun binatang dalam hati.

"Sini kau anj*ing!"

Pekik nya meneriaki monyet. Tapi kok malah teriak anjing? Buta ya (Name)?

(Name) berusaha mungkin mengejar monyet yang loncat-loncat di rumah orang dengan lincah. 'Kenapa nih monyet kagak di iket lagi?!'

Brukk

Kerena tidak melihat jalan dan sedari tadi fokus melihat seekor monyet melompat. (Name) berakhir terbentur kencang oleh tiang listrik sampai kepala nya berdarah. "Ugh.. Sial."

Brukk

(Name) langsung ambruk dan mulai kehilangan kesadaran nya.

Penglihatan miliknya kini buram serta denyutan di kepala nya menambah nya pusing. 'Gini kah rasanya pingsan?'

Seandainya kau tahu (Nama), hari ini adalah hari terakhir mu berada di dunia ini.

Pesan dari chapter ini adalah, jangan lah mengejar sesuatu yang tidak pasti.

Eh salah, yang benar gini: Jangan mati-matian mengejar sesuatu yang tak bisa di bawa mati.

Pale-pale, anjayani.

.  . • ☆ . ° .• °:. *₊ ° . ☆

Baru pertama kali
bikin fanfic, gimana?
Masih ngasal sih.

Awalnya aku mau
bikin akun ke dua,
cuma karena malas
gabung aja deh hehe 😍😘.

엄마처럼 보이지만 아빠처럼 말한다 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang