17. MENGAJAK ANAK BERMAIN

698 28 16
                                    

Anissa ada di taman kota bersama Evan. Kedua anak muda yang baru lulus SMA itu sedang membicarakan hubungan mereka yang masih berstatus pacaran, tapi ada satu masalah yang menyebabkan salah satu di antara mereka ingin mengakhiri hubungan. Ya, Anissa. Dia ingin mengakhiri hubungannya dengan Evan, karena ia tidak ingin berpacaran dengan seorang cowok yang berengsek dan kurang ajar seperti Evan.

"Kenapa kamu minta putus, Anissa? Aku masih sayang sama kamu," kata Evan sambil menggenggam kedua tangan Anissa cukup erat.

Anissa berkata, "Karena kamu kurang ajar, Van!"

"Kenapa kamu bilang seperti itu? Aku nggak kurang ajar!" Evan kebingungan dengan sikap pacarnya yang tiba-tiba berubah. Biasanya Anissa selalu bersikap lembut saat di hadapannya.

"Kamu ingat saat kita di klub malam waktu itu?" Anissa bertanya, tapi nada bicaranya menyiratkan bahwa ia sedang marah.

"Aku masih ingat. Lalu kenapa?" tanya Evan yang ikut kesal.

"Apa tujuanmu, pesen minuman soda dicampur obat perangsang? Hah!? Jawab Evan!!" Anissa membentak diakhir kalimat. Dia begitu emosi kala mengingat kejadian di klub malam yang menjebak dirinya dengan seorang pria.

"Maafkan, aku. Aku waktu itu benar-benar khilaf. Sekali lagi, maafkan aku, Anissa," kata Evan sembari memohon kepada Anissa. Evan sekarang menyesal setelah mengingat waktu itu saat di klub malam, dia memang sengaja memesan minuman soda bercampur obat perangsang, dengan tujuan agar dia bisa melakukan hubungan seksual dengan Anissa. Tapi justru hal itu malah membuat Anissa dan pria lain yang melakukannya.

Anissa menepis tangan Evan lalu berbicara, "Semua sudah terlambat, Van. Aku nggak bisa memaafkan kamu. Aku minta kita putus sekarang juga!"

"Anissa, maafkan aku. Aku masih cinta sama kamu. Aku mohon sama kamu." Evan memohon-mohon kepada Anissa.

Anissa menatap tajam ke arah Evan. "Aku tetap nggak bisa memaafkan kamu! Gara-gara minuman pesanan kamu, aku terjebak hubungan satu malam sama pria lain! Lebih baik, kita putus, Van!"

"Anissa, meski aku tau, kamu udah nggak perawan, tapi aku masih cinta sama kamu!" Evan tetap kukuh.

Anissa sudah terlanjur emosi, lalu dia dengan sengaja menampar pipi Evan sangat keras. "Brengsek!"

Evan terkejut karena perlakuan Anissa barusan. Kemudian dia meringis sambil menyentuh pipi kirinya yang sedikit memerah akibat tamparan keras dari Anissa.

"Sekarang, kita putus, Van. Titik!"

Setelah mengatakan itu, Anissa segera berdiri, berjalan dengan langkah lebar menjauhi Evan. Sesekali wanita muda itu menyeka air matanya yang lolos begitu saja. Dia tidak kuasa menahan kesedihan karena mengingat kejadian saat di klub malam, dan juga penyebabnya karena Evan.

****

Malam harinya, di kamar, Sultan dan Narulita duduk di atas karpet tebal sedang menonton televisi sambil mengobrol seperti biasanya. Ada Natan yang tengah bermain robot-robotan kecil di tangannya. Natan sedari tadi anteng-anteng saja karena bayi itu asyik dengan mainannya sendiri. Bayi itu tertawa kecil setiap kali robot-robotan yang dimainkannya jatuh dari tangan mungilnya. Lalu Natan mengambilnya kembali dan dimainkan lagi.

Sultan dan Narulita tadi sudah selesai makan malam, langsung ke kamar dan menonton televisi. Mereka berdua mengobrol tentang rumah baru yang rencananya akan dibangun di daerah perkotaan. Karena rumah yang mereka tempati sekarang terletak di daerah perbukitan yang jarang penduduk, tapi untungnya rumah mereka berdekatan dengan jalan beraspal--meski di bukit. Dan satu hal lagi, rumah mereka adalah rumah yang paling bagus dan paling besar daripada rumah penduduk lain yang juga tinggal di bukit.

Sultan Jatuh Cinta 2 : Istri Kedua [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang