21. SUDAH DIPUTUSKAN

1.1K 33 22
                                    

"Narulita, kamu jangan begitu. Natan masih kecil, kalau kamu pergi, kamu mau tinggal di mana? Bagaimana nasib Natan nanti!?" kata Sultan tidak terima istrinya itu akan pergi meninggalkannya.

"Mas, kamu pikir, aku ngizinin kamu nikah lagi, semudah itu? Aku sebenarnya sakit hati, Mas." Narulita mulai jujur. Kemudian dia berdiri.

Sultan ikut berdiri sambil berusaha menggapai tangan istrinya, tapi Narulita cepat-cepat menghindar. Kemudian Sultan berkata dengan nada cukup tinggi, "Lalu kenapa kamu mengizinkan aku menikahi Anissa? Aku nggak akan nikah sama Anissa kalau kamu nggak ngizinin. Jadi tolong, kamu jangan pergi dari rumah."

"Mas, aku kasihan sama Anissa. Dia masih kecil udah hamil di luar nikah. Dia butuh suami, Mas. Aku wanita, dia juga wanita. Aku tahu perasaan dia gimana. Dia pasti sedih, kalau kamu nggak tanggung jawab menikahinya. Anak di kandungannya juga butuh seorang ayah, Mas," jelas Narulita mengeluarkan semua unek-uneknya.

"Iya, aku tahu, Narulita. Tapi kamu jangan pergi. Kamu harus ingat, Natan masih bayi. Jangan bawa dia pergi!" jawab Sultan yang kemudian membuang napas berat. Dia bingung sekali dengan pemikiran istrinya.

"Mas, kalau Natan nggak aku bawa pergi. Kamu nggak akan bisa merawat Natan, Mas! Kamu akan disibukkan dengan pekerjaan kantor," ucap Narulita yang memang ada benarnya.

Sultan menjawab, "Makanya itu. Kalau kamu tahu, aku nggak akan bisa merawat Natan. Kamu jangan pergi dari rumah. Kalau kamu emang nggak mau tinggal serumah sama Anissa, biar Anissa tinggal di apartemenku saja. Kamu tetap tinggal di sini."

Mata Narulita mulai berkaca-kaca. Perasannya sekarang campur aduk. Antara tidak rela mengizinkan suaminya menikah lagi, tapi dia juga merasa kasihan terhadap Anissa. Dua pilihan yang sangat sulit. Jujur dalam hati terdalamnya, Narulita tidak ingin cinta suaminya terbagi kepada wanita lain. Meski pun Sultan tidak mencintai Anissa, tetap saja itu menyakitkan hatinya.

"Tetap saja, Mas. Aku akan pergi dari rumah," jawab Narulita pelan tapi penuh tekanan.

"Apa alasan kamu, sampai kamu berpikir ingin pergi, Narulita?" tanya Sultan.

"Kamu tanya apa alasanku, Mas? Jelas, Mas. Aku nggak rela cintamu terbagi sama wanita lain," jelas Narulita.

"Narulita, sudah berapa kali aku bilang? Aku nggak mencintai Anissa!" jawab Sultan.

"Untuk sekarang kamu memang nggak cinta Anissa, tapi lama-lama kamu juga bakal cinta sama anak itu!"

"Sekarang, kamu maunya gimana? Aku benar-benar bingung sama kamu," kata Sultan yang sudah pusing gara-gara istrinya.

"Aku tetap mengizinkan kamu menikahi Anissa, Mas. Tapi aku mau pergi dari rumah ini," jawab Narulita.

"Kamu pergi, terus kamu mau tinggal di mana?"

"Tenang Mas, aku mau tinggal di rumah peninggalan orang tuaku," jawab Narulita memelankan intonasi suaranya.

"Rumah peninggalan orang tua kamu?" Sultan mengulangi perkataan istrinya.

"Iya, Mas. Rumah peninggalan orang tuaku. Aku pengin tinggal di sana."

Sultan tampaknya masih tidak rela Narulita pergi meninggalkannya, meski istrinya itu akan tinggal di rumah peninggalan orang tuanya. Sultan tidak bisa jauh-jauh dari Narulita. Apalagi mengingat anaknya masih bayi. Sungguh Sultan tidak rela Narulita pergi.

"Aku nggak mau, kamu ninggalin aku. Kamu harus tetap tinggal di sini."

"Nggak, Mas. Aku tetap akan tinggal di rumah peninggalan orang tuaku!"

"Narulita, apa kamu nggak mikirin Natan? Dia masih bayi. Dia juga masih butuh seorang ayah. Kalau kamu tinggal di sana sendiri, bagaimana nasib Natan nanti?"

Sultan Jatuh Cinta 2 : Istri Kedua [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang