26. SATE AYAM

981 29 54
                                    

Sultan tidak jadi menginap di rumah istri pertamanya selama seminggu. Karena istri pertamanya yang menyuruhnya agar tinggal di rumahnya sendiri untuk merawat Anissa yang masih hamil. Awalnya Sultan menolak keras kemauan Narulita, tapi Narulita tetap kukuh menyuruh Sultan pulang. Akhirnya, mau tidak mau Sultan menuruti kemauan istri pertamanya.

"Mas, tolong pulanglah ke rumahmu sendiri," kata Narulita di seberang telepon.

"Kenapa?" Sultan bingung.

"Ingat Anissa, Mas. Dia masih hamil," jawab Narulita.

"Iya, aku tahu Anissa masih hamil. Lalu apa salahnya aku tinggal di rumahmu selama seminggu?"

"Anissa masih butuh perhatian kamu, Mas. Jangan sampai kehamilannya terganggu gara-gara mikirin kamu yang nggak pernah perhatian. Ingat, Mas, ada calon anakmu di kandungan Anissa," jawab Narulita.

"Tenang saja, Narulita. Aku masih peduli sama Anissa. Aku masih memperhatikan kebutuhannya. Lagipula Anissa setuju, aku tinggal di rumah kamu selama seminggu."

"Mas, tolonglah, Anissa tadi nelpon aku. Dia kangen sama kamu, Mas. Dia semalam nggak bisa tidur gara-gara mikirin kamu." Narulita menjelaskan.

"Narulita, kenapa kamu percaya sama Anissa? Bisa saja dia berbohong."

"Mas, Anissa nggak bohong. Dia betul-betul bilang seperti itu," jawab Narulita dengan nada sedikit membentak.

"Sayang, aku mohon--."

Ucapan Sultan sengaja dipotong oleh Narulita. "Mas, ingat. Anissa masih remaja. Anak remaja lebih butuh banyak perhatian. Dia hamil juga gara-gara kamu, jadi kamu harus tanggung jawab. Nggak cuman tanggung jawab menikahinya saja. Lebih dari itu, Anissa juga butuh kasih sayang, Mas."

"Aku nggak mencintai Anissa, Narulita." Sultan berbicara jujur.

"Tapi dia istri kamu."

"Kamu juga istriku," kata Sultan.

"Mas, aku mohon. Kamu peduli sama Anissa, supaya dia bahagia. Supaya dia nggak stress. Bahaya, Mas, kalau wanita hamil sampai stress."

Sultan mengembuskan napas panjang. Dia tidak ingin berdebat dengan istri pertamanya itu, karena akan membuang-buang waktu.

"Ya sudah, demi kamu, aku terpaksa pulang ke rumahku sendiri," jawab Sultan dengan nada sedikit jengkel.

"Demi Anissa, Mas. Bukan demi aku," jawab Narulita.

Sultan tidak menjawab perkataan istrinya dan langsung mematikan sambungan teleponnya. Dia kemudian menyuruh sopirnya untuk segera menjalankan mobil. Raut wajah Sultan berubah drastis, yang tadinya bahagia, sekarang kurang bersemangat.

****

"Kak, aku kangen," kata Anissa yang kemudian memeluk tubuh tegap suaminya ketika suaminya baru masuk ke kamar.

Sultan hanya merespons dengan wajah datar dan tidak membalas pelukan istri keduanya itu.

Anissa sudah tidak terkejut melihat reaksi suaminya yang dingin dan datar. Karena dari awal mereka menikah, Sultan bersikap cuek kepada Anissa. Berbeda sekali saat di hadapan Narulita, Sultan akan bersikap lembut dan hangat. Terkadang hal itu membuat Anissa merasa iri pada Narulita yang lebih dicintai suaminya.

"Kak, dasinya biar aku lepas," kata Anissa sembari meraih dasi di kerah kemeja suaminya. Dia berniat membantu suaminya melepas dasi.

Sultan sedikit menepis tangan kanan Anissa. "Nggak usah. Aku bisa sendiri."

Anissa merubah mukanya jadi cemberut, tapi Sultan tidak peduli. Kemudian Anissa duduk di kasur sambil memperhatikan suaminya yang sedang melepas pakaian. Dia merenung dan berpikir, percuma saja mempunyai suami tampan dan gagah, tapi bersikap acuh tak acuh. Seandainya Sultan bisa bersikap lembut dan penuh perhatian, pasti Anissa sangat bahagia.

Sultan Jatuh Cinta 2 : Istri Kedua [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang