38. RUMAH SAKIT

727 28 53
                                    

Sultan semakin panik ketika menyadari istrinya tidak sadarkan diri. Anissa sudah lemah, sehingga wanita itu pingsan sebelum mendapat pertolongan medis.

"Pak, cepat!!" Sultan berteriak lalu masuk ke mobil.

Pak Dodik juga panik. Setelah membuka garasi, pria paruh baya itu segera masuk ke mobil. Tak banyak memikirkan hal apa pun, dia segera melajukan mobilnya keluar garasi dengan kecepatan sedang. Di depan gerbang, terlihat Pak Tomo dan Adit segera bertindak membuka pintu gerbang setelah mendapat instruksi dari Sultan. Kedua satpam itu ikut panik melihat ekspresi Tuan mereka yang tegas.

"Cepat Adit. Tuan Sultan sedang terburu-buru!" ucap Pak Tomo seraya membuka pintu gerbang dengan terburu-buru. Begitu pun Adit.

Ketika pintu gerbang sudah terbuka lebar, Pak Dodik semakin menambah kecepatan mobilnya. Pria itu dengan lihai mengendarai mobilnya tanpa halangan melewati jalan yang sepi. Sementara itu di dalam mobil, Sultan sedang memeluk Anissa, mendekapnya erat seakan tak ingin kehilangan istrinya.

"Anissa, aku mohon, bertahanlah," ucap Sultan pelan sambil mengecek pernapasan Anissa. Dia bersyukur Anissa masih bernyawa, hanya pingsan.

Sultan tidak henti-hentinya berdoa di dalam hati untuk keselamatan istrinya. Walau pun dia tidak mencintai Anissa, tapi jika menyangkut tentang nyawa, pria itu akan tetap khawatir dan tidak tega. Bagaimana pun juga Anissa adalah istrinya.

Santoso dan Totok berbincang-bincang dengan Pak Tomo dan Adit di dalam pos satpam.

"Kenapa tadi Tuan Sultan terburu-buru ya, Pak? Tidak biasanya seperti itu," ucap Totok.

Pak Tomo menjawab dengan santai, "Kenapa kau masih bertanya seperti itu? Mungkin saja Tuan Sultan ada urusan mendadak atau ada hal lain yang membuatnya terburu-buru. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi."

"Bener tuh Pak Tomo. Lagian lo ngapain masih nanya. Kayak anak kecil aja." Adit mengejek Totok.

"Emang nanya nggak boleh." Totok memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Gaya lo nggak usah kayak gitu." Adit merasa jijik ketika melihat sikap Totok.

Totok pun membuat lelucon dengan berpura-pura menjadi cowok ngodek. "Iyahh Bwang Adit, eke emang udah gini dari lahir. Aahh syuka deh, Bwang Adit ganteng. Lakik idaman eke." Tak lupa dengan mata kanannya yang berkedip manja.

Pak Tomo dan Santoso terpingkal-pingkal melihat sikap Totok, sedangkan Adit merasa jijik sekaligus ingin muntah.

"Hueek. Badan lo doang keren, hatinya Hello Kitty." Adit mengejek.

Mendengarnya, Santoso semakin tertawa brutal. "HAHAHAHAH..."

Ya, humor Santoso memang receh.

***

Membutuhkan waktu perjalanan lima belas menit dengan kecepatan tinggi, akhirnya Pak Dodik dan Sultan sudah sampai di rumah sakit di daerah Jakarta Timur. Rumah sakit itu lumayan besar dan ramai orang yang berobat.

Tanpa peduli apa-apa, Sultan menggendong dan membawa istrinya masuk ke rumah sakit. Pandangan orang-orang langsung tertuju ke arah Sultan. Sedangkan Pak Dodik mengikuti tuannya dari belakang. Keduanya sama-sama panik. Bahkan orang-orang yang ada di dalam rumah sakit pun ikut panik ketika melihat kaki Anissa bersimbah darah.

Beberapa petugas rumah sakit terlihat datang terburu-buru dengan membawa brankar ke arah lobi setelah resepsionis memberi kabar mengenai kondisi Anissa. Brankar itu diperuntukkan untuk Anissa yang masih pingsan. Sultan segera memindahkan tubuh istrinya ke atas brankar. Lalu keempat perawat itu mendorong brankar tersebut menuju ke kamar pasien nomor 14 yang kebetulan kosong. Sultan mengikutinya dengan perasaan khawatir tapi sekaligus lega, Anissa sudah mendapat pertolongan.

Sultan Jatuh Cinta 2 : Istri Kedua [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang