19. FAKTA MENGEJUTKAN

1K 32 33
                                    

Satu Minggu kemudian...

Tangis Anissa pecah ketika menatap testpack yang baru saja dipakainya menunjukkan angka positif hamil. Dia seakan tidak sanggup menopang tubuhnya lalu terduduk lemas di lantai kamar mandi dengan keadaan wajah tidak karuan.

Awalnya Anissa tidak percaya. Bahkan dia sudah mengeceknya sampai lima kali. Dan testpack yang dia pakai tetap menunjukkan hasil yang sama. Hal itu membuat Anissa kehilangan semangat hidup. Seakan hidupnya sekarang berada di ambang kehancuran.

Masih dengan tangisan, Anissa memukul-mukul perutnya, tidak peduli dengan apa yang ada di dalamnya. Dia sekarang benar-benar frustasi. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Apalagi jika ibunya sampai tahu, dirinya hamil. Maka akan timbul masalah baru. Ibunya pasti marah besar.

Anissa tanpa sadar menggenggam testpack di tangannya kuat-kuat sampai benda pipih itu patah. Lalu dia membantingnya ke lantai. Dia mengusap-usap wajahnya. Air matanya masih terus menetes deras, seolah mendukung keadaan dirinya yang benar-benar sedih.

Anissa teringat dengan Sultan yang pernah memberikannya sebuah kartu nama. Di kartu nama itu terdapat nomer hape milik Sultan. Dia pun berpikiran ingin membicarakan masalah kehamilannya ini dengan pria itu. Semoga Sultan mau menerima kehamilannya dan bertanggung jawab.

****

Narulita sekarang berada di halaman belakang rumahnya yang juga bisa disebut taman rumah, karena halaman luas itu terdapat beberapa macam tanaman bunga yang tertanam rapi di tanah dan beberapa di antaranya tertanam di dalam pot. Selain bunga, ada empat pohon rindang yang terdapat di pojok-pojok halaman. Empat pohon rindang itu sudah ada sejak lama--bahkan sebelum suaminya membangun rumah di bukit ini. Sedangkan tanaman-tanaman bunga itu, yang menanam adalah Pak Budi--pria yang berkerja di rumah Sultan sebagai tukang kebun.

Pak Budi yang setiap hari selalu membersihkan halaman belakang, sekaligus menyirami tanaman. Terkadang pria paruh baya itu juga dibantu Bi Laksmi atau Bi Sari saat membersihkan halaman belakang.

Narulita tidak sendiri, dia mengajak anaknya jalan-jalan di halaman belakang rumah. Ada adiknya juga yang menemaninya. Cuaca pagi yang sejuk harusnya bagus untuk pernapasan. Natan yang duduk di kereta dorong, tampak senang. Sesekali bayi itu tertawa kecil. Matanya yang bulat tidak henti-hentinya menatap ke sekelilingnya.

"Natan kayaknya seneng banget ya, Kak. Dari tadi dia ketawa-ketawa mulu," kata Ade ketika menyadari tingkah keponakannya yang menunjukkan kesenangan.

"Iya jelas Natan seneng. Dia bisa nikmatin udara sejuk, kan," jawab Narulita seraya mendorong kereta anaknya dengan melangkah perlahan-lahan.

"Iya, Kak di sini enak. Udaranya sejuk banget," kata Ade yang sedang menikmati sensasi kesejukan di wajahnya. Anak-anak rambutnya ikut berterbangan mengikuti arah angin.

Narulita berhenti melangkah dan menghentikan dorongan tangannya pada kereta anaknya saat dia lewat di samping Pak Budi yang sedang menyirami tanaman bunga. Itu adalah kebiasaan Pak Budi setiap pagi hari.

Pria paruh baya itu mematikan keran air saat melihat Natan di kereta dorongnya. "Eh ada Den Natan. Jalan-jalan ya, Den?"

"Iya, Pak," jawab Narulita sambil mengangguk.

"Den Natan kasep pisan, kayak Tuan Sultan, heheh," kata Pak Budi kemudian terkekeh. (Kasep pisan : tampan sekali).

Mendengar ucapan Pak Budi yang memujinya, Natan tertawa-tawa riang sambil menggerak-gerakkan anggota tubuhnya. Rupanya bayi itu mengerti ucapan Pak Budi.

"Waahh, Den Natan seneng ya?"

Natan tertawa kecil merespons ucapan Pak Budi. Sementara Narulita dan Ade hanya tersenyum-senyum mengamati tingkah Natan.

Sultan Jatuh Cinta 2 : Istri Kedua [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang