08. FOTO ORANG TUA

870 25 4
                                    

Setelah lima jam membersihkan rumah, akhirnya sekarang Narulita, Ade, dan Pak Dodik dapat bernapas dengan lega. Mereka sekarang dapat mengistirahatkan tubuh mereka yang lelah dan letih. Seluruh bagian rumah sudah mereka bersihkan tanpa ada yang tertinggal sedikit pun. Mulai dari bagian depan rumah hingga ke belakang rumah, semuanya sudah terlihat bersih.

Kini Ade dan Narulita tengah duduk di kursi kayu, di bawah pohon yang rindang. Pohon itu menciptakan udara yang begitu sejuk, mampu menyegarkan tubuh Ade dan Narulita. Mereka sedang meminum es teh manis yang dibungkus plastik. Tadi Ade membeli es teh itu untuk Pak Dodik, kakaknya, dan juga dirinya sendiri--di warung dekat dengan rumahnya.

Sedangkan Pak Dodik sekarang sedang duduk di kursi kayu yang letaknya tidak jauh dari Ade dan Narulita. Ada dua pohon rindang di depan rumah Narulita. Kebetulan di bawah dua pohon itu terdapat kursi untuk bersantai. Dulu, ayahnya Narulita yang membuat kursi itu, sampai sekarang tetap awet dan tidak lapuk.

"Kak, lega banget aku, akhirnya selesai juga bersihin rumah," jawab Ade sambil menyenderkan punggungnya ke kursi kayu itu. Kepalanya mendongak ke atas dengan menutup matanya, ia menikmati semilir angin yang sejuk. Seketika tubuhnya terasa segar.

"Iya aku juga lega, Dek," jawab Narulita seraya menyedot teh manisnya.

"Coba deh, Kak, kalau tadi kita nggak dibantu Pak Dodik. Bisa berjam-jam kita bersihin rumah," kata Ade.

"Iya, kita dibantu Pak Dodik saja selesainya sampai lima jam. Gimana jadinya kalau kita nggak dibantu," timpal Narulita lalu menyender di kepala kursi.

"Mungkin sepuluh jam baru selesai, Kak," jawab Ade masih dengan mulutnya yang terus-menerus menyedot es teh. Ia begitu haus.

Narulita menoleh ke arah Ade masih dengan kepalanya yang menyadar pada kursi. "Oh ya, Dek, kamu nggak ada niatan tinggal di rumah ini?"

Ade menoleh lalu menggeleng pelan. "Nggak tahu, Kak. Sebenarnya aku pengin tinggal di rumah kita saja, daripada tinggal di rumah Bapak. Tapi aku takut kalau tinggal sendiri."

"Mau tinggal sama aku di rumah kita sendiri? Biar kamu nggak takut." Narulita bertanya.

Ade sedikit kaget. "Lah, Kakak, kan, tinggal sama Mas Sultan. Masak Kakak mau pisah rumah sama Mas Sultan sih?"

Narulita tertawa lalu menjawab, "Hahaha, ya kalau perlu Mas Sultan tinggal di rumah kita juga."

Ade langsung menyahut, "Mas Sultan nggak bakal mau, Kak, tinggal di rumah kita yang kecil. Dia, kan, sudah terbiasa tinggal di rumah besar."

Narulita mengangguk menyetujui ucapan adiknya. "Benar juga sih, Dek. Tapi nanti aku bicarakan sama Mas Sultan dulu."

"Udah deh, Kak, nggak usah dibicarakan. Mas Sultan juga tetap nggak bakal mau!" jawab Ade tetap yakin dengan pemikirannya.

"Ya siapa tahu, Mas Sultan mau, kan?"

"Entah kalau begitu. Mungkin Mas Sultan mau tinggal beberapa hari di rumah kita, Kak. Maksudnya nggak tinggal selamanya."

"Nah itu juga yang aku maksud, Dek," jawab Narulita seraya menjentikkan jari. "Sekali-kali lah, biar Mas Sultan ngerasain tinggal di rumah kecil." Lanjutnya

"Ah bener, Kak, sekali-kali ajak Mas Sultan tinggal di rumah kecil. Kira-kira dia betah nggak, ya?" Ade menatap ke atas sambil membayangkan.

"Nggak tahu juga, Dek," jawab Narulita seraya mengangkat kedua bahunya.

Narulita mendadak mengingat anaknya yang ada di rumah suaminya. Ia sekarang menjadi khawatir dengan anaknya. Takut,jika anaknya menangis karena ia tidak ada di rumah. Tapi sepertinya Natan tenang-tenang saja di rumah. Sebelum pergi ke rumah lamanya, Narulita sudah memberitahu kepada Bi Sari agar meneleponnya jika Natan menangis mencarinya.

Sultan Jatuh Cinta 2 : Istri Kedua [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang