32. LEBIH SAYANG NARULITA

1K 40 14
                                    

Pukul dua belas malam Sultan baru pulang dari kantor, Anissa yang menyambut kepulangannya di depan pintu rumah. Narulita sudah tidur dari jam sepuluh malam tadi bersama sang anak di kamar kosong yang bersebelahan dengan kamar utama.

Sultan berekspresi datar dan tidak tersenyum saat melihat wajah Anissa. Padahal istri keduanya itu sekarang sedang menampilkan muka ceria dan tersenyum lebar.

"Selamat malam, Kak," ucap Anissa.

Sultan tidak membalas ucapan Anissa dan malah bertanya, "Kemana Narulita? Kenapa kamu yang membukakan pintu?"

Sebenarnya sebelum pulang dari kantor, Sultan sudah mengharapkan yang menyambut kepulangannya adalah istri pertamanya, tapi fakta tidak sesuai ekspektasinya. Dia teringat masa lalu ketika awal-awal dia dan Narulita menikah, Narulita selalu menyambut kepulangannya di depan pintu lalu memeluknya erat.

Anissa menjawab dengan logat santai, "Kak Narulita sudah tidur, Kak. Jadi aku yang membukakan pintu untuk Kakak."

Sultan hanya mengangguk. "Ya sudah, kamu masuk duluan, jangan berdiri di depan pintu."

"Iya, Kak." Anissa mengangguk patuh lalu berjalan masuk ke rumah. Sultan mengikuti di belakang, tidak lupa sebelumnya dia sudah menutup pintu rumah.

Di ruang tengah, Anissa menawarkan teh kepada Sultan. Narulita yang memberitahukan kesukaan Sultan setelah pulang berkerja adalah minum teh.

"Kakak, mau aku buatkan teh?" tanya Anissa kepada Sultan yang akan berjalan.

Sultan menghentikan langkah lalu menoleh ke belakang dengan sedikit mengerutkan kening. Dia baru kali ini mendengar Anissa mengucapkan hal tersebut. Benar, sebelum--bahkan jauh setelah mereka menikah, Anissa sama sekali tak pernah menawarkan teh untuk suaminya.

"Tumben kau menawarkan aku teh?" Sultan refleks bertanya seperti itu.

Anissa cukup gugup, dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ah ya, aku hanya ingin membuatkan teh untuk Kakak. Cuaca sekarang sedang dingin."

Sultan menggeleng singkat sambil berdecak, lalu berkata, "Ya sudah, buatkan aku teh. Aku tunggu di kamar. Ngomong-ngomong kemana Narulita?"

"Kak Narulita ada di kamar. Dia sedang tidur," jawab Anissa.

"Baiklah." Setelah itu Sultan melanjutkan langkahnya. Dia menuju ke lantai tiga setelah sebelumnya melewati ruangan di lantai dua.

Di depan kamar, Sultan langsung saja membuka pintu. Dia sedikit terkejut saat mengetahui Narulita tidak ada di kamar. Benar-benar, Anissa telah membohonginya.

"Keparat, dia membohongiku," umpatnya tanpa sadar, "Kemana Narulita?" Lanjutnya sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar.

Sultan kemudian berbicara dalam hati, Apa Narulita sudah pulang ke rumahnya. Kalau begitu, aku harus menelponnya.

Tanpa pikir panjang Sultan mengambil hapenya di saku celana dan langsung menelepon Narulita. Sultan menunggu hingga detik berikutnya teleponnya sama sekali tidak direspons oleh istri pertamanya. Dan ketika emosinya akan meledak, Anissa muncul dari balik pintu sambil membawa secangkir teh.

Sultan menoleh ke arah pintu dengan wajah geram. Dia segera berkata, "Kemana Narulita? Kau membohongiku, Anissa?"

Anissa panik lalu cepat-cepat menaruh secangkir teh itu ke atas meja. "M-Maaf, Kak. Kak Narulita tidak tidur di kamar ini, tapi di kamar sebelah," ucapnya agak terbata-bata.

"Kamar sebelah?" Emosi Sultan sedikit mereda.

"Iya, Kak." Anissa mengangguk.

"Kenapa kau biarkan Narulita tidur di kamar itu? Seharusnya dia tidur di kamar ini." Sultan bertanya dengan nada sedikit membentak.

Sultan Jatuh Cinta 2 : Istri Kedua [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang