11. SALING MINTA MAAF

2.1K 41 21
                                    

Sultan memperingati Anissa agar perempuan itu tidak membocorkan kejadian yang mereka alami semalam tadi--kepada keluarga perempuan itu. Apabila Anissa tetap bertekad memberitahukan kepada keluarganya soal kejadian malam tadi, Sultan tidak akan segan-segan membawa Anissa pergi jauh. Sultan rasa itu lebih baik daripada perempuan muda itu buka mulut.

Sultan sebenarnya menyesal karena telah menggagahi Anissa tadi malam. Itu karena Sultan tadi malam tidak sengaja meminum air soda yang telah dicampur obat perangsang. Sehingga obat perangsang tersebut menimbulkan efek yang membuat Sultan jadi sangat bergairah untuk melakukan hubungan seksual.

Sekarang Sultan sadar, dirinya melakukan hal tidak senonoh kepada Anissa juga bukan karena kesalahannya, tapi gara-gara obat perangsang yang dicampurkan pada minumannya. Andai malam tadi, Sultan tidak meminum soda itu, kejadian ini sudah pasti tidak akan terjadi. Mengingat-ingat tadi malam, Sultan ingin marah kepada bartender yang telah salah menyajikan minuman untuknya.

"Pacarmu yang memesan soda dicampur obat perangsang, Anissa!" Sultan membentak Anissa yang sekarang masih menangis di atas kasur.

Anissa menekuk lututnya di depan dada dengan kepalanya yang ia tenggelamkan di antara kedua lututnya. Perempuan itu masih telanjang bulat, tubuhnya hanya tertutup selimut tebal.

"Seharusnya kamu melakukannya dengan pacarmu, bukan dengan saya!" Sultan masih membentak. Ia begitu emosi sekarang. Dia tidak sepenuhnya menyalahkan Anissa, karena Anissa juga tidak mengerti kalau ternyata pacarnya memesan minuman soda bercampur obat.

Kejadian ini, juga tidak sepenuhnya salah Sultan. Pria itu tadi malam-- hanya saja tidak bisa menahan nafsunya yang begitu tinggi. Mungkin obat perangsang yang dicampurkan pada minumannya--yang seharusnya bukan minumannya--terlalu banyak. Sehingga membuat Sultan sangat bergairah.

"Ini semua gara-gara pacarmu!" kata Sultan lagi.

Anissa tetap menunduk disertai tangisan sesenggukan, dia tidak berani menatap wajah Sultan yang dipenuhi emosi.

Hening. Sekarang hanya terdengar suara Anissa yang masih menangis. Sultan yang hanya memakai celana berjalan mendekati kasur lalu duduk di tepian ranjang. Dia menatap Anissa.

Anissa memberanikan diri untuk menatap balik wajah Sultan. Kini keduanya saling bertatapan cukup lama. Hingga akhirnya Anissa berbicara.

"Kak, maafkan aku. Aku tidak tahu, kalau ternyata Evan memesan minuman soda dicampur obat. Aku benar-benar tidak tahu, Kak." Anissa mendadak merasa bersalah. Perempuan itu lalu mengusap air matanya yang mengering di pipi.

"Iya, saya tidak menyalahkan kamu. Tapi saya juga minta maaf soal tadi malam. Saya tadi malam, tidak bisa menahan. Mungkin karena obat perangsang." Kali ini Sultan berusaha untuk tenang. Dia tidak ingin marah-marah seperti tadi.

"Sekarang kamu lupakan kejadian malam tadi. Anggap saja sudah berlalu. Sebagai gantinya, kamu saya beri uang dan nomer hape saya. Kalau kamu butuh, kamu bisa telpon saya." Sultan kemudian mengeluarkan uang merah lima lembar dari dalam dompetnya. "Ini."

Anissa hanya menatap uang itu tanpa berniat mengambilnya. Lalu ia geleng-geleng kepala. "Tidak, Kak. Aku tidak butuh itu. Aku bukan pelacur yang dibayar pakek uang. Aku hanya butuh nomer hape Kakak," jawabnya bijak.

Sultan tersenyum tipis lalu menjawab, "Kamu memang benar, kamu bukan pelacur. Saya hanya ingin memberi uang, tidak lebih. Ambilah!" Kemudian pria itu menyodorkan lebih dekat lima lembar uang merah itu kepada Anissa.

Tapi lagi-lagi perempuan muda itu menggeleng.

"Tidak, Kak. Tetap saja itu seperti pelacur yang dibayar pakek uang," jawab Anissa.

Sultan Jatuh Cinta 2 : Istri Kedua [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang