Zeline memberanikan diri untuk memperkenalkan dirinya sekali lagi pada Genzo. Meskipun dia tahu kalau Genzo akan menanggapi nya dengan stay cool kalau bahasa anak zaman sekarang.
"Genzoo..."teriak Zeline sekali lagi.
"Iya?"
"Aku Zeline... kita sahabat waktu kita masih sama-sama kecil dulu. 6 tahun bukan waktu yang lama kan gen sampai-sampai kamu lupa sama aku?"
"Oh Zeline iya-iya, aku masuk dulu ya."
"Hah!!!!! hanya itu jawabannya?" gumam Zeline.
"I..iyaa Gen." lagi-lagi Zeline berbicara gugup dan hanya memendam rasa malu karena setelah Zeline menjelaskan panjang lebar, Genzo hanya merespon dengan dingin.
"Ya Allah gusti... kenapa aku gugup sekali. Dan ternyata filing ku salah, ku kira setelah menuntut Ilmu di Kairo Genzo bisa menghilangkan sifat-sifatnya yang menyebalkan itu, terutama sifat cuek nya itu loh. Kalau sama orang yang ndak di kenal wajar. Tapi, tapi aku kan sahabat kecil dia."tak sadar Zeline berbicara sendiri setelah Genzo pergi.
Sesampainya Genzo diruangannya, Genzo langsung bertanya pada umi Anis perihal Zeline.
"Umi...
"Iya nak? ada apa."
"Siapa wanita yang tadi mengenakan gamis berwarna hitam tadi."
"Yang mana?"
"Yang itu umi... ber gamis hitam dan berjilbab merah."jelas Genzo.
"Oh maksud kamu Zeline nak? wah pertanda apa ini."ledek umi Anis sambil tersenyum dengan menatap wajah Genzo curiga.
"Hah! pertanda apa umi? Genzo hanya bertanya. Umi jangan aneh-aneh."
"Lagi pula umi senang kalau kamu dekat sama Zeline. Kebetulan Zeline itu sudah menjadi Ustadzah di Pesantren ini. Hebat kan."
"Umi jangan ngelantur bicaranya. Genzo sama sekali ngga berfikir sampai kesitu lho umi."
Disaat mereka berdua sedang berbicara, tiba-tiba lyai Anas datang dan bergabung bersama mereka.
"Ada apa ini? serius sekali sepertinya?"
"Ini lho bi Genzo.... baru datang sudah menyimpan perasaan pada Ze...
"Astagfirullah umi... Genzo hanya bertanya tadi. Masa iya Genzo semudah itu untuk jatuh cinta." Genzo memotong apa yang ingin dikatakan oleh umi Anis.
"Zee siapa umi?"tanya kyai Anas yang mengabaikan apa yang dijelaskan oleh Genzo.
"Zeline abi."
"Ini Genzo baru datang lho... abi sama umi bercandanya ngga lucu."
Genzo sedikit kesal pada kyai Anas dan umi Anis, karena memang Genzo dari kecil paling tidak suka kalau ada yang membahas masalah percintaan padanya. Apalagi berkaitan dengannya.
"Sifat kamu ndak berubah ya gen... jangan marah Genzo, umi tadi hanya ingin tahu kamu masih Genzo yang dulu atau ndak." rayu umi Anis.
"Genzo ngga marah umi, abi.. kata siapa Genzo marah." jawab Genzo dengan tenang.
***
Hari demi hari telah di lalui oleh Genzo di pondok pesantren Al Ihsan. Di pondok ayahnya itu Genzo mengajar di berbagai bidang ilmu. Mulai dari Sastra Arab, Kaligrafi, Nahwu Shorof, dan masih banyak lagi. Sehingga, tak heran Genzo menjadi Gus sekaligus Guru favorit. Menggeser Fairuzzani El Rum. Yaitu kakak Genzo Sihabuddin.
"Wah wah wah!!!.. baru dua minggu di sini kamu wis Tranding topik ya Gen." Fairuz memulai topik, yang kebetulan ber papasan dengan Genzo di jalan menuju Masjid Ratu Adil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Temui Kau Disepertiga Malam
General FictionSeorang anak Kyai yang menuntut ilmu di Kairo, dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikannya. Persahabatan kyai Anas dan kyai Mansyur sangatlah erat. Sampai-sampai disaat kyai Mansyur meninggal, kyai Anas mas...