《Marsella》

210 107 337
                                    

"Mi.... mami tau ngga, tadi di kampus ada dosen baru, dan dosen nya tuh masih muda banget mi keliatan dari muka nya. Nah, sebenernya mi, Marsella udah seneng banget sama dia waktu Marsella ketemu di rumah sakit."

Marsella yang baru pulang dari kampus langsung bercerita panjang lebar tentang Genzo, pada mami nya yang sedang duduk di sofa sembari membaca koran.

"Sell, Senggak-nggaknya sepatu nya di lepas dulu." Seru mami Marsella karena melihat Marsella masuk rumah masih menggunakan sepatunya.

"Eh iya hehehe lupa mami."

Setelah melepas sepatu nya Marsella kembali menceritakan Genzo pada mami nya.

"Mii, trus dia tuh bahasa inggris nya jago, cool lagi."

"So? Kamu suka sama dosen itu?"

"Kayak nya Marsella jatuh cinta mii."

"Ya gapapa sel, asal dia yang terbaik buat kamu, dan sama-sama suka kenapa ngga ya kan."

"Aaaa.... makasih mami, mi tapi ada satu masalah, gede banget mi."

"Masalah apa sel?"

"Agama nya Islam." Ujar Marsella dengan raut wajah sedikit sedih.

"Whatt!!! Ngga ngga sel, kamu ngga boleh jatuh cinta sama dia, sampai mati mami nggaa akan ngerestui hubungan kalian."

Mami Marsella benar-benar marah setelah tahu lelaki yang di cintai anak nya itu beragam islam. Dan menolak mentah-mentah apabila Marsella hendak melakukan hubungan yang serius bersama Genzo.

"Ada apa ini kok ribut-ribut." Tanya seorang lelaki paru baya dengan pakaian kantoran yang di kenakannya.

"Ini loh pi Marsella, Bisa-bisa nya dia jatuh cinta dengan laki-laki yang berbeda agama  sama kita."

"Apa benar itu sel?" Lelaki yang ternyata papi nya Marsella kembali bertanya.

"Pii, Marsella bisa jelasin."

"Apa yang mau kamu jelasin sel, hah! Apa?" Sahut mami nya.

"Mami, papi. Jujur Marsella ngga pernah ngerasain perasaan yang segini dalamnya, dan itu pun sama laki-laki yang Marsella baru kenal, bahkan baru dua kali ketemu. Kalo perasaan bisa di atur mi, pi Marsella ngga akan mau mencintai seorang yang jelas-jelas mami dan papi ngga suka. Jadi, Marsella mohon hargai perasaan Marsella."

Tanpa mendengarkan jawaban orang tua nya itu Marsella beranjak pergi menuju kamarnya.

"Gimana pii?"

"Papi juga ngga tau mi, setau papi Marsella ngga pernah jatuh cinta. Tapi sekalinya jatuh cinta, bisa-bisa nya dia mencintai seorang yang berbeda agama."

*
*
*

Sementara di kamar, Marsella menangis mendengar kata-kata penolakan kedua orangtuanya itu terhadap Genzo.

"Kalo aku bisa nentuin dengan siapa, kapan, dan dimana aku jatuh cinta aku juga pasti ngga akan pernah jatuh cinta sama Genzo. Tapi, perasaan ini datang tiba-tiba. Entah apa yang terjadi sama aku." Marsella menangis, dan berbicara pada dirinya sendiri.

"Aku ngga pernah jatuh cinta, tapi sekalinya jatuh cinta kenapa harus sama dia? Kenapa ya tuhan!!!

"Sel please... ngapain kamu mikirin semua itu sampe segitu nya? Belum tentu kan Genzo suka sama kamu juga, mustahil juga dia mau sama aku, dari segi agama aja udah beda." Marsella kembali berbicara dengan dirinya sendiri, kali ini dengan ekspresi seperti menertawakan dirinya sendiri.

"Ahhh ngga tau lah.....

Disisi lain Genzo yang baru pulang mengajar telah di tunggu Kyai Anas dan Fairuz di ruang tamu.

"Assalamuallaikum Abi, mas Fairuz."

"Wa'alaikumusallam Nak. "

"Waalaikumusallam Genzo."

"Nak, kali ini coba duduk, tenang kan pikiranmu." Ujar Kyai Anas.

"Iya Gen, coba kamu tenang, atur emosi kamu."

"Genzo ndak emosi bi, mas. Ada apa ini sebenarnya?"

"Gen, abi mau kamu serius dan benar-benar mendengarkan masalah pernikahan kamu."

"Abi... tolong Genzo capek bii."

"Kenapa Gen setiap kita mau membahas siap pernikahanmu kamu bertingkah seperti ini."

"Mas... sepertinya ngga perlu Genzo jawab mas, dan juga abi pasti tau jawabannya. Genzo ngga membantah itu karena abi orang tua Genzo, mas Fairuz kakak Genzo. Tapi kalo abi atau pun mas Fairuz minta aku untuk tenang, aku ngga bisa sampai sini paham? Genzo minta maaf kalo Genzo banyak salah sama abi, sama mas juga. Genzo banyak Bikin abi dan mas Fairuz emosi, Genzo marah-marah terus. Kalo abi mau nikahkan Genzo dengan Zeline silahkan bi, tapi jangan pernah tanya sama Genzo bagaimana, kapan, mengapa, ada apa? Atau apapun itu tentang pernikahan Genzo dan Zeline, Genzo minta tolong."

"Gen, ngga seharusnya kamu ngomong gitu sama abi." Fairuz angkat bicara.

"Itu sudah seharusnya, kalau Genzo diam saja abi, dan mas Fairuz ngga akan pernah tau apa yang Genzo rasakan, Assalamuallaikum." Ujar Genzo lalu meninggalkan Kyai Anas dan Fairuz.

*
*
*

Ku Temui Kau Disepertiga Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang