Waktu siang disaat para kyai, Ustadz, Ustadzah dan para orang-orang terpandang sedang mengadakan Rapat khusus. salah satu Kyai yang amat dihormati di Pesantren Al Ihsan yaitu Kyai Anas pengasuh pesantren mendapatkan telpon sehingga suasana menjadi hening.
Tililit... tililitt..
"Assalamuallaikum Abi."
"Waalaikumusallam Genzo anak abi. Bagaimana kabar nya baik?" Dengan nada sedikit menyimpan kesedihan karena merindukan anak bungsunya itu.
"Alhamdulillah Genzo sehat bii. abi, Genzo punya kabar gembira bi."
"Kabar gembira?? Kabar apa itu nak?"
"Abi lupa ya Genzo minggu depan 6 tahun sudah Genzo menuntut ilmu di Kairo dan kabar gembiranya Genzo akan pulang ke Indonesia."
"Masyaallah!! Abi senang sekali nak akhirnya kamu pulang, abi tidak bisa berkata apa-apa nak, kecuali kebahagiaan yang ada di hati abi."
Obrolan mereka pun disaksikan oleh semua orang yang hadir dirapat tersebut, dan mereka pun ikut bahagia atas kabar akan kedatangan Genzo.
Tak disangka kabar tentang kedatangan Genzo pun menyebar luas keseluruh pesantren terlebih lagi suporter nomer satu nya Genzo, siapa lagi kalau bukan santriwati. Mereka beramai-ramai memperbincangkan anak Kyai itu.
"Setampan apa Genzo itu sampai kalian segitunya denger kabar Genzo mau pulang ke Indonesia?" tanya santriwati yang baru saja masuk ke Pesantren.
"Ih sampean jangan manggil Genzo aja Gus Genzo kalau sampai terdengar santri-santri lain sampean bisa abis di makan."
"Emmm begitu ya, memangnya kenapa sih kok harus ada Gus nya segala?" tanya santriwati tersebut dengan rasa sangat penasaran.
"Wis lah sampean mondok aja yang bener, nanti seiring berjalannya waktu juga tau sendiri."
Dan tak terasa akhirnya waktu yang di nanti-nanti akhirnya tiba. Kyai Anas beserta istrinya dan satu supir pribadinya itu menjemput anak tercinta nya menuju Bandara Abdurrahman Saleh. Setelah sampai mereka pun menunggu kehadiran Genzo.
Tampak dari jauh seorang lelaki yang mengenakan Gamis berwarna putih, memakai kacamata hitam, memiliki tinggi badan 180 cm. Kulitnya putih dan halus seperti kulit wanita. Wajar saja kalau Genzo memiliki paras yang begitu menawan, karena Genzo lahir di Jepang dan ibunda nya pun masih keturunan Jepang.
"Subhanallah Genzo Sihabuddin El Rum anak abi. Sampai pangling liat kamu nak."
"Assalamuallaikum abi umi."
"Waalaikumusallam." Kyai Anas dan istrinya serentak mebalas salam Genzo dengan perasaan senang.
"Nak, umi bangga sama kamu. Umi kira dulu waktu Genzo rencana mau lanjut S2 di Kairo kamu ndak mampu nak, Genzo kan anak manja." ledek umi Anis pada Genzo yang memang dulu dia adalah anak manja.
" Eh...eh sudah ayo kita pulang, nanti kita lanjutkan lagi di rumah. Pasti orang-orang rumah ndak sabar pingin ketemu anak kita." sahut Kyai Anas yang sembari tadi menunggu obrolan mereka.
"Iya sabar abi, kita kan masih asik ngobrol bi. Umi sudah 6 tahun lho ndak ketemu Genzo."
"Abi juga sama. 6 tahun ndak ketemu Genzo, bukan Umi saja."
Kyai Anas dan umi Anis berdebat dan akhirnya Genzo menghentikan perdebatan mereka berdua.
"Sudah abi, umi... mau pulang ngga?"
"Hehehe... Iya iya maaf Gen."
*
*
*''Alhamdulillah Gen kita sampai di rumah."
"Hmmm...huuu... Bismillahi rahmanirahimm." Genzo menarik nafas dalam-dalam sambil membukan pintu mobil.
"Mashaallah!!!
"Subhanallah ganteng e tah cah lanang iki."
"Owalahh itu too yang namanya Gus Genzo, lumayan."
"Apa sampean bilang? lumayan?"
"Wis to malu di dengerin orang banyak." bisik-bisik santriwati yang sedang membicarakan Genzo.
"Gus... sini biar koper dan tas nya saya yang bawa." ucap salah satu santriwan.
"Oh ngga usah, saya bisa sendiri kang."
"Ternyata banyak juga ya kang perubahan yang terjadi selama saya di Kairo." seru Genzo sambil melihat bangunan-bangunan mewah yang baru di bangun.
"Iya Gus Alhamdulillah."
Tiba-tiba di saat mereka sedang asyik berbicara datang seorang wanita sambil tersenyum kepada Genzo. Tapi, justru Genzo heran dan bertanya-tanya ada apa dengan wanita itu.
"Assalamuallaikum Genzo." sapa wanita itu dengan senyuman yang manis.
"Waalaikumusallam." jawab Genzo singkat.
"Em..ka..a....kamu inget ndak siapa aku." tanya nya kembali dengan sangat gugup.
"Siapa ya? maaf saya lupa sepertinya. Memangnya anda siapa?"
"Aa...aku Zeline Gen teman kecil kamu. Baru juga 6 tahun ndak ketemu wis lupa Gen." jawab wanita itu yang ternyata bernama Zeline. Dan berusaha care sama Genzo.
"Emm... Zeline yaa???
"Iya Gen.... Belum ingat juga sama aku?"
"Mungkin nanti ya." jawab Genzo dan lalu pergi meninggalkan Zeline dengan perasaan heran.
"Mungkin nanti... mungkin nanti.... bisa gitu ya."
Zeline tak sadar bahwa Genzo telah jauh meninggalkannya.
"Eh Genzo... kok main pergi aja." teriak Zeline sambil mengejar Genzo.
"Apalagi? Kan saya bilang nanti." tegas Genzo yang berhenti sejenak.
"Em... Eh iyaa lupa." gumam Zeline sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Sudah ngga ada yang mau dibicarakan lagi kan?"
"Aa.. ee.. Iya mungkin."
Genzo lalu melanjutkan perjalanannya dan Zeline tetap masih mengikutinya dari belakang.
"Menyebalkan sekali Genzo...
Dengan perasaan kesal Zeline tetap membuntuti Genzo yang seperti kesulitan membawa barang-barang nya. Lalu Zeline menawarkan bantuan pada Genzo.
"Emm... Genzo, apa kamu butuh bantuan?"
"Iya saya butuh."
Baik lah sini aku bantu." Jawab Zeline dengan perasaan berbunga-bunga.
"Tolong tinggalkan saya sendiri. Jangan membuntuti saya, saya sangat risih."
"Jadi maksud nya...
"Iyaa." sahut Genzo dengan tegas pada Zeline.
"Baiklah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Temui Kau Disepertiga Malam
General FictionSeorang anak Kyai yang menuntut ilmu di Kairo, dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikannya. Persahabatan kyai Anas dan kyai Mansyur sangatlah erat. Sampai-sampai disaat kyai Mansyur meninggal, kyai Anas mas...