"Ust....""Tunggu!!! Maaf sebelumnya gen. Mungkin menurutmu ini begitu cepat, tapi bisakah kamu memanggilku Zeline saja, begitu pula aku. Kita sudah bersahabat dari kecil gen. Jadi tolong! jangan seperti orang baru kenal kemarin." Zeline memotong pembicaraan Genzo.
"Baiklah, Zelineeee.... Sekarang aku ingin membicarakan hal penting denganmu zel, tapi tidak disini."
"Lalu kemana kita akan pergi? Kita kan bukan Mahram gen."
"Aku tau, tapi aku hanya meminta waktu sebentar zel. Lagi pula kita ngga keluar dari area Pesantren, kita hanya akan ke rumah pohon belakang Pesantren."jelas Genzo menyakinkan Zeline.
"Baiklah, mari Gen!"ajak Zeline.
Pesantren Al Ihsan ini terkenal dengan bangunannya yang indah dan begitu luas. Jadi tak heran bila memerlukan waktu yang lumayan lama untuk menuju rumah pohon tersebut. Di perjalanan Genzo dan Zeline hanya terdiam, tampak salah satu dari mereka ingin memulai topik tapi mereka ragu. Akhirnya Zeline pun memberanikan diri untuk berbicara terlebih dahulu pada Genzo.
"Gen, ngomong-ngomong kamu mau membicarakan hal penting apa?"
"Sudahlah, nanti kamu juga tau zel.
Genzo memang sangat terkenal dengan sifat cuek dan tidak suka banyak bicara, yang justru tak jarang membuat orang kesal padanya.
"Genzo....Genzo.... padahal aku berusaha nyari topik biar ndak boring."gumam Zeline sambil merengut.
Dan akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan mereka. Tapi Genzo bingung apa yang harus di bicarakan pertama kali.
"Dari mana aku harus memulainya."
"Yang menurutmu paling penting dulu aja gen."
"Emmm....baiklah. Begini zel, aku ingin bertanya padamu, tapi tolong jawab yang jujur. Langsung saja pada poin nya ya zel.
Genzo menghela nafas panjang.
"Apakah kamu mencintaiku?"tanya Genzo memulai obrolan.
"Eee....aa....eee"
"Genzo ini aneh-aneh aja, masa cewek di kasi pertanyaan semacam itu, dan tanpa hubungan yang jelas lagi. Mau bilang suka lucu, mau bilang ndak, tapikan aku mencintainya."gumam Zeline.
"Aku ngerti kalau kamu belum bisa jawab pertanyaanku sekarang. Lupakan itu semua! Sekarang, aku mau menceritakan sesuatu. Aku berfikir kalau kamu berhak tau tentang ini zel."
"Tentang apa gen."
"Ini tentang Ayahmu zel."
"Mengapa dengan ayah, apakah ayahku sudah di temukan? Jawab aku gen!"
"Sepertinya benar kata abi bahwa Zeline tidak mengingat kejadian waktu dulu, haruskan ku ceritakan bahwa aku bertemu dengan ayah nya? Pantas saja waktu itu umi tidak menyebutkan Almarhum pada nama Zeline. rupanya abi, umi, bahkan ibu Zeline pun merahasiakan ini darinya."fikir Genzo sambil mempertimbangkan niatnya untuk menceritakan peristiwa yang dialaminya.
["Zeline Alyama Binti Mansyur Ali."]
Lagi-lagi Genzo terbayang waktu umi Anis menyebut nama Zeline.
"Gen, ada apa dengan ayah ku?" tanya Zeline sekali lagi yang menghentikan lamunan Genzo.
"Eh duduk dulu zel."ajak Genzo mempersilahkan Zeline duduk.
"Baiklah, sekarang bisakah kamu menjelaskan hal penting apa yang harusku ketahui itu?"ujar Zeline dengan tatapan serius pada Genzo.
"Ah, ngga sebenarnya aku ingin bertemu dengan Ayahmu sebelum kita menikah zel. Dan maaf sebelumnya, aku ngga tau bahwa ayahmu menghilang tanpa kabar. Yang perlu kamu tau zel, Allah ngga akan menguji hamba nya diluar batas kemampuan hamba itu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Temui Kau Disepertiga Malam
General FictionSeorang anak Kyai yang menuntut ilmu di Kairo, dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikannya. Persahabatan kyai Anas dan kyai Mansyur sangatlah erat. Sampai-sampai disaat kyai Mansyur meninggal, kyai Anas mas...