《Wasiat》

304 211 206
                                    

Genzo melamun sambil memikirkan ucapan pak Mansyur, Genzo merasa saran yang di berikan pak mansyur sangat membantu. Genzo segera menyusul pak Mansyur untuk mengucapakan terima kasih, tapiii.....

________________

Genzo tak menemukan pak Mansyur, dan Genzo bertanya pada salah seorang santri yang kebetulan lewat.

"Maaf kang, lihat bapak-bapak lewat sini tidak? kakinya sedikit pincang, banyak luka-luka kecil di tangannya." tanya Genzo kepada santri itu.

"Maaf gus saya ndak lihat."

"Oh iya, terima kasih kang."

"Nggeh gus sami-sami."

"Ah iya, sebaiknya aku langsung ke ruang tamu saja, mungkin pak Mansyur sudah sampai di sana." tebak Genzo sambil berjalan tergesa-gesa.

Setelah sampai di ruang tamu, Genzo tak melihat adanya satu orang pun. Genzo duduk di kursi sambil memikirkan kemana pak Mansyur pergi. Kemudian, kyai Anas keluar dari kamar nya yang kebetulan tak jauh dari ruang tamu.

"Abi, apakah pak Mansyur sudah pergi? Padahal Genzo memintanya untuk istirahat dulu di sini. Karena beliau baru saja mengalami kecelakaan, kaki nya tentu saja masih sakit. Dan banyak goresan-goresan kecil di tangannya. Mengapa abi tidak mencegahnya agar beliau tidak pergi?" tanya Genzo detail sembari menjelaskan apa yang telah di alami pak Mansyur.

"Pak Mansyur siapa nak?" tanya kyai Anas dengan penuh tanda tanya.

"Pak Mansyur teman seperjuangan abi dulu waktu nyantri katanya."

"Emm.... Mansyur... Mansyur teman seperjuangan?" kayai Anis berusaha mengingat pak Mansyur yang di maksud Genzo.

Genzo pun menunggu jawaban kyai Anas.

"Teman seperjuangan abi banyak. Tapi, yang namanya Mansyur hanya satu, tapi..."

"Tapi apa abi?"

"Tapi beliau sudah meninggal dunia sekitar 18 tahun yang lalu gen. Beliau Meninggalnya karena kecelakaan."

"Innalillahi wa innailahi rojiun'' tunggu bi, lalu bapak yang datang bersama Genzo tadi siapa bi."

"Ya mungkin salah alamat gen. Karena dari tadi ndak ada orang yang datang. Kalaupun dia bernama Mansyur. Lalu Mansyur siapa?"

"Tunggu bi, pak Mansyur teman abi nama lengkapnya siapa bii."

"Mansyur Ali Gen." beliau ayah dari Zeline."

["Lalu dengan siapa Genzo akan menikah Umi?"

"Zeline Alyama Binti Mansyur Ali."]

Genzo terbayang-banyang waktu dimana umi Anis menyebut nama Zeline.

"Berarti....."

"Berarti apa Gen?" tanya Kyai Anas penasaran.

"Abi....tadi Genzo waktu perjalan pulang, Genzo melihat ada kerumunan di tengah jalan. Genzo mendatangi kerumunan itu, ternyata ada kecelakaan. Seorang lelaki lumayan tua, lalu Genzo menawarkan untuk membawa ke rumah sakit. Tapi orang itu menolaknya. Dan... Abi tau siapa nama orang itu?" tanya Genzo dengan pandangan kosong karena bingung.

"Tidak tau Gen." jawab Kyai Anas konsentrasi menatap Genzo.

"Beliau mengatakan namanya adalah Mansyur Ali. Dan satu lagi, beliau berpesan "Masalah yang kamu hadapi saat ini begitu berat, cari solusi nya datang kepada Allah. Sholat Istikharah, Sholat Tahajjud, perbanyak Dzikir. Maka, Insyaallah kamu akan medapatkan jawaban dan solusi dari masalahmu."

"Masyaallah! Nak, kejadian itu sama persis dengan kejadian 18 tahun lalu. Kyai Mansyur beserta istrinya dan Zeline mengalami musibah kecelakaan, lokasinya tidak jauh dari rumah kita. Dan pada saat itu kyai mansyur keadaannya sangat kritis. Tapi, beliau menolak untuk ke rumah sakit. Justru beliau meminta abi untuk membawa nya ke rumah abi. Sedangkan istrinya dan Zeline hanya bisa menangis. Lalu sesampainya di rumah abi, kyai Mansyur berwasiat.

"Wasiat?? Wasiat apa itu bi,-"

["Aaa.. Anas.... aku titipkan istri dan anakku. Terutama Zeline, tolong didik dia dengan Agama yang bagus, akhlak yang mulia. Dan, jika... usia nya memasuki usia untuk menikah. Maka nikahkan lah dia dengan seorang yang bisa membawa nya di jalan Allah. Yang bisa mendidik dia, dan bisa membuat dia bahagia dunia dan akhirat. Aku ber tawakkal kepada Allah, dan aku mempercayakan semua padamu nas. Karena aku yakin ka..kamu adalah orang yang tepat."]

Kyai Anas terbayang kejadian 18 tahun lalu yang menimpa Zeline dan keluarganya.

"Mengapa abi menangis, bi." tanya Genzo menghentikan lamunan kyai Anas.

"Beliau mempercayakan istri dan anaknya pada abi. Terutama Zeline, abi diminta untuk mendidik Zeline, menyayangi dan disaat usianya memasuki usia yang sudah cukup untuk menikah, maka abi harus menikah kan dia dengan seorang yang bisa membuat Zeline bahagia dunia akhirat. Setelah itu, kyai Mansyur menghembuskan nafas terakhirnya dengan senyuman yang menujukkan bahwa ia telah siap mengahadap sang pecipta. Sejak saat itu gen, abi berusaha sebaik mungkin menjaga, mendidik, dan menyayangi Zeline seperti anak abi sendiri."

"Berarti...."

"Iya gen. Sepertinya kyai Mansyur mendatangi mu karena ingin menagih wasiat nya dulu kepada abi tapi dengan melalui perantara mu gen." kyai Anas memotong pembicaraan seperti tau apa yang di pikirkan oleh Genzo.

"Aku bersahabat dengan Zeline dari kecil. Tapi, mengapa Zeline tidak pernah menceritakan soal ini bi."

"Ada dua kemungkinan nak. Yang pertama, mungkin Zeline tidak ingin mengingat semua itu lagi, karena terlalu menyakitkan untuk di ingat. Dan yang kedua, mungkin memang murni Zeline tak mengingat semua itu karena pada saat itu Zeline masih sangat kecil."

"Abi.... maaf Genzo harus segera pergi menemui Zeline."

"Tunggu Genzo! Abi minta, sebaiknya pikirkan lagi rencana pernikahanmu dengan Zeline. Karena mungkin kyai Mansyur datang dan menyampaikan pesan itu ada sesuatu yang akan terjadi, pastinya berkaitan dengan rencana pernikahanmu. Karena ini menyangkut Zeline juga gen." tegas kyai Mansyur.

"Iyaa bi, Insyaallah Genzo pasti akan memikirkan semua itu dengan matang-matang, abi Genzo pergi dulu ya, Assalamuallaikum." ujar Genzo tergesa-gesa.

"Waalaikumusallam."

*
*
*

"Ya Rabb! Mengapa bertubi-tubi cobaan yang engkau berikan. Aku tak mampu menghadapi semua ini Ya Allah." ratap Genzo.

Disisi lain hati nya mengatakan "Tidak tidak! Allah tidak akan memberikan ujian atau cobaan kecuali hambanya mampu untuk mengadapinya."

Akhirnya Genzo bertemu Zeline, tapi Genzo masih harus menunggu karena Zeline sedang ada kelas mengajar.

"Pelajaran hari ini saya tutup sampai disini, kurang lebihnya saya minta maaf sebanyak-banyak nya. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh."

"Waalaikumusallam Warahmatullahi wabarakatuh."

"Genzo? Mengapa dia seperti sedang menunggu ku, tidak-tidak. Itu tidak mungkin."gumam Zeline.

Lalu Zeline berjalan keluar seolah tak mengetahui kehadiran Genzo. Karena Genzo sedang berdiri membelakangi pintu kelas. Dan Genzo pun tak sadar bahwa Zeline sudah berjalan cukup jauh, Genzo yang menyadarinya segera menyusul Zeline.

"Zel... Zeline." panggil Genzo sambil berlari menuju Zeline.

"Eh maaf. Maksudku ustadzah Zeline." tambah Genzo.

"Waalaikumusallam."salam Zeline seperti menyindir Genzo.

"Ah Iya maaf... maaf. Assalamuallaikum Zelin...usadzah Zeline maksudnya."

"Waalaikumusallam, ada apa? gus Genzo manggil saya." tanya Zeline sambil tersenyum.

*
*
*

Ikuti terus ya kelanjutannya Readers!! Masih banyak lagi lanjutan lanjutan yang pastinya sayang untuk di lewatkan😊

Ku Temui Kau Disepertiga Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang