《Random》

179 133 434
                                    

Mas, Genzo antar ke rumah sakit lagi ya. Kata dokter mas harus di rawat satu minggu lagi.

"Ndak Gen, mas mau pulang sama kamu dan abi saja."

"Tapi mas...  keadaan mas Fairuz masih sangat lemah, dan liat luka-luka mas, itu butuh perawatan yang khusus." Ujar Genzo dengan ekspresi perih melihat luka Fairuz.

"Iya nak, adikmu benar."

"Abii... Genzo... Fairuz ndak papa."

"Tapi mas janji ya nanti mau Genzo obatin semua luka mas Fariuz, ndak boleh nolak."

"Iyaa Genzo Sihabuddin El Rum  yang cerewett."

*
*
*

Setibanya di Pesantren, Kyai Anas mngingatkan Fairuz dan Genzo untuk mandi terlebih dahulu sebelum istirahat.

"Fairuz, Genzo... jangan lupa mandi dulu ya sebelum istirahat.

"Iya abii." Genzo dan Fairuz menjawab serentak.

Genzo yang baru selesai mandi langsung bergegas menuju kamar Fairuz sambil membilas rambutnya yang masih basah itu dengan handuk.

"Mass... mas Fairuz, Genzo masuk ya."

"Masuk aja Gen, pintu nya ndak di kunci, mas masih mandi."

"Iyaa mas."

Genzo selalu berusaha memegang teguh kalau dalam islam tidak boleh melakukan Ghasab (menggunakan barang milik orang lain tanpa seizin pemiliknya)
Karena merupakan prilaku yang Haram hukumnya.

"Mas Fairuz??? Genzo pinjam sisir ya?"

"Pake aja Gen."

"Genzo udah izin lho mas."

"Iyaaa bawelll."

"Mas.....?

Apa lagi heummm."

"Sisirin rambut Genzo mas."

"Dihhh.... ternyata kamu masih manja?"

"Minta tolong mas!!! Masa sekali aja udah dibilang manja."

"Tetap aja manja...."

"Iya terserah mas mau bilang apa, intinya sisirin rambut Genzo."

"Rambut kamu gimbal Gen?" Tanya Fairuz bercanda.

"Gimbal gimana?" Tanya Genzo heran.

"Iya gimbal, sampe-sampe ndak bisa nyisir rambut sendiri." Ejek Fairuz pada Genzo.

"Ngawur aja. Wkwkwkwk." Jawab Genzo sambil tertawa.

"Mas Fairuz mandi, atau lagi buat candi Prambanan part2?"

"Buat candi Prambanan part2 gimana maksudnya?" Tanya Fairuz lebih heran dari Genzo sebelumnya.

"Lama maksudnya....

"Iya Gen, kan harus hati-hati, masih ada luka yang belum kering Gen."

"Genzo bantu ya?"

"Ih ngapain.... yang ada mas tambah geli."

Ya Allah mas. Wkwkwk."

*
*
*

Krekkk!!!

"Jadi mas candi nya?" Tanya Genzo pada Fairuz yang baru keluar dari kamar mandi.

"Jadi dong... liat aja sendiri di dalam."

"Nye...nye...nyee."

"Sini mas sisirin Gen."

Disaat Fairuz menyisir rambut Genzo. Genzo teringat dimana waktu kecil dulu, umi Anis sering menyisir rambut Genzo.

"Umi.....

"Kamu teringat umi ya Gen?"

"Ndak mas. Genzo hanya....

"Gen ndak papa. Kita hanya menyembunyikan kesedihan kita di depan abi. Tapi di belakang abi kita boleh sedih. Ingat Gen, pundak mas akan selalu ada untuk tempat bersandar mu Gen, khusus buat kamu kalo perlu."

Genzo tersenyum sambil meneteskan air mata.

"Mas juga harus ingat, pundak Genzo akan selalu ada buat mas Fairuz."

"Ah yang bener? Yang ada nanti mas jatuh lagi."

"Jatuh gimana?"

"Masa kamu kuat? Kan anak manja."

"Mulai....."

Hikss... hikss....


Kyai Anas yang sudah sekitar lima menit dibalik pintu kamar Fairuz, menjadi sangat bersyukur dan bahagia karena memiliki kedua anak yang bisa memberi semangat satu sama lain.

"Tokkk... tokk!!! Fairuz abi boleh masuk?"

"Tentu saja boleh bii."

Kyai Anas masuk lalu duduk dikasur. Sementara Fairuz dan Genzo duduk di kursi.

"Bagaimana nak... apakah masih sangat sakit?" Tanya Kyai Anas pada Fairuz.

"Alhamdulillah bii, tapi masih sedikit sakit."

"Abi obati ya nak...

"Lho abi.... Genzo yang akan mengobati mas Fairuz, abi istirahat saja ya." Sahut Genzo.

Ya sudah kalau begitu abi tinggal ya."

"Iya abii....

***

"Mas... mana sini luka nya biar Genzo obatin."

"Ini Gen... jangan lupa pake cinta ya."

"Dihhh... sejak kapan mas Fairuz kenal cinta?" Tanya Genzo serius.

"Ada deh..."

"Mas, Genzo mau nanya. Mas Fairuz jawab yang jujur ya."

"Tanya aja Gen, tenang aja mas bakal jujur."

"M-mm.. mas Fairuz sebenarnya mencintai Zeline kan?"

"Ehemm... kenapa kamu nanya soal itu Gen?" Fairuz yang sedang minum segelas air seketika tersendat karena terkejut dengan pertanyaan Genzo.

"Mas... Genzo tau kalau mas sebenarnya mencintai Zeline. Genzo sudah lama mau menanyakan hal ini, Genzo mau dengar lagsung dari mas. Cuma Genzo mencari waktu yang tepat untuk nanya sama mas."

"Iya Gen, mas mencintai Zeline. Tapi tenang aja Gen mas akan berusaha menghapus semua perasaan mas pada Zeline, mas bisa pastikan itu." Fairuz mengelus pundak Genzo.

"Mas... nikahi Zeline, Genzo mendukung mas sepenuhnya." Genzo meraih tangan Fairuz yang ada di pundak Genzo dan mengenggamnya erat.

"Ndak bisa Gen."

"Tapi kenapa mas?"

"Mas mau kamu duluan... dengar mas Gen, nikahi Zeline." Fairuz membalik apa yang di katakan Genzo sebelumnya.

*
*
*

🌸Terkadang demi orang yang di sayang, tanpa tuntutan, tanpa suruhan, tanpa paksaan hati tau bagaimana cara mengiklaskan🌸

Ku Temui Kau Disepertiga Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang