《Ustadz Pengganti Sementara》

260 192 244
                                    

Hari demi hari silih berganti. Kyai Anas dan umi Anis duduk di ruang tamu. Kyai Anas pun mengusulkan untuk segera mempersiapkan rencana pernikahan Genzo dan Zeline segera.

"Bagaimana kalau dalam Minggu ini kita segera memulai persiapan pernikahan Genzo dan Zeline nis?"tanya kyai Anas pada umi Anis.

"Iyaa bi, mungkin lebih cepat lebih baik. Tapi, akan lebih baik lagi kalau kita membicara hal ini dengan Genzo dan Zeline terlebih dahulu."

"Iya kalau soal itu pasti nis, selain kita membicarakan hal ini dengan Genzo dan Zeline, sepertinya akan lebih baik kita membicarakan hal ini dengan Fairuz juga. Biar bagaimana pun dia adalah kakak Genzo, dan umi tau sendiri kalau Genzo akan melangkahi Fairuz."

"Iya benar sekali. Lalu, dimana Fairuz bi? Umi akhir-akhir ini jarang melihat Fairuz."tanya umi Anis.

Di saat kyai Anas dan umi Anis sedang berbincang-bincang Genzo tiba-tiba datang.

"Assalamuallaikum abi, umi." Genzo mengucapkan salam sembari duduk di kursi.

"Waalaikumusallam, kebetulan sekali kamu datang nak. Abi dan umi sedang membicarakan tentang persiapan pernikahanmu dengan Zeline nak."

"Persiapan pernikahan???

"Bi, apa ini ngga terlalu cepat?"

Seketika raut wajah Genzo berubah yang tadinya berseri-seri, berubah pucat. Seperti belum bisa menerima kenyataan.

"Sini-sini anakku."

Kyai Anas memanggil Genzo dan memintanya untuk duduk bersebelahan dengannya. Genzo pun memenuhi panggilan kyai Anas.

"Gen, abi dan umi sudah tua, kita tidak tahu hari esok atau nanti. Abi dan umi ingin yang terbaik untuk kamu dan Fairuz. Abi takut kalau abi pergi dan belum bisa menjalankan tugas sekaligus kewajiban abi nak. Semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Dan, abi rasa keputusan ini adalah yang terbaik buatmu."

Satu persatu air mata Genzo menetes tanpa Genzo sadari.

"Bii, maaf sebelumnya. Tapi Genzo ada kelas mengajar, Genzo sudah sedikit terlambat. Assalamuallaikum abi umi."

Genzo berjalan keluar dari ruang tamu dan berhenti sejenak di pintu sambil menatap kedua orangtua nya itu.

"Andai ada yang bisa memahamiku, dan tau isi hatiku yang sebenarnya. Abi, umi, dan siapapun itu, ngga ada yang ngerti walau sedikitpun."

Lalu Genzo melanjutkan perjalanan nya menuju kelas 8A sambil menghapus air matanya.

"Ngga ngga.... aku harus bertemu mas Fairuz, tapi bagaimana dengan para santri yang pasti sekarang ini sedang menungguku."gumam Genzo bimbang.

Disaat Genzo sedang berdiri terdiam, datang seorang pria yang berjalan dengan arah yang berlawanan dengan Genzo. Pria itu memiliki perawakan tinggi, badannya sedikit berisi, kulitnya yang lumayan putih, dan tentunya sangat berwibawa.

"Ustadz Rival? Sampean ustadz Rival kan?"sapa Genzo.

"Gus Genzo, Assalamuallaikum gus. Benar, saya Muhammad Rivaldhi Al Fadhilah."jawab Ustadz Rival dengan senyuman, dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Genzo.

"Waalaikumusallam, ustadz. Dengar-dengar sampean jadi Dosen di Jakarta. Lalu, bagaimana cerita nya bisa ada di sini?"tanya Genzo heran.

"Iya benar sekali gus, saya ke Malang sengaja ingin Silaturahmi kesini. Kebetulan Minggu lalu saya dengar berita kalau gus Genzo kembali ke Indonesia. Akhirnya saya putuskan untuk ke Malang. Dannn.... saya juga dengar kabar gus Genzo akan segera menikah."

Ku Temui Kau Disepertiga Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang