15. TERLAMBAT
"Jangan bicara selagi mulut lo lagi penuh. Apalagi kalau yang menuhin mulut lo itu kepalsuan. Karena gue benci orang yang penuh kepalsuan."
—Asta Shenazar--••🍙••--
Ketika Lauri, Zilan, dan Diana sedang memperdebatkan sesuatu. Sebenarnya bukan hanya mereka bertiga saja yang ada di kelas itu. Ada Asta, Leo, dan Aji juga disana. Ketiga cowok itu sedang mabar Mobile Legend di bagian belakang kelas.
Karena posisi mereka duduk di lantai dan terhalang oleh meja dan kursi, baik Lauri, Diana, maupun Zilan tidak menyadari keberadaan ketiga cowok itu. Sehingga mereka terus berdebat dengan suara yang lantang. Tanpa sadar kalau setiap obrolan mereka tertangkap jelas oleh telinga Asta, Leo, dan juga Aji.
Saat ini ketiga cowok itu tengah berjalan di koridor sekolah. Tentunya keberadaan mereka menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Namun seperti biasa, mereka sama sekali tidak peduli dengan respon orang lain.
"Gue gak nyangka kalau nama lo bakal dibawa-bawa dalem obrolan mereka" gumam Aji. Leo mengangguk setuju.
"Gue kira ada masalah apa nyampe circle itu debat kayak gitu... Ternyata masalah hati toh"
"Yang bikin kaget ya itu... Deklarasi Lauri yang nyebutin kalau dia suka sama Asta" gumam Aji yang lagi-lagi mendapat anggukan setuju dari Leo.
"Bener. Kaget banget gue pas denger nama Asta dibawa-bawa. Gue kira Asta yang suka sama Lauri, ternyata sebaliknya"
"Iya, awalnya gue juga sempet mikir kayak gitu" ucap Anu setuju.
"Beruntung banget lo As, disukain sama cewek good looking kayak Lauri. Udah good looking, pinter lagi. Menurut gue kalian cocok deh, ya gak Ji?" kata Leo.
"Yoi"
Asta sedari tadi hanya berdiam diri. Hingga akhirnya cowok itupun membuka mulutnya dan bersuara dengan bibir yang mengulas senyum remeh.
"Kalian berdua ini gimana sih, percaya kok sama omong kosong"
"Kok lo ngomongnya gitu sih, As?" tanya Leo tidak mengerti.
"Gue yakin kalau sekarang ini dia lagi nyesalin kata-katanya sendiri"
Perkataan Asta membuat Leo dan Aji sedikit kebingungan. Lantas Aji pun bertanya. "Lo tau dari mana kalau Lauri bakal nyesel udah bilang gitu?"
Ketika mereka hendak melewati tangga. Asta tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menyenderkan tangannya ke pegangan tangga. Cowok itu mengulas sebuah senyuman lebar lantas berkata.
"Kalian liat aja sendiri" ucap Asta.
Leo dan Aji berdiri di sampingnya dan mengikuti arah pandangan Asta. Mata mereka menatap seorang gadis yang saat ini tengah berjongkok di tengah-tengah anak tangga sambil menutup kedua telinganya. Gadis itu bahkan berbicara sendiri.
"Kamu gimana sih, Lauri? Kok malah ngomongin hal yang gak masuk akal di depan mereka? Harusnya aku gak ngomong ke mereka kalau aku suka sama Asta"
"Kalau udah kayak gini, aku harus gimana..."
"Tapi aku udah terlanjur bohong sama mereka. Mau gak mau aku harus tetep bohong kan? Aduhhh gimana dong..."
Ya, benar. Gadis itu adalah Lauri. Dia terlihat begitu frustasi sambil terus menyesali perkataan yang dia ucapkan tadi. Senyuman di wajah Asta kini berubah menjadi senyuman remeh.
"Inilah kenapa gue benci orang yang penuh kepalsuan."
--••🍙••--
Keesokan harinya ketika Lauri hendak berangkat ke sekolah. Lagi-lagi Naina meninggalkannya seorang diri. Gadis itu menghela nafas berat, inilah resiko yang harus dia tanggung sebagai kakak dari seorang adik seperti Naina. Yang artinya kalau sudah begini apa mau dikata? Lauri seperti biasa hanya bisa memakluminya.
"Lauri, kok kamu masih ada di sini?" tanya Naumi yang baru saja muncul di pintu rumah.
Lauri tersenyum tipis lantas menjawab. "Naina mau berangkat sekolah bareng temen-temennya, jadi dia duluan"
"Terus kamu gimana? Mau mama anterin ke sekolah?" tanya Naumi berbaik hati.
"Enggak usah Mah, mama di rumah aja. Aku mau naik angkutan umum" tolak Lauri halus.
"Ya udah, kalau gitu kamu hati-hati di jalan ya"
"Iya, Lauri pergi dulu ya Mah. Assalamualaikum"
"Walaikumsalam"
Setelah mencium tangan sang mama dan mengucapkan salam. Lauri pun pergi meninggalkan halaman rumahnya.
Lagi-lagi gadis itu pun harus menyesali perkataannya. Karena setelah menunggu lama, tidak ada angkutan umum yang lewat. Alhasil Lauri pun tidak punya pilihan lagi selain berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki.
Meskipun rasa lelah berulang kali menggoyahkan tekadnya untuk sekolah dan menyuruhnya untuk menyerah. Tapi akhirnya dengan usaha dan tekad yang kuat, Lauri terus melanjutkan perjalanannya dengan berlari ke sekolah.
Gadis itu membungkuk dengan nafas yang terengah-engah. Hanya tinggal beberapa puluh meter lagi baginya untuk sampai ke SMA Sanecalla. Namun kaki Lauri rasanya sudah mau copot. Gadis itu kembali menegakkan tubuhnya dan melirik ke arah warung yang ada di sampingnya. Lauri ingat betul kalau warung itu adalah Markas Castinozera yang biasa disebut dengan Warkang atau Warung belakang. Karena lokasinya hanya beberapa puluh meter di belakang SMA Sanecalla.
Suasana markas Castinozera nampak sepi, sepertinya semua anggotanya sedang sekolah. Alhasil Lauri pun memutuskan untuk beristirahat sejenak di tempat itu dan memesan es teh manis.
Lauri duduk di bangku yang memang disediakan di luar warung. Lantas gadis itu menghela nafas berat. "Capek banget..."
Entah sampai kapan hal ini akan berlanjut. Tapi baru hari pertama saja rasanya Lauri sudah benar-benar capek dan ingin menyerah. Tapi dia tidak punya pilihan maupun kesempatan untuk menyerah. Karena sejujurnya Lauri sendiri pun tidak tahu apa yang salah dengannya hingga membuat Naina membencinya. Padahal kalau Naina mau, dia bisa mendapatkan Zilan sesuka hatinya. Biar Lauri mundur perlahan tanpa harus ada yang tahu tentang perasaannya.
Ketika sedang sibuk bertengkar dengan isi kepala. Tiba-tiba Lauri mendengar suara yang sangat tidak asing di telinganya. Suara seorang cowok yang sedang mengobrol dengan ibu-ibu pemilik warung.
"Bu, uangnya ada di atas meja ya"
"Kamu mau berangkat, As?"
"Iya"
"Hei, ini uangnya kelebihan!"
"Gak pa-pa, ambil aja"
"Kamu ini ya... Ya udah, hati-hati di jalan"
"Oke"
Suara langkah kaki yang mendekat ke arah pintu warung refleks membuat Lauri mendongkak. Hingga akhirnya pandangan gadis itu beradu dengan manik abu cowok yang pastinya bisa kalian tebak siapa orangnya.
Dialah Asta Shenazar, teman sebangku Lauri.
Dengan mulut yang yang tersumpal gorengan. Cowok itu tersentak kaget saat melihat keberadaan Lauri yang juga kaget melihatnya. Refleks keduanya pun saling memanggil nama masing-masing.
"Asta?!"
"Shinobu?!"--••🍙••--
TO BE CONTINUED
Tekan bintang bawah pojok kiri!
Penuhi setiap paragraf dengan komentar kalian! Jangan lupa juga buat follow akun wattpad dan akun instagram author: @yuliyatinn12_~SEE YOU NEXT CHAPTER~
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTA SHENAZAR
Teen FictionKata orang, Asta adalah ketua geng Castinozera yang dingin, kejam, dan tak berperasaan. Tapi di mata Lauri, Asta adalah cowok tampan misterius yang sangat unik dan penuh rahasia. Dia tiba-tiba menjadi bagian penting dalam skenario kehidupan Lauri se...