6. AWAL MULA

41 4 10
                                    

6. AWAL MULA

"Optimis itu emang gak salah, tapi kalau terlalu optimis itu yang salah. Orang yang selalu lo baikin bisa aja sewaktu-waktu jadi satu-satunya orang yang nyakitin lo."
—Diana Pratiwi Selbian

--••🍙••--

"Baik anak-anak, kita lanjutkan pembelajaran hari di pertemuan berikutnya. Jangan lupa belajar dan dikerjakan PR nya. Kalian boleh keluar kalau udah bel ya. Hati-hati di perjalanan pulang dan gak usah pake acara keluyuran."

"BAIK BU"

Setelah memberikan nasehat kepada murid-murid perwaliannya, Bu Tina pun pergi meninggalkan kelas XI IPA 2. Setelah beliau melewati pintu, barulah bel pertanda waktu pulang sekolah berbunyi. Disambut sorak ria dari seluruh murid Sanecalla yang memang sedari awal sudah menantikan suara ilahi tersebut. Mereka membereskan alat tulis masing-masing dan satu persatu murid pun mulai keluar dari ruangan kelasnya.

Lauri meregangkan tangannya yang terasa pegal lantas menarik nafas panjang. Hari ini hujan tidak turun, meski begitu suasana di SMA Sanecalla dan sekitarnya masih tetap terasa dingin. Gadis itu melirik ke arah pintu dan melihat Zilan yang sedang berinteraksi dengan teman laki-lakinya sembari tertawa renyah.

Sejenak dia teringat akan saat dimana Zilan menyatakan perasaannya kepada Lauri. Sudah lama sekali Lauri tidak melihat ekspresi serius di wajah Zilan, terlebih ekspresi serius itu ditujukan langsung kepadanya. Zilan yang kodratnya cowok yang friendly dan suka atau lebih tepatnya terlalu banyak bercanda tiba-tiba memasang wajah serius. Tentunya hal itu sangat mengejutkan bahkan bagi Lauri yang merupakan teman dekatnya.

Sebuah senyuman tiba-tiba terukir di bibir gadis itu. Lauri pikir dia akan membutuhkan waktu lama untuk memikirkan jawaban yang akan dia berikan kepada Zilan. Tapi ternyata dia tidak butuh waktu selama itu untuk memantapkan hati. Lauri sudah memutuskan, dia akan menerima Zilan sebagai pacarnya. Lagipula tidak ada alasan baginya untuk menolak. Karena seperti yang sudah kalian ketahui, Lauri juga punya perasaan kepada Zilan. Jika keduanya sudah saling suka, tinggal melepas status single masing-masing saja bukan?

Sebelumnya Lauri juga sudah bercerita kepada Diana. Saat mendengarnya reaksi gadis itu tak terkejut sama sekali, karena dia sudah tahu kalau kedua temannya itu saling suka. Diana ikut senang dan mendukung hubungan mereka. Tak lupa dia juga mengingatkan Lauri untuk menyiapkan uang traktiran untuknya jika mereka sudah jadian. Benar-benar pejuang gratisan.

"Semoga ini pilihan yang terbaik" gumam Lauri dengan nada pelan.

Gadis itu melirik ke arah samping dan melihat Asta yang masih belum bergerak dari tempatnya. Seperti biasa cowok itu menghabiskan waktu belajarnya dengan berkunjung ke alam mimpi. Mulai dari awal pembelajaran sampai bel pulang berkumandang. Sedangkan Aji dan Leo selalu setia menunggu cowok itu sampai dia bangun dari tidurnya. Benar-benar rutinitas yang tidak pernah terlewatkan.

Lauri sedikit heran tentang bagaimana cara Asta mempertahankan kepintarannya jika yang dia lakukan di kelas hanyalah tertidur pulas. Mungkinkah cowok itu belajar dengan keras saat sedang di rumahnya? Entahlah, tidak ada gunanya juga bagi Lauri untuk memikirkan hal itu.

Dia membuka almamater sekolahnya. Lantas almamater tersebut Lauri gunakan untuk menyelimuti Asta yang masih tertidur pulas. Sama seperti yang pernah Lauri lakukan sebelumnya. Sebenarnya tindakan tersebut bukanlah hal yang istimewa. Itu hanyalah salah satu bentuk naluri orang baik yang ada dalam diri Lauri. Sehingga orang lain yang melihatnya pun tidak akan merasa aneh. Sebab itulah Lauri. Dia bisa memberikan kebaikan dan perhatian bahkan terhadap orang yang tidak dia kenal.

ASTA SHENAZARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang