10. MASA LALU YANG MENYAKITKAN

13 5 0
                                    

10. MASA LALU YANG MENYAKITKAN

"Selama ini aku selalu menerima semuanya dengan lapang dada dan bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Tapi sampai kapan sikap ini harus kupertahankan?"
Lauri Shinobu

--••🍙••--

Beberapa tahun yang lalu...

Lauri tersenyum puas saat melihat hasil pekerjaannya. Setelah masuk waktu Isya, gadis itu memutuskan untuk terlebih dahulu mengerjakan PR nya setelah shalat. Saat ini Lauri berusia 8 tahun dan berada di kelas 2 SD. Dia adalah anak yang cerdas dan selalu mendapatkan ranking pertama di sekolahnya. Sehingga tak heran jawaban dari tugas yang dia kerjakan selalu memuaskan. Lauri adalah definisi yang sesungguhnya dari murid idaman guru manapun di sekolahnya.

Setelah membereskan alat tulisnya, Lauri pun turun ke bawah untuk makan malam. Sebenarnya sekitar 20 menit yang lalu, Mama nya sudah memanggilnya untuk makan malam. Namun Lauri menyuruh keluarganya untuk makan duluan karena dia ingin menyelesaikan tugasnya.

Ketika dia sampai di ruang makan, di sana sudah ada Mama, Papa, dan adiknya—Naina. Mereka tampaknya sudah menyelesaikan makan malam mereka. Lauri duduk di kursinya, lantas mengambil bagian darinya.

"Kenapa kamu baru turun, Lauri? Mama panggil dari tadi juga" tanya Naumi.

"Maaf Mah, tadi aku ngerjain tugas dulu buat besok"

"Berarti sekarang kamu udah gak ada tugas sekolah lagi?" kini giliran Daisuke yang bertanya. Lauri menganggukkan kepalanya.

"Iya, Pah"

"Bagus kalau gitu"

Senyuman simpul terukir di bibir Lauri. Itu hanyalah pujian sederhana dari Daisuke, tapi entah kenapa mendengarnya membuat gadis itu merasa sangat senang. Mendapat pujian dari sang papa selalu menghantarkan kesenangan tersendiri mungkin bagi setiap anak. Lauri tidak sadar kalau gadis yang ada di sebelahnya kini menekuk wajahnya ketika melihat dia senang.

"Mama, Papa, aku pengen makan ayamnya lagi" pinta Naina tiba-tiba.

"Lho? Naina sayang? Kamu masih laper? Tapi ayamnya udah abis sayang" ujar Naumi dengan lembut.

Tanpa aba-aba tiba-tiba Naina menunjuk ke arah piring Lauri. Yang mana ayam bagiannya belum tersentuh sama sekali. Hal yang membuat Lauri sedikit kaget.

"Itu punya Kak Lauri kan ada Mah! Pokoknya aku pengen makan itu sekarang!" rengek Naina tak mau dibantah.

"Lauri, kamu kasih bagian kamu buat adik kamu ya?" ujar Daisuke.

"Tapi—"

Belum sempat Lauri mengatakan apa yang ingin dia katakan. Naina sudah merebut ayam dari piringnya dan tanpa ragu sedikitpun langsung melahap ayam tersebut. Hal yang membuat Lauri menatapnya dengan tatapan sedikit tak percaya.

"Sekali-kali ngalah dong sama adeknya. Papa gak pernah ngajarin kamu buat egois, Lauri" tegas Daisuke tak ingin dibantah.

"Tapi dari siang aku belum makan apa-apa Pah"

"Ya udah sekarang kan tinggal makan, selain ayam kan itu masih ada yang lain" kata Naumi.

Lauri mengedarkan pandangannya ke arah meja makan. Lauk yang tersisa hanyalah cumi saus margarin, udang balado, perkedel kentang, dan air tumisan kangkung. Tapi Lauri alergi dengan udang dan cumi, sehingga yang bisa dia makan saat ini hanyalah perkedel kentang dan air tumisan kangkung saja. Cumi dan udang adalah menu kesukaan Naina.

Gadis itu menghela nafas pelan. Padahal siang tadi dia telah melewatkan makan siang karena Naina lupa membawa bekal, alhasil dia pun harus merelakan bekalnya untuk sang adik. Dan kini dia hanya kebagian sedikit nasi, dan ayam bagiannya pun lagi-lagi direbut oleh sang adik.

ASTA SHENAZARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang