11. TERLALU ADIL

15 4 0
                                    

11. TERLALU ADIL

"Padahal selama ini kamu yang selalu menyakiti, tapi selama itu pula kamu yang selalu merasa tersakiti. Haha, lucu sekali"
Lauri Shinobu

--••🍙••--

Lauri mengedarkan pandangannya ke segala arah. Begitu dia melihat keberadaan Naina yang sedang menunggunya. Gadis itu tersenyum tipis lantas menghampirinya.

"Sorry Nai, kamu nunggu lama ya?"

Tidak ada jawaban untuk pertanyaan yang Lauri lontarkan. Naina mencengkeram pergelangan tangannya lantas menarik gadis itu agar ikut bersamanya. Naina membawa Lauri ke belakang sekolah.

Saat dua gadis itu sampai di belakang sekolah. Kini keduanya berdiri saling berhadapan. Naina menatap wajah sang kakak dengan mata dingin. Sedangkan yang ditatap kini hanya memasang wajah bertanya karena tidak tahu apa masalahnya.

Plak

Tiba-tiba Naina menampar pipi kanan Lauri dengan keras. Kekecewaannya terhadap sang kakak benar-benar terlukiskan di wajahnya. Sedangkan Lauri terkejut dengan apa yang dilakukan oleh adiknya.

Gadis itu menarik nafas dalam-dalam. Dia mencoba untuk tetap mempertahankan ketenangan di wajah dan hatinya. Dengan sabar, Lauri bertanya pada Naina.

"Ini maksudnya apa? Shinobu Naina? Menurut kamu pantas bagi seorang adik untuk menampar kakaknya tanpa alasan yang—"

"CUKUP!" bentak Naina.

"Udah cukup sandiwaranya Kak! Udah cukup kebohongan yang kakak lakuin ke aku! Setelah semua yang kakak lakuin sekarang, emangnya kakak pantes nyebut diri Kakak sebagai seorang kakak?!"

Perkataan Naina sontak membuat Lauri terdiam sejenak dengan mata melebar dan badan yang sedikit bergetar. Yang mana perkataan tersebut membuat hati dan memori Lauri sedikit terguncang karena teringat akan kejadian saat ayahnya menguncinya di gudang beberapa tahun yang lalu.

"Kak Lauri hebat ya, bisa nyembunyiin semuanya dengan begitu rapi biar gak ketauan sama aku" kekeh Naina dengan nada penuh kecewa.

"Maksud kamu apa?" tanya Lauri masih belum mengerti.

"Kak Lauri tuh jahat banget tau gak? Di depan aku kakak dengan muka kakak yang sok baik itu ngedukung dan nyemangatin aku buat dapetin Kak Zilan. Tapi nyatanya? Dalam diri kakak semuanya tuh busuk!" bentak Naina.

"Sebenernya apa yang coba kamu omongin hah?!" tanya Lauri dengan nada yang kian menegas.

Dia mulai kesal karena sedari tadi Naina hanya marah-marah hingga menamparnya. Tanpa mengatakan alasan yang membuatnya melakukan hal itu.

"Kaka pikir aku gak tau?! Kak Lauri sama Kak Zilan itu saling suka kan?! Jawab aku! Kalian berdua deket lebih dari sekedar teman, iya kan?!" tanya Naina.

'Ah, jadi itu masalahnya...'

Lauri menghela nafas pelan. Sepertinya Naina sudah mengetahui tentang kedekatannya dengan Zilan. Namun gadis itu salah paham, karena sedikitpun tidak ada niat dalam hati Lauri untuk merebut Zilan darinya.

Sedari awal Lauri berniat untuk membantu keduanya agar dekat. Tapi mungkin jika sudah begini, Naina tidak akan mempercayainya dengan mudah.

"Sepertinya kamu salah paham, Naina. Kakak sama Zilan emang deket, tapi kakak gak bakal punya hubungan kayak gitu sama dia. Karena kakak ngedukung kam—"

"Udah cukup sandiwaranya kak! Aku tadi ngeliat kalian berdua dan ngedenger semua omongan kalian. Jadi ternyata selama ini kakak bohongin aku? Kak Lauri bener-bener jahat banget ya. Dasar pengkhianat!" bentak Naina.

ASTA SHENAZARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang