2. TENTANG RASA
"Emangnya manusia kalau udah jatuh cinta tau arti kata sejak kapan? Cinta kan hadir gak mandang waktu"
-Zilan Nadjaleonard--••🍙••--
Di kantin sekolah, Diana dan Zilan sudah memesan makanan dan mengambil tempat di pinggir. Mereka tinggal menunggu kedatangan Lauri yang sekarang entah sedang ke mana. Tumben sekali gadis itu terlambat ke kantin, biasanya tidak.
"Lauri ke mana sih? Kok gak dateng-dateng" ujar Zilan seraya memperhatikan setiap sudut kantin. Mencari keberadaan Lauri.
"Entah. Mungkin lagi ke kamar mandi. Atau kalau enggak Lauri pasti lagi mesen bakso. Dia kan paling gak mau kalau dipesenin makan sama kita. Alesannya suka kurang sambel lah, kurang pedes lah, kurang saos lah. Jatuh cinta bener tuh anak sama yang pedes-pedes" ucap Diana lantas meminum jus jeruk yang ada di depannya.
"Hmm... Bener juga"
Diana memerhatikan Zilan dengan lekat. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin dia tanyakan pada cowok itu. Namun entah kenapa dia selalu ragu-ragu saat ingin menyampaikannya. Di sisi lain Diana juga selalu merasa ada yang mengganjal di pikirannya selagi pertanyaan itu belum dia lontarkan kepada Zilan. Alhasil gadis itu pun memantapkan hati. Bagaimanapun caranya dia harus menanyakan hal ini kepada Zilan sekarang juga. Bisa-bisa Diana mati penasaran hanya karena sebuah pertanyaan yang selalu terasa ragu untuk diucapkan.
"Woi, Zilan" panggil Diana membuat sang pemilik nama mendongkak.
"Apa Udin?"
"Lo suka ya sama Lauri?"
Pertanyaan yang Diana lontarkan sontak membuat Zilan diam seribu bahasa. Lebih tepatnya cowok itu bingung harus menjawab apa. Akhirnya Zilan pun hanya mengulas sebuah senyuman seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Hal yang membuat Diana tertawa ketika melihat ekspresi Zilan yang jelas sekali menunjukan bahwa dia sedang menahan malu.
"Ahahaha! Woi, woi... Apa-apaan ekspresi lo itu? Kayak bocah ketauan ngambil duit di dompet ortu tau." kekeh Diana membuat wajah Zilan merah padam.
"Sialan"
"Ceritanya sekarang lo lagi malu-malu anjing nih? Jadi lo beneran suka dong sama Lauri?" tanya Diana seraya mengangkat alisnya berkali-kali.
Mendengar hal itu membuat Zilan tak bisa berhenti tersenyum. Bisa kalian bayangkan semenggelikan apa ekspresi cowok humoris yang sedang malu-malu karena ketahuan jatuh cinta. Sekarang ini Diana mati-matian menahan tawa karena melihatnya. Zilan pun menggaruk kepala bagian belakangnya dan terkekeh kecil.
"Emang keliatan jelas banget ya?"
Diana mengangguk mantap dan menatap Zilan dengan penuh antusias. "Iya! Jelas banget! Serupa sama fakboi yang baru pertama kali ngeliat cewek bohay dan good looking lewat di depan mata"
"Idih! Gue bukan fakboi ya!" seru Zilan tidak terima dirinya disebut fakboi.
"Ahaha iya-iya, gue bercanda Malih. Gak keliatan jelas kok, tadi gue cuma asal tebak aja. Btw dari kapan nih? Lo suka sama Lauri?"
Zilan menyentuh dagunya dan mulai mengidentifikasi ulang kronologi perubahan perasaannya pada Lauri. Dimulai dari rasa setia dari kawan ke kawan, hingga rasa cinta dari laki-laki terhadap seorang perempuan. Zilan pun menjawab.
"Hmm... Mungkin perasaan gue sama Lauri berubah jadi lebih sejak 2 bulan yang lalu deh kayaknya. Gue gak terlalu inget. Selain itu emangnya manusia kalau udah jatuh cinta tau arti kata sejak kapan? Cinta kan hadir gak mandang waktu" ujar Zilan edisi bucin.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASTA SHENAZAR
Teen FictionKata orang, Asta adalah ketua geng Castinozera yang dingin, kejam, dan tak berperasaan. Tapi di mata Lauri, Asta adalah cowok tampan misterius yang sangat unik dan penuh rahasia. Dia tiba-tiba menjadi bagian penting dalam skenario kehidupan Lauri se...