5. PERNYATAAN ZILAN
"Menunggu itu adalah sesuatu yang wajib dan wajar bagi seorang laki-laki."
—Zilan Nadjaleonard--••🍙••--
"Seriusan? Asta ngelakuin hal itu? Orang sedingin Asta? Lo bercanda Lau?" tanya Diana tak percaya.
Lauri menceritakan semua kejadian yang dia alami kemarin secara detail kepada Diana. Sedangkan Diana mendengarkannya dengan berbagai macam ekspresi. Yang mana mayoritas dari ekspresi tersebut adalah ekspresi terkejut dan tidak percaya. Yah, itu tidak heran karena orang yang mereka ghibahkan saat ini adalah seorang Asta Shenazar. Cowok dingin yang tiba-tiba menjadi penyelamat Lauri kemarin.
"Enggak Na, aku gak bercanda. Kalau aku bercanda ngapain aku susah-susah ceritain ini semua ke kamu secara mendetail kalau bukan kebenarannya. Itu bukan aku banget" ujar Lauri.
"Hmm, emang bener sih. Tapi di luar dugaan banget! Gue pikir Asta itu cowok dingin ya emang karena hatinya dingin kayak es batu. Tapi ternyata dia baik hati juga..." gumam Diana yang langsung di balas anggukan setuju dari Lauri.
"Iya 'kan? Aku aja gak nyangka banget tau... Secara dia kan selalu nyuekin aku tiap kali aku ajak ngomong, gak terduga banget..."
Diana mengangguk lantas kembali berkata. "Ini tuh bukti nyata dari kata-kata apa tuh yang ada buku-bukunya?"
"Maksud kamu yang bunyinya tuh gini bukan? Jangan menilai buku hanya dari covernya saja. Jangan menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya saja" tanya Lauri membuat Diana langsung menjentikkan jarinya dan mengangguk.
"Nah iya itu"
Kedua gadis itu menatap ke arah depan. Lebih tepatnya ke arah Asta yang saat ini sedang tertidur pulas di bangkunya. Seperti biasa dengan berbantal perut buncit Amon, tujuan cowok itu membawa Amon kemana-mana sepertinya memang hanya untuk dijadikan sebagai bantal saja.
"Kita berdua ngeghibahin dia seolah-olah orangnya gak ada disini ya" kekeh Lauri.
"Gak pa-pa, sekali-kali biar ada gairah hidup" celetuk Diana seraya mengangkat jari jempolnya dengan wajah minta ditampol.
Gadis itu tiba-tiba menutup mulutnya dan tersenyum jahil. Hal yang membuat Lauri mulai khawatir dan berkeringat karena mata Diana yang kini tertuju ke arahnya. "Ngomong-ngomong Lau. Kalau gue ada di posisi lo pas kejadian helm itu, bisa pingsan berdiri gue saking malunya"
"Iiihh Dianaaaa!! Kalau yang itu jangan dibahas dong! Malu tau!" ujar Lauri.
Wajahnya memerah saat ingatan tentang kejadian memalukan itu kembali melintas di otaknya. Lauri sedikit menyesal karena telah menceritakan bagian itu juga kepada Diana. Tahu begini lebih baik Lauri simpan saja kenangan memalukan itu agar hanya dia, Asta, dan Allah saja yang mengetahuinya.
"Hebat bener lo bisa nahan malu nyampe segitunya"
"Hebat apanya?! Kalau di tempat itu ada lubang, dengan senang hati bakal aku masukkin saking malunya tau!" pekik Lauri membuat Diana tertawa hingga terbahak.
"Hahahahaa..."
"Udah napa ih! Jangan ketawa mulu"
Diana mengangguk lantas mulai meredakan tawanya. Temannya yang satu ini benar-benar menggemaskan. Tapi melihatnya menahan malu sampai segitunya, Diana jadi merasa kasihan. "Iya-iya... Pokoknya gue seneng deh lo gak kenapa-napa, untung aja Asta datang tepat waktu. Soalnya kalau lo udah disandera sama anak-anak geng Serpent, gak tau lagi dah gue nasib lo gimana Lau"
"Iya, aku juga bersyukur karena dia dateng" gumam Lauri seraya tersenyum. "By the way, sekarang pelajaran siapa sih? Kok gurunya gak dateng-dateng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTA SHENAZAR
Teen FictionKata orang, Asta adalah ketua geng Castinozera yang dingin, kejam, dan tak berperasaan. Tapi di mata Lauri, Asta adalah cowok tampan misterius yang sangat unik dan penuh rahasia. Dia tiba-tiba menjadi bagian penting dalam skenario kehidupan Lauri se...