18. JUST BE MY GIRLFRIEND

9 2 0
                                    

18. JUST BE MY GIRLFRIEND

"Terkadang orang yang paling menyebalkan selalu bisa menjadi pendengar yang baik"
—Lauri Shinobu

--••🍙••--

Sepulang sekolah, Lauri bergegas menuju ke perpustakaan untuk menjalankan hukumannya. Saat gadis itu baru melewati pintu kelas, Lauri merasakan seseorang meraih tangannya.

"Lau, tunggu dulu"

Lauri sedikit tersentak dan langsung menoleh. Ternyata orang yang menarik tangannya saat ini adalah Zilan.

"Kamu mau pulang 'kan? Aku anter, kita pulang bareng"

Gadis itu mencoba mengontrol ekspresi di wajahnya. Kemudian Lauri pun langsung melepaskan tangan Zilan yang membuat cowok itu menatapnya dengan mata sendu.

"Kamu duluan aja, aku gak bakal langsung pulang" jawab Lauri dengan nada biasa.

"Kamu mau ke mana?"

"Aku dihukum Bu Jeha buat bersihin perpustakaan, tadi pagi aku telat masuk" ujar Lauri menjawab pertanyaan dari Zilan.

Cowok itu langsung berinisiatif untuk menawarkan bantuan kepada Lauri. Namun gadis itu langsung menolaknya. "Aku temenin ya? Ayo-"

"Gak usah, aku bisa sendiri"

"Tapi aku bisa-"

"Zilan"

Seketika Zilan terdiam di tempatnya saat mendengar Lauri menyebut namanya dengan penuh penekanan. Kini gadis itu tengah menatap lurus ke arahnya. Terlihat jelas sekali bahwa Lauri benar-benar tidak ingin mendapatkan bantuan dari Zilan.

Sebenarnya jauh di lubuk hati gadis itu, dia merasa terluka karena harus memperlakukan Zilan seperti ini. Cowok itu pasti sangat krcewa dengannya. Tapi Lauri tak punya pilihan lain.

Jika dia terus memperlakukan Zilan seperti biasa. Lauri takut hanya akan memberikan harapan kepada cowok itu.

"Aku gak suka dipaksa." ujar Lauri.

Zilan hanya bisa tersenyum pedih seraya menundukkan kepalanya. Padahal cowok itu memiliki niat murni untuk membantunya. Tapi kini sebuah bantuan kecil pun Lauri tolak dengan mentah-mentah.

Sepertinya gadis itu benar-benar tak mau berhubungan lagi dengan Zilan. Jika tahu akan begini, Zilan menyesal telah menyatakan perasaannya kepada Lauri.

Harusnya dia pendam saja perasaan itu sedalam mungkin. Agar Lauri tak menghindarinya secara terang-terangan seperti ini.

"Maaf, aku cuma mau bantu"

"Makasih, tapi aku gak butuh." tolak Lauri untuk yang ke sekian kalinya.

"Hei, Lauri... Aku tau kalau hubungan kita udah gak mungkin lebih dari sekedar teman. Tapi aku harap kita gak secanggung ini bahkan setelah aku nyatain perasaan ke kamu" ujar Zilan dengan nada pelan.

"Belakang ini kamu ngehindarin aku ya? Bisa gak sih kita balik lagi kayak dulu?" lanjutnya.

Zilan benar-benar membeberkan apa yang dia rasakan serta apa yang dia inginkan terhadap Lauri. Tapi gadis itu kini tersenyum canggung. "Maaf, Zilan..."

"Aku tidak suka mengulangi perkataan yang sama"

--••🍙••--

Di perjalanan menuju ke perpustakaan. Lauri melihat Naina yang kini tengah berjalan berlawanan arah dengannya.

Lauri ingin sekali rasanya menyapa gadis itu, menjelaskan semua yang terjadi, dan meminta Naina untuk menghentikan pertengkaran atas kesalahpahaman yang terjadi saat ini.

ASTA SHENAZARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang