4. CASTINOZERA
"Ngapain nyari-nyari yang gak ada dan nyia-nyiain yang jelas-jelas selalu ada?"
—Leo Nebrasolidei--••🍙••--
Hujan deras mengguyur SMA Sanecalla 15 menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi. Jam pelajaran terakhir XI IPA 2 adalah matematika minat. Cuaca hari ini yang terasa dingin membuat otak mereka yang sudah meluap karena disumpal oleh soal matematika baik umum maupun lintas minat kini berangsur-angsur mendingin.
Tapi tidak bagi seorang Leo. Karena bagaimanapun cuacanya, otak cowok itu memang selalu panas dan meluap-luap bila berhadapan dengan soal matematika. Baik itu soal matematika umum oleh Bu Jeha, maupun soal matematika minat oleh Pak Domo. Semuanya benar-benar menjadi ancaman yang musti dibumihanguskan bagi murid secerdas Leo.
"Ini yang bikin soal punya masalah hidup apa sih? Tetangga gue satu orangpun kagak ada yang melihara ayam. Masa gue disuruh ngitung luas kandang ayam tetangga? Padahal kalau mau ngajak gelut sini gue jabanin!" gerutu Leo sambil menatap kertas soal di tangannya dengan tatapan sengit.
"Dasar maniak bertarung" gumam Aji ketika melihat tingkah Leo yang selalu menyangkut-pautkan segala hal dengan pertarungan.
Leo melempar kertas soal miliknya ke meja lantas melipat tangannya di depan dada. Dia pun berucap. "Dahlah, gue nyerah..."
"Matematika bisanya ngedrama doang. Padahal kalau si X sama si Y gak ada ya udah gak usah dicari. Mungkin mereka muak bikin konspirasi sama lo buat nyusahin murid pinter kayak gue. Kan ada si A, si B juga stuck terus di sisi lo. Ngapain nyari-nyari yang gak ada dan nyia-nyiain yang jelas-jelas selalu ada?" gerutu Leo membuat teman-temannya terkikik.
"Busut dah gaya lu tong!"
"Sayang banget gue sama kemampuan berbahasa lo yang bagus Le, dipakenya cuma buat hal-hal yang gak berguna. Ngumpatin matematika misalnya..." kekeh Aji.
"Berisik lo, Ajinomoto! Gak tau gue lagi badmood apa gara-gara matematika?" ketus Leo.
"Ya elah Leontong, mau sampe si Aji ada pitaknya juga gak guna lo ngumpatin matematika. Mending kerjain bener-bener..."
Mendengar saran dari seorang Diana. Leo pun langsung berseru tidak terima. "Heh Udin! Lo selaku orang yang selalu dapet nilai matematika 30 gak usah ceramahin gue deh!"
"Masih mending dapet 30. Daripada elo? Nilainya nol terus!"
Zilan yang masih sibuk dengan pulpen dan bukunya tiba-tiba ikut menimbrung tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. "Sesama murid yang selalu dapet nilai kecil tingkat kesombongannya sebanding banget..."
Kringg... Kriingg... Kringg...
Percakapan mereka berakhir setelah bel pulang sekolah berbunyi. Disambut sorak ria dari seisi sekolah yang memang selalu menantikan suara tersebut.
"Alhamdulillah, suara ilahi akhirnya kedengeran juga" celetuk Diana.
Satu persatu murid kelas XI IPA 2 pun mulai meninggalkan kelas. Dan kini hanya tersisa Lauri, Asta, Leo, dan Aji saja di ruangan itu. Leo sedang mengobrol santai dengan Aji. Sedangkan Lauri sibuk membereskan buku-buku dan memasukannya ke dalam tas.
Lauri menoleh ke arah cowok di sampingnya. Saat ini Asta sedang tertidur pulas. Dengan perut buncit Amon sebagai bantalnya. Jadi itu alasan Asta mengusapi perut Amon saat jam pelajaran Bu Jeha tadi. Hanya untuk dijadikan bantal? Ya ampun, ada-ada saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASTA SHENAZAR
Teen FictionKata orang, Asta adalah ketua geng Castinozera yang dingin, kejam, dan tak berperasaan. Tapi di mata Lauri, Asta adalah cowok tampan misterius yang sangat unik dan penuh rahasia. Dia tiba-tiba menjadi bagian penting dalam skenario kehidupan Lauri se...