TELEFON TIDAK TERDUGA

2K 111 1
                                    

Hari yang panjang dan Viona harus pulang ke rumah. Tapi udara di luar sangat panas sehingga membuatnya malas bergerak. Pendingin ruangan yang sejuk berhembus, disandarkannya punggungnya ke kursi, jari-jarinya sibuk menggeser-geser mouse komputer di meja. 

Pekerjaannya tiga puluh menit yang lalu sudah selesai. Pak Danu, bosnya sudah pulang sejam yang lalu. 

Hari ini Jumat sore, dan libur akhir pekan sudah menanti. Tak ada rencana khusus. 

Biasanya hari Sabtu dan Minggu dihabiskan untuk mencuci dan beres-beres rumahnya yang mungil. Ia selalu senang merapikan taman mawarnya di hari Minggu, menggunting, menggemburkan tanah dan memupuknya dengan kompos. Pojok taman mawar adalah tempat yang paling disukainya di rumah.

Usianya kini dua puluh delapan tahun, masih cukup muda. 

Tapi belakangan ia sering merasa hidupnya hampa. 

Ia merindukan Bram, suaminya yang telah meninggal lima tahun yang lalu. Kadang terasa masih seperti kemarin. 

Ia merindukan putrinya yang dititipkan di rahimnya tiga tahun yang lalu, namun semenjak lahir belum pernah dilihatnya. Ia bahkan tidak tahu siapa nama yang diberikan untuk putrinya. 

Ia sengaja memutuskan kontak setelah putrinya lahir, menurutnya itu yang terbaik saat itu. Dilihatnya Aini seperti menaruh cemburu padanya karena perhatian Wisnu yang tercurah kepadanya selama kehamilan putri mereka. 

Hatinya terasa berat, Viona menghela nafas. Kini ia meragukan keputusannya. Ia rindu memeluk putrinya. Ia sering memimpikannya.

Telefon di ujung mejanya berdering. Viona mengernyit, bergerak mengangkat gagang telefon. Siapa yang menelfon kantornya maghrib begini?

"PT Bintang Anugerah, ada yang bisa kami bantu?" sapanya.

"Viona? Ini Wisnu Allendra" terdengar suara bariton menjawab.

Jantung Viona berdegup kencang, ia mengenali suara itu. Dimana pun ia akan selalu mengenalinya. Dadanya terasa sesak. Ia menelan ludah, mulutnya mendadak terasa kering.

Ia menjawab perlahan, "Selamat malam Mas Wisnu, apa kabar?"

"Baik, terimakasih. Viona aku tidak tau nomor handphone mu, makanya aku telfon ke kantor. Untunglah kamu belum pulang."

"Mas tahu dari mana kalau aku bekerja di sini?" tanya Viona bingung. 

Karena setelah melahirkan putrinya dia tidak pernah lagi berhubungan dengan keluarga Wisnu dan Aini. Bahkan ia mengganti nomor telfon genggamnya begitu keluar dari rumah sakit. 

Dan ia tidak pernah memberitahukan alamat rumahnya yang baru ini kepada teman-teman lamanya terutama alamat pekerjaannya yang sekarang. Jadi dari mana Wisnu bisa tahu?

"PT Bintang Anugerah adalah rekanan perusahaanku untuk shipping di Surabaya. Kebetulan aku kenal Danu. Bosmu itu pernah keceplosan nelfon disebelahku menyebut nama kamu, jadi kutanya. Ternyata sesuai perkiraanku, itu memang kamu Viona Louisa," jawab suara bariton itu lagi.

"Yah .... " sahut Viona ragu.

"Begini Vi, kebetulan aku sedang berada di kotamu. Bisa kita bertemu? Ada yang hendak kusampaikan. Makan malam bersamaku?" tanya Wisnu, "Kujemput sekarang ke kantormu ya?"

"Aku tidak bisa Mas, masih banyak yang harus kukerjakan,"ujar Viona berdalih. 

Ia merasa bingung, ia ingin bertemu, sudah lama sekali ia terputus dengan kehidupannya di masa lalu. Ia ingin menanyakan kabar putrinya dan ia merindukan berbincang kembali dengan Mas Wisnu. Namun ia takut melukai hati Mbak Aini.

MEANT TO BE  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang