Viona tidak bisa tidur, dirinya terlalu tegang. Jam di atas nakas menunjukkan pukul 03:20 WIB dini hari. Ia telah bosan berganti posisi namun, tidak juga kantuknya datang. Viona akhirnya bangkit. Diraihnya jubah kamar lalu beranjak keluar. Ia pergi mengecek Angela di kamar sebelah.
Viona duduk berlama-lama memandang batita itu. Sesuai namanya, Angela tampak setenang malaikat dalam tidur. Tangan kirinya memeluk boneka jerapah yang tadi diberikan Viona. Ia sesekali mengisap jempol tangan kanan yang dimasukkan ke dalam mulutnya. Viona menyandarkan kepala di samping tempat tidur Angela dan tanpa sadar mulai ketiduran di kursi.
Suara derit pintu kamar membangunkan Viona dari tidur. Sekejap ia merasa linglung.
Dilihatnya Wisnu berjalan melintasi karpet tebal menuju tempat tidur Angela. Pria itu hanya mengenakan celana piama dan tampak terkejut melihat Viona duduk bersandar di kursi.
"Kamu tidur di sini semalam?" tanya Wisnu heran.
Viona tersipu malu, seolah ia ketahuan sudah berbuat yang tidak pantas. "Aku baru mengecek Angela," kilahnya.
Viona berdiri. Ia menarik jubah kamar untuk menutupi gaun tidurnya.
"Tidurnya nyenyak sekali, aku nggak tega membangunkan." Wisnu menggeleng. Ia berdiri di samping Viona, melipat kedua lengannya di dada.
Viona melirik Wisnu. Pria itu jangkung dan berbahu bidang. Biseps-nya bertonjolan di lengan dengan rambut-rambut halus yang gelap menutupi lengan dan dadanya. Ia tidak mungkin kelihatan lebih maskulin lagi, pikir Viona meringis.
"Biasanya jam berapa dia bangun?"tanya Viona, mengalihkan pandangan ke Angela.
"Tergantung. Kalau dia tidur jam delapan atau sembilan, sekitar jam setengah tujuh sudah bangun. Biasanya aku sempat bermain sebentar dengannya sebelum berangkat ke kantor."
Viona melirik jam Winnie the pooh yang tergantung di dinding kamar.
"Ini masih jam enam, Mas," gumam Viona, "lagi pula ini hari Minggu."
"Aku harus ke bandara, jadwal pesawatku ke Wina berangkat siang ini," jelas Wisnu.
Viona mendongak menatap wajah pria itu. "Mas Wisnu akan berangkat lagi? Kan kita baru sampai di rumah kemarin sore?"
Wisnu menghela nafas. "Begitulah kalau mau survive di bidang IT."
"Kan bisa delegasi ke yang lain?"
Wisnu tersenyum miring. "Iya sih. Tadinya aku meminta Reno yang pergi. Tetapi setelah kupikir lagi, sebaiknya aku yang ke sana. Ada isu strategis yang harus kutangani."
"Oo – begitu." Viona manggut-manggut seolah mengerti.
"Aku nggak bisa bertemu Angela beberapa hari ini." Wisnu menatap Viona penuh tanya. "Maukah kamu menjaganya untukku, Vi?"
Viona balas menatap. Mata Wisnu tampak berwarna coklat karamel berbingkai bulu mata berwarna hitam, hidungnya mancung dengan bibir tipis yang sensual. Rahangnya yang persegi tampak kokoh dan mengkilat setelah bercukur. Viona melihat rambut Wisnu masih tampak lembab, hidungnya menangkap aroma sabun mandi pria itu.
"Vi ...?"
Viona tergagap, matanya mengerjap-ngerjap. "Tentu, Mas. Kapan rencananya pulang?"
"Mungkin Rabu tengah malam, karena aku akan singgah sebentar di Surabaya. Ada yang harus kukerjakan di sana."
Viona mengangguk. "Baiklah, Mas. Aku kembali ke kamarku sekarang ya."
Viona melangkah keluar, meninggalkan Wisnu yang bergeser ke kursi yang di tinggalkan Viona.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANT TO BE [TAMAT]
RomantikTiba-tiba Aini berdiri, matanya yang basah membelalak. "Kau akan meminjamkan rahimmu Vi? Ya Tuhan ... Ya Tuhan ... terima kasih Viona, kau memang baik sekali." Dipeluknya Viona erat. Viona terperanjat, apa yang telah diucapkannya? Tidak, tidak mung...