Wisnu sedang memeriksa berkas kontrak-kontrak di kamar kerjanya. Seminggu ini, ia sangat sibuk dengan rencana akuisi sebuah perusahaan kecil yang menurut Brian bernilai potensial. Ia beberapa kali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan perhatian khusus darinya. Wisnu lalu membubuhkan tanda tangan di kontrak yang sudah diperiksanya.
Layar telepon genggam nya berkedip, tanda ada sebuah pesan yang masuk.
Ia semula hendak mengabaikan, kemudian berubah pikiran. Diraihnya gadget itu dan menyentuh layar membuka pesan.
[Selamat siang, Pak Wisnu Allendra. Kami dari Pro'z Clinique ingin menyampaikan bahwa hasil Tes DNA yang bapak ajukan, sudah bisa diambil hari ini. Demikian, terima kasih.]
Wisnu terkesima, tidak terasa sudah dua minggu semenjak ia mengantarkan contoh rambut Viona dan Angela ke klinik tersebut. Ia diam-diam mengambil beberapa helai rambut Viona dari sisir dan meja rias di kamarnya.
Wisnu kembali membaca ulang pesan Whatsapp itu, jantungnya berdebar-debar dengan antisipasi.
Buru-buru ia menyelesaikan pekerjaannya. Ia akan singgah ke kantor sebentar untuk mengantarkan berkas yang sudah ditandatangannya lalu segera ke klinik itu menjemput hasil tes DNA. Ia sudah tidak sabar mengetahui hasilnya.
***
Wisnu duduk di mobilnya. Ia berdiam lama memandang amplop putih polos di tangannya. Hatinya terasa kecut, ia takut hasil yang tertulis di situ tidak sesuai dengan apa yang diharapankan.
Dibalikkannya amplop itu lalu membuka segel. Wisnu merogoh ke dalam amplop dan mengeluarkan isinya.
Laporan hasil tes itu terdiri dari tiga halaman yang dilengkapi dengan tabel-tabel dan grafik. Ia melewatkannya dan langsung membaca resume.
"... probabilitas >99,99%. Oleh karena itu, terduga ibu tidak dapat disingkirkan dari kemungkinan sebagai ibu biologis anak," baca Wisnu pelan.
Ia tak sadar telah menahan nafas saat membacanya. Sekarang setelah ia mengetahui kebenaran putrinya, ia merasa lega sekaligus marah. Ia merasa tertipu.
Wisnu memasukkan kertas hasil itu kembali ke dalam amplop dan melemparkannya ke kursi penumpang di sebelahnya.
Wisnu lalu menyalakan mobil dan segera melaju pulang. Di benaknya ia menyusun skenario untuk menghadapi Viona. Ia bertekad untuk mengetahui semua kebenaran yang disembunyikan perempuan itu darinya.
Hujan turun dengan sangat deras ketika Wisnu tiba di rumahnya, sore itu. Angela tampak sedang bermain puzzle bersama Viona di ruang keluarga. Bik Inah duduk di kursi sambil menekuni rajutannya.
"Viona, bisa kita bicara sebentar?" tegur Wisnu tanpa basa-basi.
"Pa – pa puyang!" seru Angela mengacungkan kedua lengannya.
Wisnu memaksakan sebuah senyum pada Angela dan menggendongnya sejenak. "Papa boleh pinjam Tante Viona sebentar? Princess ditemani Bik Inah ya?" ucapnya mengecup pipi putrinya.
"He eh," angguk Angela.
"Bik Inah, tolong jagain Angela ya," perintah Wisnu sambil menurunkan Angela ke atas karpet.
Bik Inah segera meletakkan rajutannya ke dalam keranjang lalu bangkit dan berjalan ke sebelah Angela.
Viona menatap Wisnu penuh tanda tanya. "Ada apa, Mas?"
Wisnu menggamit lengannya. "Sebaiknya kita bicara di kamar kerja saja," ujarnya.
Mereka berjalan bersisian menuju ke kamar kerja Wisnu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MEANT TO BE [TAMAT]
Storie d'amoreTiba-tiba Aini berdiri, matanya yang basah membelalak. "Kau akan meminjamkan rahimmu Vi? Ya Tuhan ... Ya Tuhan ... terima kasih Viona, kau memang baik sekali." Dipeluknya Viona erat. Viona terperanjat, apa yang telah diucapkannya? Tidak, tidak mung...