PULANG

1.6K 80 0
                                    

Viona bangun pagi itu, sudah merasa lebih segar. Kepalanya kini tidak terasa pusing lagi. Ia menggerak-gerakkan tubuhnya menghilangkan rasa kaku, kemudian pelan-pelan turun dari atas tempat tidur. Wisnu masih tampak tidur di atas sofa bed.  Viona berjingkat-jingkat pergi ke kamar mandi. Ia sudah diperbolehkan mandi dari kemarin sore.

Air hangat terasa nikmat di tubuhnya, terkadang ia sedikit meringis karena pedih luka terkena sabun. Ia merasa lebih optimis setelah mandi. Viona bergegas keluar.

"Kenapa kamu nggak membangunkanku?" keluh Wisnu menyambut Viona di pintu kamar mandi.

"Aku nggak tega, Mas. Kamu kelihatan nyenyak banget," kilah Viona.

Wisnu membimbingnya berjalan menuju tempat tidur. Viona membiarkannya.

"Sekarang kamu makan ya," ujar Wisnu menggeser nampan sarapan pagi. Ia mulai menyiapkannya untuk Viona.

"Aku sudah bisa makan sendiri, Mas,"Viona mengingatkan.

Wisnu melayangkan ciuman ke bibir Viona yang cemberut. "Kamu saat ini masih pasien. Biar ku suap ya," tukasnya ringan.

Viona akhirnya mengangkat bahu. Sulit berdebat dengan Wisnu bila pria itu sudah berkehendak.

"Jam berapa aku boleh pulang, Mas?"

"Hmm ... tunggu keputusan dokter. Mungkin sebentar lagi juga dokternya datang," jawab Wisnu optimis.

"Aku juga minta kamu diperiksa dokter kandungan pagi ini. Jadi kita tunggu saja ya?" tambahnya lembut.

Viona mengangguk.

Pukul delapan, dokter ruangan Viona datang berkunjung. Ia memeriksa Viona dan memperbolehkannya pulang.

Namun, Wisnu meminta dokter kandungan untuk mengunjungi Viona ke ruangan, sehingga mereka tidak perlu lagi antri di poliklinik.

Mereka sedang mengobrol sambil menonton televisi saat terdengar ketukan di pintu. Viona mengernyit, biasanya petugas rumah sakit tidak menunggu lama untuk dipanggil masuk.

Wisnu bangkit membukakan pintu. Terdengar samar-samar percakapan Wisnu di pintu. Lalu Wisnu membuka pintu lebih lebar.

Tampak dua orang lelaki mengikuti Wisnu masuk ke dalam ruangan. Salah seorang berbadan tinggi kurus dan yang seorang lagi berperawakan lebih gempal.

"Silakan duduk," ujar Wisnu menunjuk ke arah sofa bed. Ia sendiri naik ke atas tempat tidur dan duduk di samping Viona.

Lelaki yang kurus itu mengangguk. "Maaf mengganggu, Bu Viona. Kami dari kepolisian hendak meminta keterangan terkait tabrak lari yang ibu alami. Perkenalkan, saya Ipda Ali dan ini rekan saya Brigpol Amir."

Ia menunjukkan surat resmi dari kepolisian.

Viona melihatnya sekilas. "Baik, Pak," ujarnya datar.

Ali duduk di kursi tamu sedangkan temannya Amir mengambil tempat di atas sofa bed sambil membuka laptop.

"Bagaimana kabar, Bu Viona pagi ini?" tanya Ali membuka wawancara.

"Sudah sehat, Pak," sahut Viona.

"Syukurlah," timpal Ali, "bisakah Ibu menceritakan kejadian tabrak lari yang Ibu alami kemarin pagi?"

Viona memandang Ali sekilas dan mulai menceritakan sesuai ingatannya. Wisnu menemaninya tanpa suara.

"Baiklah, ada lagi yang ingin Ibu tambahkan?" Akhirnya polisi itu bertanya ramah.

Viona menggeleng. Ia melihat Amir mengeluarkan sebuah printer portabel dan kertas lalu mulai mencetak hasil wawancara.

MEANT TO BE  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang