CURIGA

1.2K 84 3
                                    

Wisnu mengamati Viona dan Angela yang bermain boneka, dari balik koran harian pagi di tangannya. Ia baru saja selesai sarapan dan hendak membaca surat kabar di ruang keluarga. Kali ini Wisnu terpaksa makan sendirian karena Viona sudah sarapan bersama Angela. 'Mungkin Viona sengaja menghindar,' pikirnya.

"Sebaiknya mulai besok kita semua sarapan bersama," cetusnya tiba-tiba.

Viona menoleh. "Eh, kenapa begitu?" tanyanya heran.

Wisnu meletakkan koran di atas meja. Viona menjaga jarak darinya. Wisnu mengerti, kecerobohan mereka bercinta tadi malam membuat hubungan mereka menjadi canggung.

"Ada baiknya Angela dibiasakan untuk makan bersama keluarga," kilahnya datar.

Viona diam dan memandang Angela. "Jam berapa sarapannya?" tanyanya kemudian.

"Bagaimana kalau setengah delapan. Angela sudah bangun, kan?"

Viona tampak berpikir sejenak. "Baiklah, kalau Bik Inah setuju."

"Kenapa Bik Inah?" tanya Wisnu bingung.

"Lah, Mas Wisnu bilang 'kita semua' kan?"

Wisnu tiba-tiba tertawa menyadari kekonyolannya. "Iya, benar juga," angguknya.

"Bik Inah," panggilnya ke dapur.

"Saya, Pak," jawab Bik Inah tergopoh-gopoh.

"Begini, Bik," terang Wisnu, "mulai besok kita semua sarapan bersama. Pukul 07:30 WIB setiap hari."

Bik Inah mengangguk. "Baik, Pak. Besok pagi saya siapkan."

"Bukan disiapkan, Bik. Maksud Mas Wisnu, kita makan bersama semua, termasuk Bik Inah." Viona membantu menjelaskan.

Bik Inah tampak terkejut, baru tadi malam ia membicarakannya dengan Viona.

"Tapi itu pamali, Bu. Saya ini cuma pembantu."

Viona tertawa kecil. "Saya juga cuma pengasuh, Bik. Jadinya pamali juga dong?"

Wisnu ikut tertawa. "Sudahlah, Bik. Enggak ada pamali-pamalian. Mulai besok kita semua makan pagi, siang dan malam bersama-sama," tegas Wisnu.

"Baik, Pak," ujar Bik Inah. Suaranya bergetar. Ia merasa terharu. Ia ternyata dihargai seperti keluarga oleh majikannya. Bik Inah kembali ke dapur dengan mata berkaca-kaca bahagia.

***

Wisnu duduk sejenak di mobilnya. Ia mematikan mesin dan mencabut kunci. Ia baru pulang dari rapat penting dengan klien di Cikarang. Perjalanan yang macet dan melelahkan. Wisnu menarik nafas lalu keluar dari mobil dan menguncinya. Wisnu bersiul sambil melangkah masuk ke rumah.

Sudah tiga hari berlalu semenjak ia bercinta dengan Viona. Malam yang tak terlupakan. Wisnu sering mengulang-ulang skenarionya dalam ingatan. Kenangan itu menyiksanya di malam hari, membuatnya mendambakan kehangatan wanita. Namun Wisnu berhasil menekan perasaannya, ia selalu bersikap normal. Dan ia perhatikan, sepertinya sikap kaku Viona pun sudah mulai melunak padanya.

"Wah – wah, sedang membuat apa ini?" tanya Wisnu terkejut melihat dapurnya berantakan seperti kapal pecah.

Angela segera berlari mendapatkan Wisnu, pipi dan rambutnya berlepotan tepung.

"Pa – E'el bitin tue," lapornya menarik jemari Wisnu.

"Enak dong. Sudah ada yang masak?" tanyanya sambil meletakkan tas di atas meja.

"Beyum. Bi Ina ladi macak," jelas Angela cadel.

"Hmm ... harum banget. Papa jadi lapar," ujarnya, mengendus-endus udara.

MEANT TO BE  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang