EPILOG

2.4K 87 11
                                    

Viona merapikan lipatan gaun pengantinnya yang berwarna royal blue. Disebelahnya, sang paman yang menjadi wali nikahnya tampak larut dalam suasana elegan di sekitarnya. Kebun belakang rumah itu sudah disulap menjadi tempat resepsi pesta pernikahan yang romantis. Di dominasi dengan bunga mawar beraneka warna dan permainan cahaya lampu-lampu yang lembut.

Terdengar musik instrumenal lagu A Thousand Years milik Christina Perri mengalun lembut dari piano grande yang diletakkan di bawah pohon ketapang mutiara di sudut kebun. Seorang anak sahabat Wisnu memainkannya untuk mereka.

Suasana menjadi sangat syahdu.

Viona mulai melangkah. Pamannya segera memberikan lengannya untuk Viona gandeng. "Kau cantik sekali, Nak," kata pamannya dengan wajah berseri-seri, "Kau sudah siap?"

Viona tersenyum dan mengangguk. Ia menegakkan kepala menatap Wisnu yang menunggu di atas altar. Pria itu tampak sangat gagah dan tampan, Viona tidak mampu memalingkan pandangan dari tatapan matanya.

Setibanya di altar, paman menyerahkan tangan Viona ke dalam genggaman Wisnu, lalu kembali duduk di sebelah kakaknya, Divione.

Viona mengangkat wajahnya memandang Wisnu, ia melihat cinta yang sangat besar di dalam tatapan mata pria itu. Ia merasa tenggelam di dalamnya.

Viona seolah berada di dalam mimpi, ia tidak ingat persis bagaimana jalannya acara prosesi pernikahan itu. Yang ia tahu, ia luar biasa bahagia.

Diingatnya melihat Bik Inah dan Angela berjalan berdampingan dengan pakaian yang serasi. Mereka membawa sebuah nampan beludru yang di hiasi rangkaian bunga mawar kecil. Hatinya seolah hendak meledak karena rasa bangga melihat putrinya.

Lalu ia ingat janji setia yang diucapkan Wisnu padanya.

"Saya berjanji padamu, istriku, Viona Louisa, untuk selalu setia kepadamu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan juga sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan menghormatimu sepanjang hidupku sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus. Inilah janji setiaku yang sangat tulus padamu."

Viona merasa terharu, air matanya menetes saat mendengarnya.

Ia juga ingat saat dirinya mengucapkan janji yang sama kepada Wisnu. Lalu pria itu menyematkan cincinnya dan mengecup bibirnya, namun ciuman itu tidak lah seintim yang diharapkannya.


Mereka kini berdiri di atas podium yang dipenuhi dekorasi bunga-bunga yang romantis. Wisnu memeluk pinggang Viona, yang telah resmi menjadi nyonya Allendra. Angela berdiri di sisi kiri Wisnu. Viona lalu berbalik membelakangi tamu undangan yang berdiri berkerumun dan menghitung sampai tiga.

Ia melemparkan buket mawar merah di tangannya sekuat tenaga ke arah tamu undangan yang berebut untuk menangkapnya.


Brian Mulfang berdiri dari kursinya. Ia hendak mengambil minuman di meja prasmanan ketika buket bunga mawar itu melayang hampir mengenai kepalanya. Ia spontan menangkapnya.

Brian terbelalak saat menyadari benda yang kini berada di tangannya.

"Oh, no!" serunya keras.

"Oh, yes!" balas Reno tak kalah keras, menepuk bahu Brian dari belakang. Reno terkekeh.

Wisnu tertawa melihat reaksi sahabatnya itu. "Hei! Congrats, Man. You're next."


MEANT TO BE  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang