Viona meletakkan serbetnya di atas meja. Ia merasa sudah kenyang. Diliriknya Wisnu yang sedang berusaha menghabiskan roti bakar di piringnya. Viona merasa tegang, apakah ia yang harus memulai menyampaikan rencana mereka ke Bik Inah? Diliriknya perempuan tua itu, sedang menghabiskan sarapannya sambil sesekali membantu menyuapi Angela.
"Hemm ...," Viona berdeham.
Wisnu menatapnya bertanya-tanya. Lalu seolah mengerti kode yang diberikan Viona, ia segera menelan rotinya.
"Bik Inah – ada yang hendak kami sampaikan," ucap Wisnu kepada Bik Inah.
Bik Inah mengangkat kepalanya. "Ya, Pak?" tanyanya memandang Wisnu dan Viona.
"Hm, begini, Bik. Saya dan Viona berencana untuk menikah pada hari Sabtu depan."
Bik Inah sekilas tampak terkejut namun ia segera menutupinya dan bersikap tenang. "Saya turut senang Pak. Saya ucapkan selamat kepada Pak Wisnu dan Ibu Viona," ujarnya bergegas berdiri untuk menyalami Wisnu dan Viona.
"Terima kasih, Bik," balas Wisnu dan Viona bersamaan.
"Rencananya hari Sabtu lusa, Pak?" tanya Bik Inah sopan.
"Bukan, Bik. Hari Sabtu depannya lagi," jawab Wisnu.
Bik Inah memandang Viona seolah bertanya. "Tapi itu sebentar lagi, Pak. Bagaimana kita dapat mempersiapkannya dalam waktu yang singkat?"
"Pesta pernikahannya kecil-kecilan saja, Bik. Kita rencana akan mengadakannya di kebun belakang, mungkin nanti saya minta Pak Rudi merapikan kebunnya sedikit," jelas Wisnu.
"Tapi katering dan lainnya, Pak?" tanya Bik Inah lagi.
"Bik Inah nggak usah khawatir. Nanti saya minta dibantu oleh WO (Wedding Organizer) aja, Bik. Jadi kita hanya perlu mempersiapkan diri dan pakaian untuk acara itu. Rencananya lusa saya akan menemani kita semua untuk mencari pakaian yang pantas. Mungkin kita bisa pergi ke mal atau butik," tambah Wisnu lagi.
Bik Inah mengangguk. "Apa tidak terlalu terburu-buru, Pak?"
Wisnu tersenyum kecil. "Tenang, Bik. Semua sudah kita atur. Hari ini saya dan Viona akan mengurus undangan dan surat izin menikah. Semoga hari ini juga kita sudah mendapatkan WO, jadi mereka bisa segera mengambil alih untuk bagian detail acara."
Bik Inah kembali mengangguk. "Iya, Pak. Maaf jika saya lancang bertanya."
Wisnu menggeleng. "Nggak apa-apa, Bik. Begini Bik, Viona ini adalah ibu kandung Angela," ujarnya memberitahu alasan mereka segera menikah.
Bik Inah menyekap mulut dengan kedua tangannya. Ia melihat ke arah Viona dan Angela.
Viona melayangkan tatapan heran ke arah Wisnu, mengapa pria itu membocorkan rahasia mereka.
Wisnu mengangkat bahu. "Bik Inah ini sudah ikut dengan keluargaku sejak lama, Vi. Dia sudah seperti keluarga bagiku. Cuma kita lah keluarga Bik Inah sekarang ini," ujar Wisnu seolah menjawab pertanyaan yang tersirat pada mata Viona.
Bik Inah memandang Wisnu penuh apresiasi. "Iya, Pak. Terima kasih, Pak!" seru Bik Inah dengan suara yang bergetar menahan tangis haru.
Wisnu mengangguk. "Saya juga baru tahu dari hasil tes DNA Angela kemarin sore, Bik. Ternyata Viona ibu biologis putriku. Makanya acara ini kita buat secepat mungkin, Bik."
"Iya, Pak," sahut Bik Inah seolah berkonspirasi, "sebenarnya saya sudah menduga sejak lama. Saya perhatikan Neng Angela semakin lama semakin mirip dengan Bu Viona."
Viona hanya tersenyum mendengar pernyataan Bik Inah, perempuan tua bisa jadi sangat informatif bila dipancing untuk bercerita sesuatu.
Wisnu ikut tersenyum. "Mungkin mulai hari ini, Angela sudah boleh memanggilmu 'mama', Vi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANT TO BE [TAMAT]
عاطفيةTiba-tiba Aini berdiri, matanya yang basah membelalak. "Kau akan meminjamkan rahimmu Vi? Ya Tuhan ... Ya Tuhan ... terima kasih Viona, kau memang baik sekali." Dipeluknya Viona erat. Viona terperanjat, apa yang telah diucapkannya? Tidak, tidak mung...