"Lo lupa waktu itu bilang mau pamit, Kak. Kenapa masih datang terus? Kapan lo mau bener-bener pergi dari hidup gue?!"
Mendengarnya cukup membuat Juan tertohok, iya dia sakit hati namun sekuat hati ia tetap berusaha untuk terlihat baik-baik saja.
"Oh jadi itu mau lo, oke. Gue bakalan pergi dari hidup lo dengan satu syarat," timpal Juan, masih terlihat tenang dan santai.
"Apa syaratnya?"
"Syaratnya lo harus punya seseorang yang bisa jagain lo, yang bisa lo andalkan, yang bisa ngasih semua yang lo butuhin, harus baik, bener-bener sayang sama lo, harus lebih baik dari gue. Gimana?" Juan mengangkat kedua alisnya.
Letta memicingkan kedua matanya, "Itu doang?"
"Iya. Gue yakin nggak akan ada orang yang lebih baik dari gue buat lo," jawab Juan dengan penuh percaya diri.
"Udah selingkuh masih aja besar kepala," dengus Letta.
"Gue sama sekali nggak keberatan sama syarat lo Kak, besok gue bawa orangnya ke hadapan elo!"
Letta membuang muka lalu pergi meninggalkan Juan. Baru beberapa langkah yang Letta ambil, Juan langsung berteriak.
"Gue tunggu besok, inget dia harus lebih baik dari gue itu berarti harus lebih tampan, lebih berbakat dan lebih famous juga!" teriak Juan lalu tersenyum. Ia berbalik dan pergi mengambil arah yang berlawanan dengan Letta.
Letta diam sejenak, ia menutup kedua matanya.
Gimana gue bisa nemuin orang kayak gitu dalam sehari?!
🌹🌹🌹
Acara memeriahkan hari guru itu sebenarnya sudah selesai sejak pukul 17.00WIB, namun para pengurus OSIS masih belum meninggalkan sekolah. Mereka masih membereskan properti bekas acara, belum lagi sampah-sampah yang berserakan juga harus mereka bersihkan. Rasanya waktu satu jam pun tak akan cukup untuk membereskan semua itu. Tapi mereka tetap bersatu dan bekerja sama.
Di lain tempat, para anggota PMR juga belum pulang padahal jam sudah menunjukan pukul 19.00 WIB. Mereka masih beristirahat sambil sharing, saling bertukar cerita mengenai pengalaman mereka menangani para siswa yang sakit siang tadi. Sesekali mereka juga bercanda dan tertawa bersama.
Mereka mengobrol sambil duduk membentuk lingkaran. Tak diharuskan untuk tetap di sana, sebenarnya setelah beres merapikan UKS siapa saya yang ingin pulang diperbolehkan untuk pulang. Hanya tiga orang strict parents yang izin untuk pulang lebih awal. Mereka adalah Angel, Melati dan Laskar. Sisanya memilih untuk tetap tinggal.
"Eh laper nih, gimana kalau lanjut di kedai Ma Ria?" cetus Ragil.
Kedai Ma Ria adalah sebuah kedai yang terletak di seberang SMA Darma Bakti, kedai yang paling cocok dengan kantong para pelajar karena harga-harganya yang ramah dikantong namun kualitasnya juga sangat baik.
"Ada yang traktir nggak, nih?" tanya Kayla.
"Uang kas ada, kan," timpal Ragil.
"Enak aja, nggak bisa. Uang kas nggak bisa dipake sembarangan gitu!" jawab Mutia tegas. Ia adalah anggota PMR yang diberi mandat oleh bendahara PMR untuk memegang uang kas dan mengatur semua pemasukan dan pengeluaran.
"Yaudah dari masing-masing aja lah, yang nggak punya uang minta sama bestienya," cetus Bisma.
Mendengar hal itu, Ragil mengeser posisi duduknya dan mengulurkan telapak tangannya pada Bisma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pamit Tapi tak Pergi
Teen FictionKamu satu-satunya orang yang berhasil buat aku yakin kalau nggak semua cowok itu jahat. Tapi kamu sendiri yang matahin keyakinan itu. -Arimbi Letta Biani *** Juan Juniar, pria yang sudah menjalin hubungan hampir dua tahun dengan Arimbi Letta Ziani...