12. Tak bisa dinego

642 36 0
                                    

    Begitu melirik jam dinding di kamarnya, ternyata sudah pukul 19.45 WIB. Letta lekas mempercepat kegiatan siap-siapnya. Ia duduk di depan cermin, di depannya sudah ada beberapa alat make up seadanya.

  Letta memang bukan tipe wanita yang ke mana-mana harus dandan full make up, ia berusaha make up setipis mungkin agar terlihat natural.

  Meski Letta punya foundation, namun ia jarang menggunakannya. Saat ini ia memilih untuk menggunakan sedikit concealer di beberapa daerah wajah tertentu setelah menggunakan moisturizer, untuk menutupi dua jerawatnya yang baru saja muncul beberapa hari lalu dan di bawah mata untuk sedikit menyamarkan kantung matanya,

  Setelah itu ia mentap-tap bedak setipis mungkin untuk mengeset semuanya. Setelahnya ia menggunakan sedikit eye shadow berwarna cokelat untuk membuat matanya terlihat lebih fresh dan menggunakan eyeliner setipis mungkin. Karena alisnya udah lumayan tebal, Letta hanya menyisirnya saja untuk membuatnya lebih tapi. Sedikit blush on berwarna oranye, lalu step terakhir lipcream. Letta lebih suka menggunakan lipcream ombre, sedangkan bulu matanya karena sudah panjang dan lentik jadi tak ia apa-apakan.

  Saat ia kembali melihat jam ternyata sudah pukul 19.00 WIB, tepat waktu. Ia berdiri dan mundur untuk melihat keseluruhan badannya di cermin. Dengan kaos putih yang dibalut dress motif kotak-kotak berwarna hitam putih yang menutupi tiga perempat kakinya, Letta terlihat begitu menawan. Tak lupa ia mengenakan tas putihnya dan memakai sepatu sneakersnya, and... finally! Letta sudah siap pergi ke pameran bersama Juan.

Rasanya gugup sih karena sudah berberapa bulan ia tak pergi bersama Juan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya gugup sih karena sudah berberapa bulan ia tak pergi bersama Juan. Tapi Juan memaksanya, jadi mau bagaimana lagi?

Letta kembali melihat jam dinding di kamarnya, sudah pukul 20.15 WIB. Tak biasanya Juan telat, dulu jika akan pergi pasti Juan sudah menjemputnya lima menit lebih awal dari waktu yang di tentukan. Karena wanita itu siap-siapnya lama termasuk Letta, Juan selalu menunggu Letta sambil berbincang santai dengan ibunya.

Namun Letta baru ingat, pria yang Letta maksud itu, Niar, si pria yang sering memanggilnya dengan sebutan Bia. Sedangkan yang mengajaknya pergi kali ini adalah Juan, pria menyebalkan yang sering memanggilnya Arimbi Letta.

Meski masih orang yang sama namun seiring berjalannya waktu orang bisa berubah, entah sikapnya, kebiasaannya atau perasaannya.

Sedangkan Juan, apakah benar-benar masih menyimpan Letta utuh dalam hatinya. Letta tersenyum miris, setelah ingat penyebab mereka putus Letta kembali ragu.

Ia terus melirik jam dindingnya setiap lima menit sekali dan setiap ada suara motor melewati rumahnya, Letta selalu mengintip ke luar jendela kamarnya namun selalu bukan Juan yang ia lihat.

Ia kembali melirik jam, pukul 20.45 WIB. Juan tak datang, ia telah dipermainkan, pikir Letta.

Harusnya dari awal Letta tak mempercayai pria itu, Juan kali ini benar-benar Juan yang berbeda, Letta harusnya sadar itu, pikirnya lagi.

Pamit Tapi tak PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang