09. Ditembak Laskar

85 4 0
                                    


"Gue sama Juan ikut istirahat di sini ya," ucap Riani dengan senyuman yang sangat lebar. Apalagi setelah mendapati ada Letta di sana.

"Iya Kak," jawab Letta datar. Ia langsung memokuskan perhatiannya pada Laskar sambil sesekali memantau yang Juan lakukan. Sementara Juan terus saja menatap Letta dengan tatapan tajam. Saat itu Juan dan Riani sengaja duduk berdua di dekat ranjang UKS tidak bergabung bersama kumpulan Kayla yang sekarang ketiganya menjadi pendiam ataupun Letta dan Laskar yang sekarang sibuk membahas tugas yang Laskar kerjakan. Dan tidak juga bergabung dengan Adi dan Aldo yang sejak tadi sibuk dengan dunia mereka sendiri.

"Kayaknya nggak gitu deh,lebih bagus gini. Pinjem dulu," ucap Letta sambil mengambil laptop Laskar dan menyimpannya dipangkuannya.

Kayla,Rani dan Vio berubah menjadi pendiam dan berujung sibuk sendiri dengan handphone masing-masing.

"Kalo gini gimana?" tanya Letta sambil tersenyum jahil.

"Gila!" jawab Laskar sambil terkekeh,keduanya berujung saling melemparkan candaan. Hal itu sangat mencuri perhatian Juan. Rasanya ia ingin menarik Letta dari sana saat itu juga.

"Bener kamu nggak akan makan?" tanya Riani. Ia menggeser kepalanya berusaha menghalangi pandangan Juan yang terus menatap Letta.

Juan hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Lagi tawa Letta dan Laskar saling bersautan dengan teriakan gemas Adi dan Aldo yang masih bermain game online itu.

Kayla dan Rani saling menatap satu sama lain. Sejak kapan Letta bisa serenyah itu tertawa bersama pria lain? Keduanya saling tersenyum,mereka berdua tahu jelas-jelas itu bukan Letta yang sebenarnya.

"Tadi kamu makan apa di kantin?" tanya Riani mulai membuka percakapan karena kebersamaan mereka benar-benar kebersamaan yang hambar. Tadinya ia ingin memperlihatkan pada Letta bahwa dia dan Juan sangat dekat tapi itu malah membuat Juan mendapatkan kesempatan untuk memandangi gadis itu.

"Makanan," jawab Juan asal, perhatiannya masih tertuju pada Letta. Saat ini Letta lah yang memegang kendali permainan.

"Ya iya lah,masa makan batu," ucap Riani sambil terkekeh dan Juan masih tampak datar. Lagi,Kayla dan Rani saling menatap. Rasanya ingin meledakan tawa mereka saat itu juga.

"Nah kalo gini gimana?" tanya Letta,ia menghadapkan layar laptop tersebut ke arah Laskar.

"Ih tapi bagus juga. Tapi kurang nyambung sama yang atasnya nanti. Mending gini aja."Laskar memajukan dada dan kepalanya mendekat pada laptop yang masih berada di pangkuanku Letta yang membuatnya juga lebih dekat dengan Letta.

Juan langsung berdehem kencang membuat Adi dan Aldo juga menoleh sejenak ke arahnya.

"Sorry,setahu gue di sini ada CCTV kalo kalian terlalu deket kayak gitu nanti yang lihat CCTV bisa salah paham," terus Juan pada akhirnya. Juan yang terkenal si paling tenang kini benar-benar kehilangan kendali dan ketenangannya.

Laskar langsung mendongak,"Sorry,Kak."

Sementara Letta langsung melemparkan tatapan tajam pada Juan,"Kita pindah aja yuk. Kita di kelas lo aja di sana kan belum ada CCTV kita bisa bebas ngapa-ngapain!" ujar Letta dengan penuh penekanan. Ia berkata pada Laskar namun matanya menatap tajam pada Juan.

Letta menutup laptop Laskar dan membawa Laskar pergi bersamanya. Mereka tidak pergi ke kelas Juan melainkan pergi ke taman dekat kantin. Di sekolah itu memang terdapat banyak taman.

Kali ini Laskar yang memangku laptopnya sementara Letta hanya diam saja. Beberapa kali Laskar mengajaknya berbincang namun Letta tak menyahut sama sekali seperti raganya saja tapi nyawanya entah di mana.

"Ta,bentar lagi beres, kalo gini aja bagus nggak?" Letta masih belum menoleh.

"Ta!" panggil Laskar sambil menepuk pundaknya.

Letta seperti terkesiap,ia langsung menoleh,"Kenapa?"

"Gue suka sama lo,Ta," ucap Laskar benar-benar out of the box.

Kedua mata Letta langsung terbelalak,"Lo gila?!" sembur Letta. Ia memang merasa Laskar peduli padanya tapi ia tidak menyangka bahwa Laskar memiliki perasaan yang mendalam padanya.

"Lo mau bales Kak Juan,Kan? Gue bisa,Ta. Ayo kita pacaran, walaupun tujuannya buat ngebales Kak Juan gue nggak papa kok," ucap Laskar penuh tekad.

Letta menarik napas panjang,"Enggak,Laskar,gue nggak bisa."

"Kenapa? Gue tahu gue banyak kurangnya. Gue nggak sehebat dan sekeren Kak Juan gue tahu. Tapi bakal berusaha,Ta. Gue bisa jadi lebih baik dari gue yang sekarang,kok."

Letta tersenyum ia memegang punggung tangan Laskar,"Kalau lo mau jadi lebih baik dari elo yang sekarang itu bagus. Tapi lakuin itu buat diri lo sendiri,bukan buat gue,ya."

"Tapi gue mau elo,Ta," jawab Laskar.

"Lo udah punya gue,Kar. Lo temen gue. Lo temen cowok yang cukup deket sama gue,Kar."

Laskar terdiam,ia tahu benar bagaimana sikap Letta pada pria lain di luar sana. Laskar masih lebih beruntung jika dibandingkan dengan pria-pria itu meskipun tak seberuntung Juan.

Laskar menoleh pada Letta,Letta langsung tersenyum berharap Laskar akan mengerti. Ia memang sedang mencari orang untuk membuat Juan menjauh darinya tapi rasanya terlalu kejam jika ia memanfaatkan orang sebaik Laskar sementara perasaannya masih milik Juan.

Laskar kembali berpikir,jika ia terus memaksa Letta, bukannya mendapatkan Letta ia justru akan kehilangan Letta.

"Yasudah.Tapi kalau ada apa-apa lo jangan sungkan bilang ke gue,ya, kalau butuh apa-apa juga,ya," ucap Laskar mewanti-wanti.

"Siap. Elo juga,kalau butuh sesuatu bilang aja ya." Letta kembali tersenyum dengan perasaan lega.

"Gue lagi butuh sesuatu nih," ucap Laskar.

"Butuh apa?"

"Butuh pacar," kata Laskar sambil terkekeh."Becanda. Ayo bantuin lanjutin ini,tinggal sedikit lagi,nih."

Pamit Tapi tak PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang