16. Masih ancaman yang sama

1K 42 0
                                    

   Hari ini hari pertama Letta dan siswa lainnya bersekolah setelah libur dua minggu lamanya. Sampai di depan gerbang, Letta tak langsung masuk melainkan menunggu Andini terlebih dulu.

  Jarak sepuluh langkah dari tempat ia berdiri terlihat Juan bersama kedua temannya tengah mengobrol sembari berjalan ke arahnya. Juan hanya menatap Letta datar dan berlalu begitu saja. Tiba-tiba sesuatu seperti menduri di dada Letta. Seperti ini Juan sekarang?

  Namun Letta berusaha tak menghiraukan semua itu, ia tetap menunggu Andini sembari membalas pesan chat dari sang ayah. Sejak kejadian waktu itu, hubungannya bersama sang ayah membaik, mereka menjadi intens saling memberi kabar.

"Lettaaaa!" teriak Andini heboh. "Lo udah tahu gos--"

Letta langsung mencapit mulut Andini, "Gue nggak mau denger gosip apapun!"

"Ini soal Kak Ju--"

Letta kembali mencapit mulut Andini.

"Bodo amat!"

Letta berjalan terlebih dahulu sedangkan Andini tak hentinya mengoceh di belakang Letta. Apalagi isi ocehannya jika bukan gosip terhangat seputar postingan Riani yang menyatakan bahwa ia dan Juan sudah jadian. Bahkan kali ini tidak ada klarifikasi apapun dari Juan.

Biasanya jika ada gosip-gosip tentang Juan secepatnya Juan memberikan klarifikasi benar atau tidaknya gosip itu. Tapi kali ini Juan Bungkam.

Letta menyimpan tasnya di bangku lalu pergi ke UKS untuk menyapa rekan-rekan satu ekskulnya. Ternyata sudah banyak orang di sana termasuk para senior kelas sebelas dan dua belas namun Letta tak melihat keberadaan Riani di sana. Ia menghembuskan napas lega namun sesak setelahnya, jangan-jangan ia tengah berpacaran dengan Juan.

"Letta, sini!" ujar Rani. Letta pun langsung bergabung bersama mereka.

"Eh Letta gimana liburannya?" tanya salah satu seniornya.

"Kurang lama hehe," jawab Letta sambil terkekeh diikuti decak tawa yang lain.

Saat yang lain asik berbincang tiba-tiba Laskar menghampirinya dan berbisik,"Lo nggak papa,kan?" tanya Laskar yang tahu benar tentang gosip yang beredar.

"Aman. Sebenarnya itu kok mau gue," jawab Letta dengan senyuman.

Mereka pun mengobrol hingga bel masuk berbunyi. Dan sampai saat itu Riani tak datang ke sana. Dalam perjalanan menuju kelasnya, Letta terus celingukan mencari Riani dan Juan namun tak ia temukan.

Mendadak Letta teringat perkataan Rani tempo hari.

"Saat Juan pergi dari lo, lo bakalan kehilangan semua perhatiannya, kepeduliannya, kasih sayangnya, pembelaan darinya, rasa aman yang selalu ia kasih buat lo, semuanya. Lo siapa kehilangan itu semua?"

Apa benar Letta kehilangan semua itu sekarang?

Hari demi hari berlalu masih tak ada sapaan dari Juan, bahkan saat ia dan Letta berpapasan Juan bertingkah seakan tak ada Letta di sana. Letta tahu Juan melihatnya dan menyadari keberadaannya tapi kenapa ia harus bersikap seperti itu.

Dan kali ini Letta sudah tak tahan lagi dengan sikap Juan. Pulang sekolah, di belakang perpustakaan tak sengaja ia melihat Juan berjalan seorang diri, Letta langsung berlari dan menendang pantat Juan dari belakang membuat Juan hampir terjatuh.

Ia terkejut dan hendak memarahi sang pelaku, namun saat berbalik ia kembali terkejut, ternyata itu Letta.

"Niar! Lo kenapa sih!" marah Letta dengan geramnya. Ia menghampiri Juan lalu memukulnya dengan puluhan pukulan keras sambil menangis dan terus berumpat.

Pamit Tapi tak PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang