92. yang pusing 🤯

349 76 225
                                    

💚💛💙

Juli baru masuk dari pintu depan setelah mengunci pagar. Keadaan rumah yang kosong membuatnya langsung masuk ke area dapur dan mengambil air dingin dari pintu kulkas dan menuangkan isinya ke dalam gelas mug keramik hadiah susu.

Tangannya mengembalikan botol air dingin itu kembali masuk ke kulkas. Setelah pintu di tutup sosok tinggi di balik pintu itu mengagetkan Juli.

"Monyet!" Pekik Juli membuat yang sedari tadi menunggu Juli pulang itu tersentak kaget namun tak goyah dari pose bersendekapnya.

"Ngagetin lu, ah!" Juli berlalu sambil membawa gelasnya menuju ruang TV setelah tangan kanannya meraih toples Snack.

"Lu dari mana aja? Kok baru pulang?" Mata Sean mengikuti Juli dari arah dapur hingga duduk di sofa.

"IHH apaan sih, yan?" Juli jadi jengah ditanya seperti itu.

"Ya gue khawatir, mana telfon gue lu ga angkat." Tambah Sean memposisikan dirinya di samping Juli yang sudah menekan tombol on pada remote tv.

"Gue nemenin kerabat gue baru datang tadi pagi, yang tadi mau ngekost itu."

"Ooh.Udah makan belum?" Tanya Sean dengan tubuh yang masih setia menghadap Juli sedangkan Juli masih fokus dengan tv yang menampilkan berita sore.

"Belum, lagian ini masih jam 5." Jawab Juli mengalihkan pandangannya ke jam di atas TV.

"Temenin gue makan di luar yuk? Lagian yang lain keknya bakal pulang telat." Tanya Sean memajukan badannya, mencoba mengalihkan atensi Juli dari layar datar 72 inchi itu.

"Sekar sama KAI masih dirumahnya mba Susan." Tambah Sean namun Juli tak juga menjawab pertanyaan Sean soal makan di luar.

"Kalo Candra sama Safa lagi check up dokter."

Panggilan dari alat komunikasi Juli itu menghentikan Sean yang sebelumnya aktif berbicara, sedangkan Juli sibuk mengatur emosinya yang di ujung ubun-ubun.

Sebelumnya Fahmi juga banyak bicara membuat Juli jengah dan ingin pulang. Namun ketika dia sudah sampai di rumah malah Sean yang kini berbicara tanpa henti kepadanya.

Mulut Juli berdecak dan membuang nafas kasar.

Juli mendiamkan hapenya yang berdering dengan menekan tombol volume down. Membuat Sean yang tadi diam kini mulai mencoba memahami posisi Juli.

Yang gadis kini memijit pelipisnya sembari menutup mata. Melihat itu Sean pun beranjak. Ia tak ingin memperburuk keadaan.

Panggilan dari ibu Juli yang kedua itu tetap diabaikan oleh sang anak.

Sebuah pesan kini masuk dan itu dari yang tadi pergi bersamanya ke taman hiburan. Membuat Juli sangat ingin melempar benda kotak itu ke dinding. Tangan kanannya sudah terangkat sembari menggenggam benda yang terus bergetar itu. Namun mengingat ia begitu mati-matian menabung saat ingin membelinya mengurungkan tindakan impulsif barusan dan menurunkan tangan juga hapenya.

Gadis itu kini mengambil nafas dalam melalui hidung dan mengeluarkannya dari mulut. Matanya terpejam dan tubuhnya ia rebahkan ke sofa depan TV. Juli mematikan TV dan menutup mata, sepertinya dia kelelahan hingga kini tertidur.

Sean keluar dari kamar setelah mendapat panggilan dari good food pesanannya. Dia tidak ingin membuat mood gadis yang tengah PMS itu makin jelek dan akhirnya memesan sendiri makan malam mereka.

Aroma kuah nangka bertemu dengan bumbu ayam pop di nasi Padang itu menyeruak saat Sean membuka bungkusan kertas nasi coklat didepannya.

Juli yang masih terpejam itu membuka matanya beberapa kali sebelum mencoba mengingat-ingat aroma apa yang kini memenuhi indra penciumannya.

[Tamat] KAWAN 3 ©2022 | AU Rocket SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang