112. Yang lahir 🤱🏻

377 78 76
                                    

💙💚💛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💙💚💛

"Sabar sayang! Tariik! Hembus!"

Candra berusaha menenangkan Safa sambil menggenggam tangan berpeluh istrinya itu.

Tapi bukannya merasa terbantu Safa malah makin emosi. Tangannya melepas tangan besar Candra namun meraih kerah baju suaminya dan berbicara lantang di depan yang lebih tinggi itu.

"Diem lo! Sakit tau!" Agak kaget, Candra kembali mencoba menenagkan istrinya.

"Ya udah. Jadi ini aku ngapain biar kamu rasa mendingan." Kembali Candra mengelus puncak kepala Safa.

"Siniin tangannya!" Candra pun menurut dan memberikan tangan yang sebelumnya mengelus kepala sang istri.

"Awh! Yang sakit!" Safa ngegigit lengan kekar suaminya hingga meninggalkan bekas gigitan yang cukup dalam.

"Sakit kan. Sama!" Setelah menggigit kembali Safa menggenggam tangan suaminya.

Sebelum ini Safa baik-baik saja. Keduanya bahkan pergi ke Dunia laut karena sekali lagi Safa ingin dicium lumba-lumba, lagi. Namun saat mereka berada di touch pool, dress basah Safa yang dikiranya karena air di kolam lumba-lumba, ternyata diakibatkan oleh air ketubannya sendiri.

Di pagi harinya, bahkan dia masih bisa membersihkan rumahnya yang sudah mereka tempati hampir 2 bulan itu.

Atas saran Mamah dan Ibuk, Safa ingin mengepel lantai dengan kain. Katanya biar nanti lahirannya gampang.

Gampang bukan berarti tidak sakit kan. Kini ia merasakan kontraksi yang cukup membuatnya berteriak seperti reog.

"MAAAAAS! SAAAAKIIIIIIIIT! ADUUUUUUUH! MAAAAAAS! HUUUUUUUUH!"

"Pak. Ini sepertinya sudah pembukaan 5." Candra beralih dari istrinya setelah mendengar hal itu dari dokter di dalam ambulan ini.

"Hah? Terus gimana dong? Yang, tahan yah? Jan lahiran dulu." Candra berbicara pada Safa yang masih meraung-raung kesakitan. Candra mendekat pada perut Safa.

"Kakak, tungguin ya. Sampe RS baru keluar."

"Berisik!" Safa menampol Suaminya agar menjauh dari perutnya.

Walaupun sudah di tampol, Candra tetap kembali mencoba menenangkan istrinya.
"Iya yang. Iya sabar yah!"

Walaupun dia berusaha menenangkan, dirinya sendiri cukup panik namun menyimpannya sendiri, takut keadaan makin runyam.

"Pak ini udah bukaan delapan. Mohon bapak mendekat ke bagian kepala istri Bapak dan berikan dukungan. Saya dan rekan saya akan melakukan prosedur." Dokter perempuan itu pun mengambil selimut dan menutupi kaki Safa. Dia juga memberi suntikan ke bagian belakang Safa. Sepertinya itu untuk mengurangi sakit saat mendorong.

"Hah? Prosedur? Prosedur apa?"

Perawat yang tadi memasangkan oksigen ke pernafasan Safa kini bertukar posisi dengan Candra serta memakaikan dokter hand Schone setelah membasuh tangan mereka dengan air infus.

[Tamat] KAWAN 3 ©2022 | AU Rocket SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang