116. Yang akan dikenang

476 77 135
                                    

💚💛💙

Keramaian memenuhi halaman rumah kost. Hari ini adalah hari tasyakuran sekaligus Akikah anak pertama Candra dan Safa. Layaknya acara unduh mantu kemarin, kini rumah mereka dipenuhi oleh kerabat dan juga tetangga.

Safa sedang menyambut tamu sambil duduk di samping ayunan anaknya ditemani oleh Sekar yang juga duduk menyender pada dinding.

"Selamat ya, Fa." Ujar sepupu Safa sambil membawa sebuah stroller mendekat ke tumpukan hadiah diujung ruangan.

"Makasih, Ko Calvin." Balas Safa sambil memberikan senyum lebar.

"Wah. Dorongan bayi gitu pasti mahal ya Fa?" Kini Sekar membisik pada Safa sambil menatap benda berwarna merah muda itu.

"Alhamdulillah. Koko Calvin peka banget ga sih, Gue jadi ga perlu beli." Balas Safa membuat keduanya cekikikan.

"Oh iya gimana ini kandungan lu, sehat?" Tanya Safa sambil mengelus perut membuncit Sekar.

"Alhamdulillah, udah masuk 4 bulan. Capek banget aku gara-gara mereka ini." Sekar menunjuk anaknya dengan ungkapan Jamak, membuat Safa tak yakin dengan apa yang ia dengarkan.

"Mereka? Bayi dan KAI?" Safa berusaha meminta penjelasan.

"Aku sama mas belum cerita yah?" Sekar memukul pelan kepalanya.

"Kembar?" Tanya Safa dan diimbuhi kata berikutnya oleh Sekar,"Tiga."

"Hah?" Mata Safa terbelalak sedangkan Sekar manggut-manggut dengan senyum manis dan mata segaris.

"Joss juga si KAI. Berapa lama itu jadi tiga?" Safa menutup mulutnya ga percaya.

"Hush, udah ah." Sekar jadi malu sendiri dan mengalihkan topik.

"Cerita dong gimana jadi ibu baru?"

"Lumayan berat sih awal-awal, syukurnya makin ke sini Sakinah makin anteng. Apalagi sudah masuk 6 bulan malah makin besar, makin pinter, tapi waktu umur 3 bulan agak sedih dia udah ga mau nyusu badan."

"Owh. Normalnya emang berapa lama?"

"Sebenernya 6 bulan baru bisa dikasih pendamping ASI. Tapi sufor juga ga apa sih." Safa berkata dengan wajah cemberut.

"Misaki? Say Hy to the camera?" Mina yang tengah memegang handycam itu menyapa keponakannya.

"Acil Mina. Tolong gunakan bahasa Indonesia. Jangan bikin Sakinah bingung."

"Ihhh, kakak! Udah dibilang panggil aku Aunty Mina. Jangan Acil ah!"

"Dih, elu urang Banjar, kada usah onti-onti, diajarin budaya lokal dulu anak gue ini."

"Haik. Oka-sang!"

"CK! Bunda!" Safa membenarkan panggilannya. Adiknya memang satu sel otak dengan suaminya yang pecinta Jejepangan.

"Udah cukup dia tiap malam dijejelin anime sama bapaknya, lu ga usah ikutan!" Imbuh Safa.

"Iya-iya, cerewet bener oka-sang!" Safa cuman narik nafas dalam atas kelakuan adiknya yang batu ini.

"Aku dipanggil bibi boleh ga, Fa? Kan aku orang Sunda." Kini Sekar menepuk dadanya sendiri sambil menampakkan wajah bersemangat.

"Ya pastilah, kamu kan juga keluarganya Sakinah." Setelah mengatakan itu, Bayi di dalam ayunan itu kini mulai ngulet tidak nyaman. Sepertinya dia ingin beranjak.

"Kak? Aku bawa Misaki, yah?" Tanya Mina mengambil alih keponakannya itu dari ayunannya.

"Juli belum datang ya?" Sekar bertanya setelah melihat sekitar, dia terlalu lelah untuk bisa sana-sini maka dari itu ia memilih untuk duduk saja menemani Safa.

[Tamat] KAWAN 3 ©2022 | AU Rocket SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang