115. yang akan menua bersama

358 69 43
                                    

"BURUH TANI MAHASISWA RAKYAT MISKIN KOTA! BERSATU PADU REBUT DEMOKRASI!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"BURUH TANI MAHASISWA RAKYAT MISKIN KOTA! BERSATU PADU REBUT DEMOKRASI!"

Nyanyian dari depan pagar DPR SumBar terdengar makin menjadi. Buruh dan mahasiswa dari beragam universitas bersatu. Terlihat dari warna-warni almamater dan seragam kerja yang memenuhi lautan manusia di jalanan aspal.

Barikade polisi menahan di depan, takut-takut para demonstran akan anarkis seperti 2 tahun lalu yang menyebabkan kericuhan setelah ketua DPR dilempari batu karena hanya bisa menerima aspirasi namun tidak dapat menjanjikan pergantian kebijaksanaan pada UU yang telah disahkan oleh Pusat.

Seorang dengan megaphone di depan wajahnya masih memimpin nyanyian rakyat yang kini makin nyaring.

"DEMI TUGAS SUCI YANG MULIA!"

Pandangan mata itu mengikuti setiap gerak megaphone dari para masa yang terus berpindah.

"MARILAH KAWAN! MARI KITA NYANYIKAN SEBUAH LAGU! TENTANG PEMBEBASAN!"

Posisi Sean yang merupakan kepala bagian PAMOBVIT masih memperhatikan setiap detail dari orasi yang diutarakan oleh yang ada di atas truk pemadam kebakaran.

"Kami hanya ingin keadilan. Mana janji-janji kalian? Kalian hanya bisa berlindung dibalik tubuh aparat yang tunduk pada pemimpinnya." Kembali seorang masa mempelopori ORASI pagi ini dan disambut oleh masa lainnya.

"BETUL!"

Sean yang masih mendengarkan aspirasi itu tiba-tiba dikagetkan oleh aksi beberapa masa yang berhasil menjatuhkan barikade dan mulai mendorong pagar besi yang membatasi.

Sean mengambil langkah cepat dan mengambil megaphone dari salah satu rekannya di lapangan.

"Adik-adik mahasiswa mohon untuk tetap tertib. Kami berusaha bekerjasama dengan kalian agar orasi tetap dapat berjalan dengan aman tanpa ada jatuh korban."

BRAAAK

KRANGGGGG

💚

Juli berlari menuju suatu ruang dengan tergesa-gesa. Jantungnya terasa mencelos saat melihat cuplikan video di sebuah kanal berita social media saat pagar kantor DPR yang dipenuhi oleh masa yang berorasi itu roboh dan menimpa seseorang yang ia kenal.

Bak Dejavu ia pernah melihat adegan yang hampir sama beberapa tahun lalu, bedanya saat itu ia masih SMA.

Mengingat itu wajahnya sudah banjir oleh air mata. Membayangkan hal itu terjadi lagi pada orang yang ia cintai begitu merobek hatinya.

Keadaan ayahnya sangat parah hingga harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit itu masih segar dalam ingatannya.

Ia dulu sampai menangis minta di pulangkan dari sekolah saat melihat TV di kantin menunjukkan kejadian ayahnya yang terjatuh kedalam saluran air karena terdorong pagar besi lalu tertimpa dan terinjak masa yang orasi.

[Tamat] KAWAN 3 ©2022 | AU Rocket SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang