Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sean menyambut kedatangan Pak Angga dan Adik tertuanya untuk menandatangani perjanjian jual beli tanah dan bangunan rumah nenek Candra.
Penjabat pembuat akta tanah juga sudah siap di ruang tamu saat Pak Angga dan Pak Abraham masuk ke rumah tersebut.
"Hanya kamu, Han? Bapak kamu, Ndak sekalian ikut?" Tanya pak Angga yang sudah duduk dan meletakkan koper berkas di meja ruang tamu.
"Bapak saya masih di Padang pak, mas Dimas mau nikah Selasa depan, jadi mulai ikut sibuk persiapan." Ujar Sean sambil tersenyum lebar, dia ingin menampakkan wujud sempurna dari dirinya didepan ayah Juli.
Jika jalur langsung ke Juli kurang mulus, mungkin dia bisa pakai jalur orang dalam.
"Oh. Jadi ini kamu semua yg urus?" Tanya Pak Abraham sambil memainkan jenggotnya yang mulai memutih dimakan usia.
"Nggih. Pak." Jawab Sean seadanya.
Penjabat PAT pun memeriksa sertifikat yang dibawa oleh Abraham dan juga bukti pembayaran pajak dari tahun ke tahun yang selama ini dibayarkan oleh Candra.
"Semuanya lengkap. Sertifikat juga aman. Tanah dan bangunan tidak sedang dijamin ke bank ataupun sengketa." Ujar Penjabat PAT setelah mencocokan sertifikat dengan buku tanah yang ia bawa.
Biasanya mereka harus bolak-balik kantor pertanahan, namun karena Pak Abraham punya koneksi mereka tidak perlu ribet.
"Alhamdulillah." Ujar pak Angga lega karena prosesi ini dapat berlanjut.
"Kalau begitu akta jual belinya mungkin bisa dibuatkan." Penjabat PAT pun menyarankan langkah selanjutnya.
"Udah semua ini Pak, tinggal tanda tangan saja." Pak Abraham kembali mengeluarkan map lainnya. Sepertinya Paman Candra itu sudah mempersiapkan semuanya.
"Fotokopi KTP bapak ada, Han?" Tanya pak Angga lagi. Sean pun mengeluarkan selembar fotokopi KTP dan juga NPWP miliknya.
"KTP saya, Pak."
"Hah?"
Kedua pria paruh baya itu sempat kaget, saling tatap dan melihat kembali ke berkas Sean.
"Iya. Tapi saya minta bapak jangan beritahu Candra ataupun Juli. Bilang saja Bapak saya yang beli."
💛💚💙
Piip
"Halo?" Sapa Juli pada panggilan di telfonnya.
"Jul. Ini Sekar." Sapa yang diujung panggilan dengan suara ceria.
"Hy! Gimana nih pengantin baru pindah rumah? Asik gak?" Tanya Juli mulai menyuapkan Mie instan yang baru selesai ia buat.
"Ya gitu deh lumayan bebas." Sekar menekankan kata bebas agak panjang dan Juli langsung menangkap apa maksudnya.
"Cieh. Bebas banget yah? Udah isi belum lu?" Tanya Juli penasaran sambil menyeruput kembali mie instan goreng itu.