Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah insiden marahnya Safa yang juga penyebabnya merupakan kejadian masa lalu itu membuat keduanya makin intim. Jika ada yang mengatakan pertengkaran merupakan bumbu pernikahan, keduanya setuju akan hal itu. Asal tetap diolah oleh komunikasi dan juga komitmen.
Candra pun menjelaskan sikap dinginnya pada safa saat itu karena ia merasa pernah dikerjai oleh Gadis SMP yang membuatnya jatuh cinta bahkan hingga sekarang.
"Ya Allah, mas. Sekarang aku ingat. Waktu itu aku lagi sakit terus disuru kurangin ngomong sama dokter." Jujur Safa.
Sewaktu SMP dia pernah memforsir tenaganya untuk lomba O2SN perwakilan sekolah dan malah berakibat tidak mampu mengikuti lomba tersebut di hari-h.
"Hah gimana?" Mendengar penjelasan istrinya Candra malah mendekati yang lebih kecil dan menyapu anak rambut dari pipi chubby istrinya.
"Iya. Waktu SMP, kan? Pita suara aku bengkak, jadi aku musti kurangin ngomong." Tambah Safa dan membuat Candra sadar jika kesalahan pahaman itu terjadi memang tidak sengaja.
"Serius?" Candra bertanya sambil tersenyum karena merasa dikerjai oleh takdir pada saat itu.
"Bener. Tanya papah deh kalo ga percaya." Wajah Safa yang antusias mencoba meyakinkan suaminya.
"Iya. Percaya kok." Candra memberi senyuman tertahan karena wajah Safa yang terlalu menggemaskan, membuat Safa merasa jika Candra sedang mengejeknya dan dia masih dianggap berbohong.
"Iiih. Mukanya gitu." Kesal Safa kini menarik selimutnya menutupi tubuhnya yang kini menghadap ke kiri. Karena hamil besar ia tidak bisa bergerak sesuka hati.
Melihat Safa yang lagi-lagi ngambek, Candra masuk ke dalam selimut dan melingkarkan tangannya pada perut Safa.
"Makasih sudah bersedia menjadi istri dari orang yang punya banyak kekurangan ini." Candra mengakhiri perkatanya dengan kecupan di ceruk leher istrinya. Awalnya Safa tak menyukai hal ini. Namun makin kesini, safa makin terbiasa dan menganggap itu merupakan luapan kasih sayang suaminya itu padanya.
"Mas?" Panggil Safa pada Candra yang kini kembali mengangkat kepalanya setelah sekelebat menempel pada bantal di kamar Safa.
"Iya, sayang?" Pandangan mereka bertemu saat Candra memposisikan kepalanya di atas wajah Safa.
"Kamu merasa memiliki kekurang, sedangkan aku banyak diberikan kasih sayang yang berlimpah, harusnya aku yang bilang 'Makasih, Mas'." Setelah mengatakan hal itu candra mendekatkan wajahnya ke milik Safa. Mata yang Wanita memejam ringan, menerima luapan kasih sayang yang disalurkan oleh Suaminya.
Semakin lama, Candra hampir kehilangan akal sehatnya. Tautan itupun terlepas ditutup oleh kecupan Candra pada kedua mata Safa dan Safa yang mengecup hidung mancung Candra.
"Mimpi indah." Ujar keduanya.
Jika diteruskan mungkin mereka akan melakukannya malam ini, tapi tidak. Ini kehamilan perdana Safa. Candra tak ingin Safa ataupun calon bayinya kenapa-kenapa hanya karena ia tak mampu menahan keinginannya menyentuh istrinya. Kembali Candra melingkarkan tangannya ke perut safa setelah menyatukan jemari mereka.