💚💛💙
Jam menunjukkan pukul setengah dua belas, hampir waktunya makan siang. Safa dan Candra harus meninggalkan pelaminan untuk istirahat dan berganti baju sebelum kembali menyambut tamu di jam 14.00 nanti.
Namun sebelum mengentikan acara, Sekar memberikan arahan agar Safa melemparkan Buket bunganya itu kepada para tamu undangan.
"Ehh! udah mau lempar buket, yah?" Tanya Juli yang masih sibuk mengompres kakinya dengan air dingin di sofa ruang tengah yang kosong.
"Kenapa?" Tanya Sean dengan tangan yang masih setia memegang kaki Juli yang sebelumnya keseleo. Untungnya tidak parah, jadi di kompres air dingin saja akan cukup.
Tidak ada jawaban apapun dari pertanyaan Sean, membuat lelaki yang sedari tadi memegang telapak kaki Juli dan kain kopres itu kini melihat Juli yang berusaha mengintip dinding samping sofa. Walaupun percuma karena tidak terlihat apapun.
"Lu pengen bunganya, Safa?"
"Hah? Ga! Siapa bilang? Penasaran doang kok!" Jawab Juli kembali ke posisinya sebelumnya.
Melihat Sean mengompress kakinya, tetapi ekor matanya tak dapat berbohong karena kini kembali melirik jendela ruang tamu.
"Penasaran, apa penasaran?" Tanya Sean masih mengompres kaki Juli. Mendengar perkataan Sean, gadis itu kini membungkuk dan menepis tangan yang lelaki.
"Udah, ah! Gue bisa sendiri." Juli mengambil alih kain kompres itu dan membungkus kakinya lalu berusaha berdiri.
"Mau kemana?" Tanya Sean kini melihat Juli sudah berjalan. Agak khawatir karena cara berjalannya.
"Rebahan, capek badan gue disuruh tegap mulu tadi." Ungkap Juli sambil berusaha berjalan walau tertatih.
Dengan langkah cepat Sean mengangkat tubuh bagian atas juli dengan tangan kanan dan kirinya mengangkat lutut belakang Juli.
"Heh!" Kaget Juli, "Ih! Aba-aba kek! Main angkat aja, ih!" Omel Juli sambil memukul bahu Sean dan mereka masuk ke kamar Kai.
Sementara di luar, kedua MC agak sulit mengkondisikan para tamu untuk bisa tertib di bawah panggung, Sekar sampai kewalahan.
Untungnya Kai berinisiatif untuk turun panggung dan ikut menyusun para gadis yang mencoba memilih posisi paling strategis untuk mendapatkan buket Safa.
Karangan bunga mawar berwarna salem yang terbungkus kain godang di bagian pangkalnya itu bak benda pusaka yang kini sedang diperjuangkan beberapa orang di dalam venue.
"Siap, yah?" Tanya Sekar yang kini menunujuk ke atas panggung dan dibalas anggukan oleh mereka.
"Satu!"
"Dua!"
"Tiga!"
"Kyaa!" Safa melemparkan setangkai bunga dan langsung membuat para gadis di bawah sana heboh.
"Aku!"
"Punya Gue!"
"Punya ku!"
Kini Safa melemparkan setangkai lagi. Awalnya ia ingin melemparkan langsung rangkaian bunga itu namun mengingat begitu antusiasnya para calon penerima buketnya. Dengan cepat Safa mengubah rencana, kini hampir tiap gadis di bawah memiliki setiap tangkai dari karangan bunga hidup berwarna soft itu.
Sekarang yang tertinggal di tangan Safa hanya sekumpulan baby breath dan dua tangkai bunga edelweis juga kain godang yang membungkus rangkaian bunga tadi.
"Mas. Turun yuk!" Ajakan sang istri tentu dituruti oleh Candra.
Selain kagum akan sikap spontan istrinya, ia juga sudah tidak takut lagi untuk turun karena gerombolan di depan panggung yang sebelumnya penuh kini sudah bubar meninggalkan Kai yang kini berterimakasih atas antusias para tamu undangan.
![](https://img.wattpad.com/cover/304999276-288-k933537.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[Tamat] KAWAN 3 ©2022 | AU Rocket SKY
FanfictionRumah nenek Candra ternyata sudah laku dan para kawan sudah harus mencari tempat tinggal baru. Baca kelanjutan kisah mereka di buku ke 3 ini. ©2022