Sean pulang solat subuh di masjid dekat rumahnya doanya agak lama karena rasa syukurnya udah ga bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Intinya pria itu sangat berterimakasih atas apa yang Allah SWT berikan padanya.
Sosok Juli yang ia idamkan bukan hanya memberi kabar namun juga menyusul dirinya ke tanah Sumatra.
Saat tiba di rumah, Sean mencari keberadaan Juli di kamarnya. Namun kosong. Gadis itu juga tidak ada di kamar mandi.
Saat melihat ke bawah ternyata sosok itu tengah menemani ibunya menyirami tanaman. Sean kembali tersenyum setelah sebelumnya khawatir, takut-takut jika semalam ia hanya mimpi. Namun nyatanya Juli benar-benar menginap dan kini menemani kegiatan pagi ibunya.
"Dika?"
"Iya, pak?"
"Ni!"
"Ado apo, Pak?"
"Mancing sama bapak."
"Pagi buta gini?"
"Ya karena pagi buta, makannya mancing."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ngapa Bapak ajak Dika doang?"
"Mas Dimas udah liat laut hampir tiap hari, kasian kalo liat laut lagi." Bapak Zain memberi alasan yang memang sangat logis. Dimas yang seorang pelaut yang jarang pulang itu pasti akan menolak karena lebih baik melakukan kegiatan lain daripada ikut mancing seperti ini.
"Mas Diaz?" Tanya Sean lagi karena Diaz yang sepertinya cuma sibuk mandiin ayam itu kenapa ga ikut sekalian.
"Bapak udah liat mas Diaz hampir tiap hari, kamu ngga kasian sama bapak?"
Jadi Pak Zain cuman pengen habisin waktu berdua Sean doang, cuman malu mau bilangnya.
Kedua joran itu sudah melepaskan mata pancing berumpan udang segar itu ke dalam air.
"Gimana tanah yang kemarin kamu tanyain ke bapak? Jadi kamu beli?" Pak Zain mengawali percakapan pagi mereka.
"Jadi, udah pindah nama. Di perumahan dekat pusat kota juga. Bisa di jadiin investasi." Jelas Sean masih menatap hamparan laut didepannya yang kini tengah memantulkan cahaya matahari yang mulai naik.
"Kamu yakin mau menetap di sana saja. Ga di sini? Mas mu ngga jadi ambil rumah itu karena calon istrinya minta pindah dinas ke sini, loh." Awalnya Bapak dan Dimas memang ingin membeli rumah itu sebagai hadiah pernikahan bagi calon istrinya, tapi karena Airin dipindahkan sebelum bertugas rencana itu mereka batalkan dan akan mengambil rumah di sini saja.