CHAPTER 1 - DEVIL

15.7K 596 33
                                    

Mengerjapkan kedua mata, tersentak akan sentuhan tiba-tiba yang ia rasakan. Kana terdiam pasrah, menahan rasa sakit atas ulah pria pemilik nama Miu, ini bukan kali pertama.

Selalu mendapat perlakuan seperti ini, setiap kali pria bernama Miu itu dalam kondisi emosi yang buruk.

Kana tersentak, menahan sakit saat tangan kekar itu mencekik lehernya. Ranumnya bahkan masih di sentuh begitu kasar.

Air matanya menetes, Kana benar-benar sulit bernafas.

Hanya bisa pasrah, tak ada perlawanan sedikitpun saat setelannya di robek dengan kasar.

Itu terjadi lagi!

Kana menjerit tertahan, menggigit bibir bawah saat Miu menyentuh kasar bagian lainnya. Kana meremas seprai di sisi kepalanya, kedua matanya berkali-kali terpejam, seraya mengangkat dadanya sedikit ke atas, saat pria itu terus bermain pada bagiannya.

Aroma alkohol menyeruak, begitu menusuk indera penciumannya. Kana bahkan merasakannya, saat ranumnya di lahap oleh Miu beberapa saat yang lalu.

Apa lagi yang membuatmu marah? Batinnya, hanya itu yang terlintas dalam benaknya setiap kali Miu bersikap seperti ini.

"Phi Miu." Rintihnya memohon, saat kedua pahanya kini di buka lebar-lebar oleh sang dominan.

Tak ada respon sedikitpun, Kana justru menerima tatapan tajam dari pria dingin itu.

Kedua matanya ia pejamkan, seraya menahan semua perlakuan yang Miu lakukan.

"AKHHH!" Kana menjerit bersama air matanya. Miu melakukannya, dan itu menyakitkan.

Meremas kuat-kuat bantal di kepalanya, merasakan bagian Miu yang kini memaksa masuk dengan kasar.

Tubuhnya mulai terhentak, tanpa aba-aba atau persiapan lainnya. Miu melakukannya begitu liar, tanpa perasaan.

Kana bersumpah demi apapun, ini terlalu sakit, meski ia sering mendapat perlakuan semacam ini. Dari pria yang bahkan selalu ia cintai, Miu.

.
.
.

1 tahun terakhir ini, Kana menjalin hubungan tanpa status dengan pria bernama Miu. Seorang pria dingin tempramental yang entah menganggapnya seperti apa.

Miu memiliki kebiasaan di luar nalar, di mana setiap kali emosinya buruk, dirinya selalu melampiaskannya pada siapapun. Tanpa ampun!

Namun itu dulu, sebelum Kana akhirnya hadir dalam kehidupannya.

Dan konyolnya, Kana sendiri yang mengikhlaskan dirinya untuk pria seperti Miu. Rela di jadikan alat pelampiasan dan lain sebagainya.

Mirisnya, bagi Kana itu lebih baik, di bandingkan melihat Miu menyakiti orang lain secara acak di luar sana.

Itu kejam, namun juga tidak masuk akal.

Kana selalu terdiam pasrah setiap kali tubuhnya di jamah tanpa perasaan, berteman dengan rasa sakit, air mata dan hal menyakitkan lainnya. Dan seringkali membuatnya berakhir dalam keadaan mengenaskan.

Tubuh penuh darah, luka, dan bahkan sulit berjalan, karena tubuhnya di perlakukan layaknya seorang jalang. Tidak! Itu bahkan lebih buruk.

.
.
.

"Hmmm Ahhh mphhh..." Desahannya mengalun kacau, seiring dengan tubuhnya yang terhentak kuat. "Nghhhh!" Rintihnya dalam desahan, saat Miu kembali mencekik lehernya, sedikit kuat yang tanpa menghentikan hentakan brutalnya di bawah sana.

Kana menatap wajah tampan namun terkesan dingin, pria di atas tubuhnya. Ingin sekali ia bertanya, setiap kali Miu seperti ini. Apa yang terjadi? Apa yang membuatmu kesal? Apa aku bisa membantumu? Namun itu mustahil.

Kana pernah mencobanya, namun justru bukan jawaban yang Miu berikan, melainkan sebuah siksaan.

Kana di borgol di atas ranjang, seperti huruf x, dalam kondisi tanpa sehelai benang di tubuhnya.

Lehernya berkali-kali di cekik, setiap kali Miu melumat bibirnya kasar. Cekikan yang bahkan terus berlangsung saat miliknya di dorong dengan kasar. Tak hanya itu, Kana juga sering mendapatkan tubuhnya beberapa kali menerima luka cambukan, sayatan, dan lain sebagainya.

Psycho dan tidak berperasaan.
Hanya itu yang terlintas dalam benak siapapun setiap kali mengetahui perbuatan Miu terhadap Kana.

Seperti Albert dan Mix misalnya, mereka cukup geram dengan perlakuan Miu terhadal sahabat mereka. Namun disisi lain, mereka tak dapat bertindak lebih jauh. Karena Kana sendiri yang telah mengambil keputusan untuk hidup dan tinggal bersama Miu, meminta mereka untuk tidak ikut campur.

.
.
.

Pukul 7 pagi...

Air mata itu jatuh menetes begitu saja, Kana bahkan baru membuka kedua mata. Pria di belakang sana masih memeluk tubuhnya erat, di bawah sana bahkan masih tidak nyaman ia rasakan.

Ingin membangunkan?
Kana tidak memiliki keberanian itu.
Hanya terdiam dalam tangisan tanpa suaranya.

Untuk apa bertahan dan tinggal dengan pria semacam itu? Kau manis, kau sempurna. Di luar sana banyak yang lebih baik dari Miu, dan bahkan jelas mencintaimu! Mengapa kau masih mengejar cintanya. Bodoh! Barisan kalimat yang sering kali di lontarkan Albert dan Mix padanya.

Kana tidak buta, ia sangat sadar dan tahu akan hal itu. Namun yang membuatnya bertahan seperti itu, karena perasaannya terhadap Miu terlalu besar. Konyol!

.
.
.

Kana memejamkan kedua mata dengan erat, merasakan kecupan pada punggungnya.

Miu sudah terbangun.
Apa lagi yang akan ia lakukan setelah ini?

"Ngh!" Sentaknya, saat Miu tiba-tiba menghentak tubuhnya kembali. Ya, sejak tadi Miu memang tidak mencabut miliknya dari Kana.

Kana masih memejamkan kedua matanya dengan erat, seraya menahan sakit di bawah sana. Hentakan tanpa aba-aba sungguh menyakitkan.

Miu?
Pria dingin itu terus melakukannya.

Katakan, jika sejak tadi Miu bahkan sudah terbangun lebih awal dari Kana.

"Kenapa diam saja! Aku sudah tahu jika kau sudah bangun." Ucapnya dingin, di sela-sela perlakuan kasarnya.

"Ngh!" Kana menjerit tertahan, tak dapat menahan sakit saat Miu mendorong miliknya lebih dalam.

"Mendesahlah!" Perintahnya, menggigit punggung milik Kana kemudian.

"AKH! Hiksss... Sa-kiit." Rengeknya, namun Miu justru menampakan senyuman datar.

"Aku menyuruhmu mendesah! Bukan menangis!" Membalikan tubuh Kana, membuatnya terbaring di bawahnya. "Mendesah! Apa kau tuli!" Tegasnya, seraya menatap Kana dengan tajam. "Kenapa? Jangan menatapku seperti itu!"

"Phi Miu." Lirihnya, dengan tubuh yang masih terhentak kacau seirama dengan gerakan Miu yang terkesan brutal itu.

"Kenapa menangis? Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Kana menggelengkan kepala, ia takut Miu akan lebih marah. "Maaf phi Miu." Kana berucap lirih, bersama air mata yang tak henti menetes.

"Apa kau takut denganku?"

Seperdetik itu, Kana terdiam beberapa detik. Menatap Miu Lekat, ia ingin pria ti atasnya sedikit saja memahami tentang arti kehadiran dirinya hingga saat ini.

"Jawab!" Tegasnya, memperdalam hentakan, membuat Kana memejamkan kedua mata dengan erat. Seraya meremas seprai di kedua sisi kepalanya. "Jawab!"

"Hikss! Ya! Hikss, ya aku takut." Kana tak dapat menahannya.

Miu menghentikan hentakan liarnya sesaat, menatap Kana lebih tajam. Dengan kedua tangan mencengkram leher jenjang si manis. "Kau pikir aku iblis? Hah!" Tegasnya, kembali menghentakan miliknya dengan keras.

Kana merasakan sesak di dadanya, bersama rasa sakit di sekujur tubuh. Haruskah ia menyerah kali ini?

.
.
.
To be continued

PERFECT IN YOU || MiuKana (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang