"Lewis?" Tae mengerutkan kedua alis, begitupun dengan Max dan lainnya.
Ya, saat ini Miu berada di markasnya, membahas insiden di maldives dua hari yang lalu.
"Aku ingin mencari tahu siapa orang itu." Ucap Miu serius, dengan raut dingin khas nya.
Yang lain mengangguk atas perintah tuan mereka barusan.
.
.
."Pagi manis." Amanda dengan senyuman hangat, menyambut Kana yang baru terbangun. "Bagaimana tidurmu? "
Amanda?
Ya, semenjak kejadian di maldives dua hari yang lalu, Miu membawa Kana untuk menginap di mansion Amanda. Menurutnya, di sana adalah tempat paling aman, jauh dari keramaian, dan cukup tersembunyi. Miu hanya tak ingin sesuatu hal buruk terjadi pada Kana dan calon bayinya, seperti insiden penculikan yang Gilbert lakukan kala itu."Apa tidurmu nyaman?" Lanjut Amanda.
Kana mengangguk, mendudukan tubuh. Menoleh ke samping, tak ada Miu rupanya.
"Ahh, phi Miu mu sudah pergi beberapa jam yang lalu. Dia ada sedikit urusan." Mengusap pucuk kepala Kana, mengerti jika anak itu sedikit kecewa saat terbangun tanpa Miu di sisinya. "Kana?" Kedua alis Amanda bertemu, sedikit menyipit.
Seperdetik itu Kana menutup mulutnya, beranjak dari ranjang untuk bergegas menuju kamar mandi.
Menuntaskan aktifitas yang hampir setiap pagi melanda, morning sickness.
Amanda terlihat cemas, mengusap punggung Kana, membantu anak itu.
"Kana sayang?"
Menoleh, menatap Amanda. "Aku baik-baik saja phi."
Menghela nafas panjang, menuntun Kana untuk kembali naik ke atas ranjang. "Tunggu sebentar na, phi ambilkan air untukmu."
"Tidak phi, aku bisa melakukannya sendiri."
Amanda menggeleng, menatap Kana sedikit tegas. "Tidak manis, kamu diam dan tunggu di sini. Biar phi yang ambilkan, oke."
Kana yang tak dapat berdebat, kini menganggukan kepala pelan.
"Good." Menepuk pucuk kepala Kana lagi.
.
Menarik nafas dalam, Kana mengulas senyuman. Hatinya merasa nyaman, beberapa hari ini ia merasakan kehangatan, meski banyak hal terjadi di dalamnya.
Terlebih sikap Miu yang mempelakukan dirinya cukup baik, meski kadang masih terlalu dingin dan menakutkan.
"Pagi sayang." Gumamnya, Kana menunduk seraya mengusap perut datarnya.
.
.
.Tae beranjak dari sofa, mendekat pada sang sahabat. Saat ini ruangan pribadi itu hanya menyisahkan dirinya dan Miu, usai Max dan lainnya bergegas untuk menuntaskan tugas yang Miu perintahkan, mencari informasi tentang pria bernama Lewis itu.
"Hei."
Menatap Tae datar, seraya menyandarkan tubuh pada kursi kebanggannya.
"Tenanglah kawan." Tae yang memahami kecemasan Miu, ini bahkan cukup ganjil. Belum pernah ia melihat Sahabatnya begitu gelisah di tengah rasa amarah seperti ini. "Apa kau mencemaskan nong manis itu?"
Tak ada jawaban, selain bagaimana Miu berekspresi saat ini.
"Percayalah, kami akan menemukan orang itu."
"Aku ingin kalian menemukan bajingan itu dengan cepat." Singkatnya, menopang dagu pada punggug telapak tangan yang ia satukan.
"Hm, pasti. Kau lupa siapa kita?" Tae mengulas senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT IN YOU || MiuKana (END) ✓
FanficSemua isi di dalam kisah adalah sebuah karya fiksi. Selamat membaca ❤️