KLEK!
"Kana!" Miu berteriak, menelusuri setiap ruang kamarnya. "Kana!"
Hening...
Miu bahkan tak kunjung menemukan anak itu.Nafas Miu menggebu, amarahnya masih meluap. Bagaimana tidak? Beberapa waktu lalu ia baru saja mendengar pernyataan tentang siapa pelaku di balik kematian kedua orangnya di masa lalu.
Tangannya terkepal kuat, Miu tak henti berteriak, memanggil anak itu.
Ah! Ingat! Miu selalu butuh pelampiasan jika amarah memenuhinya.
Namun, apakah untuk kali ini juga demikian? Terlebih saat ia tau tangan Kana yang pernah menjadi bagian dari hilangnya nyawa dua orang berharganya.
Setiap sudut ruangan telah ia telusuri, dan Kana masih belum ia temukan. Kedua mata sayunya menajam, menatap pada pintu menuju kamar mandinya.
Melangkah cepat, kedua rahangnya bahkan mengeras sempurna.
"Kana!"
KLEK!
Pintu tersebut terbuka, bersama langkahnya yang masuk ke dalam.Namun seperdetik itu, kedua bola mata Miu membulat sempurna. "KANA!" Teriaknya keras, mendekat.
"Ah, phi." Sahutnya dengan senyuman, begitu tenang namun terlihat asing.
"APA YANG KAU LAKUKAN!" Bentaknya, merampas pisau berlumur darah dari tangan Kana, melemparnya kasar.
Tak ada jawaban lisan, selain bagaimana Kana menatap kosong ke arah Miu, masih dengan senyuman yang sama.
Miu?
Ia mengeraskan kedua rahang dengan kuat, menahan amarah yang semakin meledak di dalam dirinya. Namun tentang Kana, itu sebuah amarah yang di selimuti oleh rasa takut akan kehilangan.Menekan luka di pergelangan Kana, meski itu tidak terlalu membantu.
"BRENGSEK!!! APA YANG KAU LAKUKAN!!!" Teriaknya keras, tepat di depan wajah Kana. Miu terlalu frustasi.
Kana melebarkan senyuman. "Bajingan itu tidak akan bisa menyiksaku lagi phi." Bisiknya, di ikuti dengan kekehan pelan.
Kedua bola mata Miu membola, ia tau sekarang.
"KAU GILA!!!" Bentaknya, yang lalu merobek kemeja di lengannya. Menahan pendarahan di pergelangan anak itu.
Kekehan Kana kembali terdengar, anak manis itu seperti kehilangan siapa dirinya. Terlihat asing, sangat sangat asing. Miu bahkan berpikir jika ini hanya sebuah mimpi, dan remaja di depannya bukan Kana sebenarnya.
"Sssttt... Jangan sebut namanya lagi, atau dia akan..." Kana menjeda kalimatnya, merubah ekspresinya menjadi raut penuh kecemasan. Menggeleng ribut, seraya memutar pandangan ke sekitar dengan tidak teratur. Persis seperti orang yang panik karena di perhatikan oleh sesuatu yang sangat menakutkan.
"Hiksss huuaaaa!!!" Tangisnya pecah detik itu juga, Kana mengguncang tubuhnya kacau, menjerit keras. "Hikss phi..."
Jantung Miu berdebar keras, merasakan kekacauan yang mengusai pikiranya.
"Hikksss..." Kana mengangkat pergelangannya, menjerit kembali saat menatap darah di bagiannya. "Huuuaaaa...." Kedua matanya terpejam, tangisannya begitu memilukan dan bahkan mampu membuat Miu semakin gemetar.
Hingga seperdetik itu, Miu menarik Kana masuk ke dalam dekapannya. Miu melakukannya begitu saja, tidak ada alasan selain bagaimana ia ingin lebih erat memeluk tubuh anak itu.
"Huaaa!!! Phi..." jeritnya, terdengar sesak.
Miu memejamkan kedua mata, merasakan betapa gemetarnya tubuh mungil remaja di pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT IN YOU || MiuKana (END) ✓
FanficSemua isi di dalam kisah adalah sebuah karya fiksi. Selamat membaca ❤️