Berbaring menyamping, mengubah posisinya usai beberapa saat membuka kedua mata. Mengulas senyuman, saat ia mendapati Miu terlelap di sisinya.
Sepertinya pria itu terlihat lelah.
Kana bisa melihatnya.Mengusap wajah tampan itu, Kana mengulas senyuman teduh, hal sederhana seperti ini mampu membuatnya tenang.
Rupanya Miu datang hari itu, untuk membawanya kembali.
Apa phi Miu mulai peduli padaku?
Batinnya, terlebih saat ia mengingat bagaimana Miu memeluknya di rumah sakit usai tragedi itu terjadi.Sepertinya Kana akan kembali memiliki kekuatan dan keyakinan untuk membuat Miu menatapnya, mencintainya, dan menganggap kehadirannya.
Kana tak dapat berbohong, bahwa ia benar-benar tetap mencintai Miu, setelah semua hal buruk yang ia terima dari pria itu.
Terdengar konyol, bodoh dan naif.
Namun itulah Kana!
Ia tak lagi peduli dengan apapun lagi, selain seorang Miu. Cinta yang membutakannya? Mungkin..
.
."Terima kasih." Kana berbisik, bersama senyumannya, seraya membelai lembut pipi pria di depannya.
Hingga beberapa detik setelahnya, Kana menahan mual di perutnya. Beranjak dari ranjang untuk berlari menuju kamar mandi.
Dan ya!
Di sana ia memuntahkan isi perutnya, sepagi ini.
Tubuhnya lemas usai ia membasuh area mulutnya, kedua sudut matanya bahkan menteskan air mata usai aktifitasnya barusan.
Bertumpu pada tepi wastafel dengan kedua tangan, Kana merasa sedikit pusing di kepalanya.
Memejamkan kedua mata, menahan sakit tersebut.
Hingga kemudian...
BRUGHHH!!!
Tubuhnya ambruk detik itu juga, tepat di dalam pelukan pria kekar di belakangnya, Miu.
"Phi Miu." Lirihnya.
Pria itu tidak mengucap sepatah kata, namun sorot kecemasan terpancar di kedua mata sayunya.
Kana terkejut saat tubuhnya di angkat, di gendong ala bridal oleh pria yang sebelumnya tak pernah memperlakukannya dengan baik seperti ini.
Refleks, mengalungkan kedua tangan pada leher milik Miu, menatap wajah tampan itu dari bawah, Kana terdiam.
.
.
."Diam dan jangan bergerak." Singkatnya, membuat Kana mengangguk pelan.
Menatap Miu yang kini melangkah menuju nakas, mengambil ponselnya di sana. Menghubungi seseorang.
Menundukan wajah dengan cepat, saat kedua mata sayu itu menatap tajam ke arahnya.
Hening...
Hanya ada derap langkah berat Miu yang terdengar kembali mendekat ke arahnya, usai pria itu mengakhiri panggilan telepon.
"Bagaimana?" Singkatnya, menatap Kana datar.
Kana bungkam, ia bingung akan pertanyaan barusan.
Namun helaan nafas berat Miu membuat Kana meremat jemari, takut jika pria itu marah. Kana bahkan bingung bagaimana menanggapinya.
"Aku bertanya padamu, apa kau tuli?"
Mengangkat wajah manisnya, menatap Miu gugup. "Um... Maaf." Cicitnya. Kembali menundukan wajah.
"Mengapa menunduk? Aku sedang bicara denganmu." Nada dingin khas yang mampu membuat Kana gemetar.
"Ma..." Ucapnya terjeda, Kana terkejut saat kedua telapak tangan besar itu meraih kedua pipinya. Ia bungkam, saat Miu membawa wajahnya berhadapan begitu dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT IN YOU || MiuKana (END) ✓
FanfictionSemua isi di dalam kisah adalah sebuah karya fiksi. Selamat membaca ❤️