Hai ❤️ Vote dan Comment nya jangan lupa ya sayang ☀️🌻
.
.
."Tidak mau, perut Kana mual."
"Tapi kamu harus makan, jangan menguji kesabaranku lagi Kana, atau kamu ingin melihatku marah?"
Hening kemudian, di mana Miu menyadari bagaimana kedua bola mata cokelat Kana yang kini menggenang air mata, serta dua ujung bibir indah si manis yang mulai melengkung ke bawah seperti bersiap melepas tangisan yang tertahan.
Menghela nafas panjang, Miu meletakan semangkuk bubur hangat di tangannya ke atas nakas. Yang lalu mendekat untuk meraih wajah Kana yang memalingkan pandangan darinya.
Miu masih terdiam beberapa detik, saat ia berhasil membuat si manis menatap kedua mata sayunya. Menghela nafas panjang untuk ke sekian kali, Miu mendapati Kana terpejam saat ia membelai pipinya.
Ya, Kana hanya masih saja takut jika Miu menamparnya seperti dulu, meski pria dingin itu perlahan sedikit menjaga sikap sejak Kana keluar dari rumah sakit dua bulan lalu usai tragedi yang terjadi di mansion Lewis malam itu.
"Hei." Miu menghela nafas panjangnya entah untuk ke berapa kalinya pagi ini, menahan kalimat agar dia tidak membuat Kana selalu ketakutan. Miu hanya masih terus berusaha melakukan yang terbaik agar Kana tidak pergi lagi darinya.
"Jangan menangis, maafkan aku." Ucap Miu dengan lembut, seraya menghapus air mata yang mulai menetes di pipi Kana. "Aku hanya tidak ingin kamu sakit, sejak kemarin sore kamu tidak mau makan apapun. Bagaimana dengan bayi kita di dalam rahimmu, dia butuh nutrisi dan kamu juga."
"Hiks- tapi perutku mual." Ucap Kana yang tak dapat menahan isak tangisnya.
Miu mengangguk pelan, yang lalu menarik nafas dalam seraya mengusap air mata di pipi Kana lagi. "Baiklah, tapi ku mohon makanlah meski hanya sedikit. Atau kamu ingin makan sesuatu yang tidak membuatmu mual?"
Kana menggeleng, dengan kedua sudut bibir yang masih melengkung ke bawah. Persis seperti balita 3 tahun yang tengah menangis.
"Hei ayolah."
Kana kembali menggeleng, dengan air mata yang masih menetes.
"Baiklah, aku akan mencoba lebih bersabar lagi untuk menghadapimu, tapi ku mohon jangan buat aku marah. Aku tidak pandai mengatur emosi di dalam diriku dan kamu tau hal itu. Jadi ku mohon, patuhlah dan jangan membuatku frustasi Kana. Aku tidak mau hilang kendali dan menyakitimu lagi, mengerti?" Ucap Miu dengan suara tegas nan khas, membuat Kana justru semakin ketakutan.
Di mana seperdetik setelahnya, Kana memejam kedua mata, yang lalu melepas tangisan dengan keras.
Ya, semenjak menginjak usia kehamilannya yang sekarang, Kana semakin sensitif dan bahkan tidak dapat mengontrol suasana hatinya. Tak jarang ia melepas tangisannya, sebagai ekspresi dari apapun yang ia rasakan.
Jika sedang bersedih, kesal, takut, atau marah sekalipun, Kana hanya akan meluapkannya dengan tangisan. Seperti ia tak peduli jika bisa saja Miu membunuhnya atau bahkan menyakitinya seperti dulu.
Ayolah, tidak semua hal itu sepenuhnya berasal dari Kana, melainkan bawaan dari calon malaikat kecil di dalam rahimnya.
"Oh Tuhan!" Miu mengusap kasar wajahnya, ia cukup frustasi saat si manis justru kembali melepas tangisan dengan sangat keras. "Kana."
Si manis menarik selimut, menyembunyikan wajahnya di dalam kain tebal tersebut dan melepas tangisannya lagi.
"Berhentilah mengujiku, sampai kapan kamu cengeng seperti ini!" Gumamnya, seraya menatap Kana di balik selimut tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT IN YOU || MiuKana (END) ✓
FanficSemua isi di dalam kisah adalah sebuah karya fiksi. Selamat membaca ❤️