BRAK!!!
Gilbert berdecih, tersenyum tipis seraya menenggak segelas wine di tangannya. Terduduk dengan santai, memandangi Kana yang berantakan di hadapannya.
Aura sekitar ia rasakan cukup mengintimidasi, rupanya di sana Miu berhasil menemukan dirinya, sejak 2 setengah jam lalu bentrokan di mulai.
"Hai Miu, lama tidak bertemu." Ucapnya, seraya mengarahkan pistol ke arah Kana.
"Brengsek!"
Gilbert tertawa, ia tahu Miu tak mungkin berani jika Kana yang menjadi taruhannya.
"Ahhh, kau menghabisi penjaga di depan pintu ruangan ini rupanya." Menghela nafas kemudian, meletakan gelas wine di tangannya. "Hmmm, rupanya kau belum berubah." Decihnya, Gilbert beranjak dari sofa, melangkah mendekat ke arah Kana. "Sstt... Satu langkah saja, maka..." Gilbert menjeda, menekan ujung pistol nya ke arah perut Kana. "Boom!!!" Tertawa setelahnya, usai memperagakan suara ledakan.
"Singkirkan benda itu sialan!"
"Tentu, asal kau mau mengizinkan ku memulai permainan lebih dulu." Ucapnya tenang, seraya membelai pipi Kana yang beberapa waktu ia lumuri dengan sper*a miliknya.
Kedua rahang Miu mengeras sempurna, terlebih melihat bagaimana Kana sekarang. Terlebih di dalam perut si manis, ada calon malaikat kecilnya. Jika saja remaja manis itu tidak menjadi taruhan, sudah pasti Miu bergerak untuk membunuh Gilbert detik itu juga.
.
"Katakan apa mau mu brengsek!"
Gilbert mengangkat kedua alis, menoleh ke arah Miu dengan senyuman remehnya. "Hahaha, ku kira kau benar-benar tidak berubah. Tapi rupanya aku salah, melihatmu seperti barusan..." Gilbert kembali tertawa, menjilat bibir Kana dengan lidahnya seraya menatap Miu, mengejek.
"Brengsek! Jangan menyentuhnya sialan!" Teriak Miu penuh amarah, bersiap maju untuk melayangkan tembakan.
Namun dengan cepat, Gilbert menodongkan kembali pistol nya ke arah perut Kana, sedikit menekan guna memberi ancaman.
Miu berteriak frustasi, begitupun dengan Max yang lainnya, mereka terpaksa menahan serangan karena tahu Gilbert bukanlah pria waras. Bisa saja Gilbert benar-benar melubangi perut Kana dengan pistol tersebut.
Gilbert tertawa keras, ia cukup bersenang-senang mempermainkan rival nya itu. Katakan, jika selama berhadapan dengan Miu, baru kali ini ia benar-benar mendapati Miu sedikit menahan diri karena sesuatu, Kana.
Rupanya Kana adalah kelemahan seorang Miu!
Gilbert tersenyum memikirkan hal tersebut."Menjauh darinya sialan!"
"Ahhh, boleh saja." Menatap Miu penuh arti, memberi gestur agar Miu dan para bawahannya meletakan senjata mereka ke atas lantai.
Gilbert memberi tepukan 3X dengan tangannya, hingga puluhan pria bertubuh kekar lainnya dari sisi ruangan yang berbeda masuk ke dalam.
Semua sudah jelas, pasukan penjaga di depan pintu hanyalah sebagai pajangan, sedangkan Kana adalah umpan utama.
Pasukan sebenarnya, adalah mereka yang baru ia panggil saat ini. Dua di antaranya adalah Gisella dan Bruce, yang baru saja masuk melalui pintu di mana Miu masuk. Tak lupa, Gisella dan Bruce pun turut membawa beberapa anggota lainnya , dengan senjata mereka masing-masing.
Benar yang di katakan Gilbert, Miu cukup sedikit berubah. Meski Miu sendiri tidak menyadarinya.
Menaikan satu alis, Gilbert mengulas senyuman mengintimidasi. "How?" Sarkasnya, membuat Miu berteriak penuh amarah.
Mau tidak mau, Miu melempar pistol di tangannya, menuruti keinginan sang rival.
Ya, kita melihat setelahnya, jika boleh jujur, sebenarnya mereka sama-sama gila dengan cara mereka sendiri.
Max, Tae dan lainnya turut melakukan hal serupa. Mengangkat tangan ke atas setelahnya, usai Gilbert memberi perintah. Yang lalu beberapa bawahan Gilbert mengambil senjata milik mereka.
Brengsek! Kau akan benar-benar mati hari ini di tanganku Gilbert!
Jerit Miu penuh amarah di dalam hatinya."Aah..." Gilbert menghela nafas, tersenyum lebar seraya menyimpan kembali pistol di tangannya, sedikit menjauh dari Kana, sesaat sebelum ia melangkah mendekat ke arah Miu.
Memasukan satu tangan ke dalam saku celana, dengan satu tangan lainnya ia turunkan ke bawah. Menatap Miu penuh rasa kepuasan, namun juga merendahkan pria bermata sayu itu.
"Hai Miu..." Gilbert melebarkan senyuman. "Welcome to my party!" Ucapnya di ikuti kedipan satu mata untuk Miu.
"Woohooo!!!" Gisella bersorak, terlihat gila. Ia tak sabar bermain dengan pria yang selalu menjadi obsesinya, Miu.
Bruce mengulas senyuman miring, menggigit bibir bawah saat melihat tubuh Kana yang masih dalam keadaan tangan terikat rantai borgol tergantung ke atas, tak lupa dengan tubuh sexy yang sedikit berantakan tanpa sehelai benang yang menutupi setengah tubuh bagian atasnya.
Klik!
Gilbert menekan tombol, menampilkan sebuah ruangan berbentuk tabung berukuran sedang yang kini melenyapkan Kana dari pandangan para manusia lain di ruangan itu.
Ya, walaupun Gilbert terbilang bukan pria waras, tapi ia tak rela jika pasang mata itu menatap lapar ke arah remaja yang sudah ia tandai sebagai slave barunya.
Tabung berwarna silver itu ia siapkan untuk mengurung Kana di dalamnya.
"Kana!"
Gilbert memasang wajah terkejut, meledek saat Miu berteriak.
"Jangan menyentuhnya sialan!"
"Dia milikku sekarang."
"Bajingan! Kau akan mati di tanganku kali ini!"
"Kau lihat itu?" Gilbert mengarahkan pandangan Miu ke atas benda berbentuk tabung yang mengurung Kana di dalamnya. "Sedikit kau melawan, maka..." Sedikit menjeda, meniup wajah Miu kemudian. "BOOM!!!" Tertawa setelahnya.
Seperdetik itu, kedua rahang Miu semakin mengeras sempurna.
Gilbert melakukan hal sejauh ini!
Di sana, Miu melihat jelas keberadaan rakitan bom yang bertaut pada ruangan tabung dengan Kana ada di dalamnya.
Jangan tanya lagi!
Jika itu meledak, sudah di pastikan Kana juga akan lenyap dalam hitungan detik, terbakar dan hancur di dalam benda itu."Brengsek!!!" Miu dengan emosinya yang semakin menjadi, suaranya bahkan terdengar menekan karena rasa amarah. "Aku lawanmu sialan! Jangan menyentuh anak itu!"
"Ahhh, aku tahu, tapi bukankah itu hak ku? Anak itu bukan kepunyaanmu, dia hanya remaja polos yang sering kau jadikan pemuasmu, bukankah begitu?"
"Diam!" Bentaknya, namun Gilbert melepas tawa lebih keras. "Kau akan mati hari ini Gilbert! Kau akan mati!"
Mengangkat kedua bahunya acuh, membalikan tubuh yang lalu melangkah menuju ruangan semi tingkat di sudut kamarnya, mendudukan tubuh di atas sana, bagaikan seorang raja. Ekspresinya berubah seketika, menatap Miu tajam dari atas sana. "Habisi mereka." Singkatnya, seraya menenggak kembali wine berkelas kesukaannya.
.
.
.To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT IN YOU || MiuKana (END) ✓
FanfictionSemua isi di dalam kisah adalah sebuah karya fiksi. Selamat membaca ❤️